Laporkan Acara Maulid Yang Digelar Saat Pandemi ke Polisi, Popi Malah Dibully: Saya Dikatain Iblis

Laporkan Acara Maulid Yang Digelar Saat Pandemi ke Polisi, Popi Malah Dibully: Saya Dikatain Iblis
Tirto.id
Editor: Malda Hot News —Jumat, 17 April 2020 10:31 WIB

Terasjabar.id - Iktikad baik Popi mengingatkan warga agar mematuhi imbauan pemerintah, untuk tidak berkerumun selama masa pandemi nampaknya tak disambut baik.

Sejumlah warga masih ada saja yang kedapatan ngeyel dan tetap tak melakukan physical distancing.

Bahkan Popi justru dibully oleh tetangganya sendiri.

Lantaran melaporkan kegiatan yang menimbulkan kerumunan kepada polisi.

Popi sontak terkejut, tiba-tiba namanya menjadi bulan-bulanan warga yang dilaporkannya.

Aneka umpatan mengalir deras di grup WhatsApp warga di mana ia tak ada di dalamnya.

Semula Popi memang tidak mengetahui hal itu.

Sampai ketika ada yang memberinya sebuah tangkapan layar grup WhatsApp, yang berisi percakapan warga.

“Ada yang memberiku screenshot (tangkapan layar), habislah aku dibilang wartawan gadungan, menghina lah, buruk muka, buruk hatinya, iblis. Ada screenshot-nya,” aku Popi.

“Jadi saya tuh seolah-olah manusia, di mata mereka, kayak iblis. Benar saya dikata-katain gitu, berhati iblis,” tambah dia.

Umpatan itu karena warga mengetahui Popi-lah yang melaporkan acara tersebut ke polisi.

Salah seorang warga memiliki teks pesan laporan yang dikirim Popi ke polisi itu.

Popi pun dua kali kecewa.

Sudah tak diindahkan oleh warga yang tetap nekat menggelar perayaan berjamaah, Popi patah hati karena laporannya ke polisi bocor.

Akibatnya, Popi kini dirundung hujatan oleh mereka yang sejak awal berseberangan pendapat dengannya yaitu warga yang ngotot merayakan Maulid Nabi di tengah pandemi.

Terus terang, ia terkejut ketika namanya dijadikan sasaran tembak oleh warga yang merasa terusik.

Popi menyayangkan laporannya ke polisi bisa bocor.

Padahal, ia menganggap laporan itu sebagai upayanya sebagai warga negara untuk bahu-membahu melawan pandemi Covid-19 yang membutuhkan kerja bersama.

Adik Popi Prihatin dengan Sikap Warga

Hal serupa juga dikeluhkan adik Popi, B yang bekerja sebagai perawat di sebuah Puskesmas di Depok.

B tak dapat lagi membendung kekhawatirannya, lantaran setiap hari berdatangan pasien suspect Covid-19 di Puskesmas tempatnya bekerja.

Tak bisa dipungkiri, B juga mulai gundah akan keselamatannya sebagai tenaga medis.

"Aku tidak mau mati," ucap B.

Ungkapan tersebut ia sampaikan kepada Popi Rahim, kakaknya.

B merasa prihatin, disaat para tenaga medis sepertinya rela menukar nyawa di ranjang perawatan pasien, puluhan tetangganya malah seolah menantang maut.

Peringatan demi peringatan yang meluncur dari mulut B, terpental begitu saja oleh puluhan tetangganya.

Mereka ngotot mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad di Masjid Jami Almuhajirin, pada Minggu (12/4/2020) lalu.

Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, sebagai kakak, Popi pun senantiasa memberikan dukungan terhadap B yang bertugas di Puskesmas.

“Tetap dia bekerja di puskesmas, akhirnya. Saya beri kekuatan padanya, jangan khawatirkan lingkungan sini,” kata Popi saat berbincang via telepon dengan Kompas.com, Rabu (15/4/2020).

“Adik saya nge-down banget. Saya bilang, ‘saya janji sama kamu, kalau ada apa-apa saya akan lapor ke pemerintah’. Kalau dia berhenti di puskesmas, siapa yang ngurus (orang) sakit?” tambah dia.

Kekeh Gelar Acara Berjamaah

Bukan hanya B yang resah pada sekelompok warga yang ngotot ingin menghelat perayaan Maulid Nabi pada hari Minggu lalu.

Popi juga menyimpan kekhawatiran sejenis, begitu pun dengan mayoritas warga di sekitar kediamannya.

Mereka sama-sama tak habis pikir, alasan kelompok warga itu enggan mengindahkan instruksi jaga jarak fisik (physical distancing) yang digaungkan keras-keras oleh banyak pihak.

Popi dan para tetangga berulang kali membahas siasat agar perayaan tersebut batal terselenggara, karena pasti akan mengundang kerumunan.

“Warga sini sudah bilangin ke mereka yang segelintir, mungkin 50 orang itu. Sudah sering menegur, (mereka) tidak mau (batal),” kata Popi.

Menurut Popi, para panitia perayaan itu selalu punya kartu truf jawaban setiap kali diminta membatalkan perayaan Maulid Nabi.

Jawaban itu selalu berhasil membungkam Popi dan rekan untuk sesaat.

Panitia penyelenggara acara menyebut bahwa kegiatan mereka sudah mengantongi izin polisi.

Itu dia kartu trufnya: klaim mengantongi izin polisi.

