Kisah Shin Tae-yong Selama Karantina dan Pengalaman yang Didapat dari Indonesia

Kisah Shin Tae-yong Selama Karantina dan Pengalaman yang Didapat dari Indonesia
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Editor: Admin Sport Style —Sabtu, 18 April 2020 15:39 WIB

Terasjabar.id – Sabtu (18/4/2020) merupakan hari terakhir Shin Tae-yong, Manajer Timnas Indonesia, menjalani karantina. Sebentar lagi, ia bisa pulang ke rumahnya di daerah Bundang, Gyeonggi-do, untuk bertemu keluarganya.

Perjalanan Shin pulang ke kediamannya di Korea Selatan memang harus melalui proses panjang. Shin pulang kampung pada 4 April lalu dari Indonesia. Sesampainya di Bandara Incheon, pelatih 50 tahun itu langsung menjalani pemeriksaan kesehatan.

Seperti diungkapkan kepada media lokal, News Joins, Shin digiring ke klinik bandara begitu turun dari pesawat untuk dideteksi apakah ada gejala COVID-19 atau tidak.
Masih ada proses panjang sebelum ia benar-benar kembali ke keluarganya. Otoritas kesehatan Korea Selatan meminta Shin menjalani isolasi mandiri selama 14 hari sebelum pulang ke rumah.

Alhasil, eks pembesut Timnas Korea Selatan itu melakoni karantina di kantornya yang terletak di Kota Goyang, Gyeonggi-do. Shin mengisolasi diri bersama Kim Hae-woon dan Kim Woo-jae, asisten pelatihnya di Timnas Indonesia.

PTR - Latihan FIsik Timnas Indonesia
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memantau latihan skuat asuhannya di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Senin (17/2). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Keluarganya hanya bisa menengok dari kejauhan. Shin bercerita bahwa istri dan kedua anaknya, Shin Jae-won (22) dan Shin Jae-hyuk (19), harus menjaga jarak lebih dari 2 meter ketika menjenguknya.
“Saya baru saja menyapa mereka (istri dan anak) dari kejauhan dengan jarak lebih dari 2 meter. Istri dan putra tertua saya meletakkan makanan di pintu. Tak lama kemudian mereka menyapa,” tutur Shin.

Saat keluarganya tak menjenguk, pria 50 tahun itu memesan bahan makanan melalui kurir. Ia mengaku waktunya selama karantina dihabiskan menonton drama Korea Selatan dan membaca buku taktik sepak bola.

“Saya pesan bahan makanan melalui kurir. Yang saya makan seperti daging sapi bulgogi (olahan daging asal Korea). Saya menghabiskan waktu menonton drama seperti Itaewon Class dan membaca buku taktik,” kata Shin.

Selain menceritakan pengalaman selama karantina, Shin tak lupa mengungkapkan apa saja yang dialami selama menjadi arsitek Timnas.

Mulai dari menghadapi cuaca panas di mana ia belum terbiasa hingga menyesuaikan diri dengan makanan Indonesia.
“Cuacanya panas. Saya menikmati seperti digoreng. Jadi, saya bisa mandi tiga kali sehari. Saya juga menikmati makanan asin. Makan sate dan sebagainya untuk menambah protein. Para pemain merasa kuat. Saya mengikuti mereka (pemain) dengan baik,” ujar Shin.

Mempelajari budaya pemain Indonesia juga menjadi pengalaman baru buat Shin. Memahami kultur menjadi jalan Shin melakukan pendekatan ke pemain.


Foto Piliha Pekan Ini-Shin Tae-yong
Pelatih Shin Tae-yong (tengah) memimpin latihan tim nasional sepak bola Indonesia di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung karno (GBK), Senayan, Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Soalnya, Shin sempat kesal melihat kemampuan penggawa Garuda. Ia kaget melihat kondisi pemain Timnas, khususnya fisik, jauh dari harapannya. Makanya, pendekatan budaya dilakukan agar lebih dekat dengan anak didik dan semua programnya dijalani dengan baik.

“Saya sering bilang ‘ayo’ (untuk memotivasi). Pada awalnya, kebugaran pemain Indonesia berantakan. Cuma bisa berlari selama 20 menit, lalu berjalan, dan tidak memiliki keinginan untuk bermain.”
“Kemudian, saya mencoba belajar memahami budaya mereka. Lebih dari 80% pemain Timnas adalah muslim. Selama bulan puasa atau Ramadan, saya tahu mereka tidak minum atau makan dari matahari terbit hingga terbenam. Saya akan mencoba itu (puasa) jika kembali ke Indonesia dan virus corona berakhir. Saya tak sabar melanjutkan K-Sports (olahraga ala Korea Selatan),” kata Shin.

Shin sudah tak sabar kembali ke Indonesia untuk melanjutkan program latihannya bersama Timnas. Ia berharap wabah virus corona cepat berakhir dan sepak bola kembali bergulir. Dia mengaku rindu atmosfer sepak bola di Indonesia.

“Sebelum virus corona mewabah, saya melihat sekitar 70 ribu penonton berkumpul pada pembukaan kompetisi. Menteri Pemuda dan Olahraga juga menonton latihan Timnas selama 3-4 jam.”

“Namun, pada 14 Maret lalu pemerintah dan federasi menghentikan semua kegiatan sepak bola Indonesia. Kami (tim pelatih) akhirnya meminta pulang ke Korea Selatan untuk keamanan. Saya sudah membuat rencana (buat Timnas). Pastinya, virus corona ini membuat semua program kembali ke titik semula,” tutur Shin.
(Kumparan.com)

Kisah Shin Tae-yong Selama Karantina dan Pengalaman yang Didapat dari Indonesia Manajer Timnas Indonesia


Loading...