Yang lebih tak habis pikir, acara tersebut justru diselenggarakan oleh mantan-mantan pejabat RT atau RW setempat.

“Justru, ini mantan-mantan (pejabat) RT di sini (panitia), (entah) apa dia masih menjabat, saya baru 2 tahun di sini. Sepertinya, setahu saya, mereka menjabat sebagai RT. Terus, masih ada salah satu panitia yang disebut ‘Bu RW’,” jelas Popi.

“Pelakunya justru itu, kan aneh. Bagaimana bisa lapor, orang istrinya juga pelakunya. Mau lapor sama siapa? Berarti sudah izin (kepada RW) kan, orang yang disebut ‘Bu RW’ yang mengoordinir acara itu,” tambah dia.

Popi Akhirnya Lapor Polisi

Hari yang dinanti para panitia tiba. Minggu (12/4/2020), sekira pukul 08.00 WIB, kata Popi, mulai ada keramaian di masjid

Merespons peristiwa itu, ia lantas melaporkannya ke aparat berwenang.

Berbekal pengalamannya sebagai wartawan, ia menghubungi salah seorang pejabat Polres Metro Depok melalui SMS untuk melaporkan kerumunan tersebut.

“Cuma dia doang yang saya kasih (laporan). Dia meneruskan, memerintahkan ke Kapolsek. Kapolsek suruh anak buah,” tutur Popi.

Kepala Bagian Humas Polres Metro Depok, AKP Firdaus mengetahui peristiwa tersebut.
Firdaus menegaskan, perayaan Maulid Nabi di masjid itu tak mengantongi izin kepolisian.

“Tidak ada izin,” katanya.

“Laporannya (ada acara yang mengundang kerumunan di masjid) sudah ditindaklanjuti,” ujar Firdaus.

Popi masih diam di rumahnya yang ada di belakang masjid, setelah melaporkan kerumunan itu ke Polres Metro Depok.

Polisi Datang

Popi kemudian menerima Informasi dari warga, beberapa polisi datang menyambangi Masjid Jami Almuhajirin sekira pukul 10.30 WIB.

Sesuatu yang menurut Popi Terlambat.

“Informasi dari warga, polisi tidak masuk ke masjid, (melainkan) duduk-duduk and mereka dikasih makanan juga, terus pulang bawa tentengan, ketawa-ketawa. Kan enggak lucu, hampir 2 jam baru datang, pas (perayaan) sudah mau selesai. Lucunya, bukannya masuk masjid (untuk) membubarkan, tapi memang pas bubar,” tukas Popi.

“Terus bahas-bahas aku. Ada saksi warga bilang, loh kok (mereka) membicarakan saya. Kok tahu saya yang melapor?” tambah dia.

Popi Geram Laporannya Bocor

Insiden bocornya laporan ini membuat Popi merasa geram ketimbang berlangsungnya perayaan.
Ia mengecam anggota polisi, siapa pun itu, yang membocorkan laporannya.

Popi paham, laporannya pasti akan diteruskan ke jajaran hingga anggota polisi di lapangan.
Namun, bukan berarti laporan itu jadi menyebar di kalangan warga.

Kepala Bagian Humas Polres Metro Depok, AKP Firdaus sempat ditanya mengenai hal ini.

Namun dia mengaku tak tahu soal laporan yang bocor itu.

“Ini yang belum tahu kami, menyebarkan identitas seperti apa?” ujar AKP Firdaus kepada saat diminta tanggapannya mengenai pengakuan Popi.

Bertolak dari insiden ini, Popi berharap, aparat berwenang bisa lebih tegas menindak warga yang merasa kebal dan bebal menggelar acara yang mengundang kerumunan – sesuatu yang kontraproduktif dengan segala jerih-payah melawan Covid-19. (TribunJakarta/Kompas.com)

TNI dan Polisi Siap Bubarkan Warga Berkerumunan di Tempat Umum

Jajaran TNI dan Polisi siap membubarkan warga yang berkerumun di wilayah Jakarta Pusat.

Hal ini dikatakan Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Heru Novianto, saat dihubungi pada Rabu (25/3/2020).

"Tentu kami dengan TNI siap membubarkan kerumunan warga di tempat umum," kata Heru.

Hal ini dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus corona atau Covid-19.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun telah menginstruksikan masyarakat agar tetap di rumah hingga virus tersebut hilang.

Pada Selasa malam (24/3/2020), jajaran TNI dan Polres Metro Jakarta Pusat usia berpatroli membubarkan kerumunan warga di wilayah Jakarta Pusat.

Heru mengingatkan agar para pekerja di lapangan senantiasa menggunakan masker, sarung tangan, dan hand sanitizer jika keluar rumah.

"Kalau keluar rumah wajib menggunakan masker, sarung tangan, dan hand sanitizer," imbah Heru.

"Harus selalu jaga kesehatan dan semoga kita semua terhindar dari virus corona", sambungnya.

Dia menegaskan, sebaiknya masyarakat patuh terhadap instruksi pemerintah agar di rumah saja.

Tagar #dirumahaja pun sempat trending di berbagai media sosial.

"Karena itu, kami harap masyarakat patuh terhadap instruksi pemerintah pusat," kata dia.

"Karena penularan Covid-19 dapat menyebar menyebar jika tidak mematuhi anjuran pemerintah. Kita harus mendukung pemerintah memutus penularan virus corona," ucap Heru. (tribunjakarta)

(Tribunjakarta.com)


Virus Corona Polisi Maulid Nabi Popi Iblis


Loading...