WARGA CIMAHI Dapat Pujian Presiden Jokowi, Gotong Royong Saat Ada yang Positif Corona

WARGA CIMAHI Dapat Pujian Presiden Jokowi, Gotong Royong Saat Ada yang Positif Corona
The Jakarta Post
Editor: Malda Teras Cimahi —Selasa, 14 April 2020 08:04 WIB

Terasjabar.id - Kisah mengenai warga di Cimahi yang gotong royong saat ada yang positif Covid-19 atau virus corona mendapatkan perhatian dari orang nomor satu di Indonesia.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku, menerima informasi dari Cimahi bahwa beberapa warga bergotong royong saat ada seorang warga yang positif Covid-19 atau virus corona .

Menurut Jokowi, apa yang terjadi di Cimahi itu merupakan sebuah kerukunan antartetangga di suatu kompleks yang sangat baik.

Jokowi mengatakan, tetangga-tetangga di kompleks itu saling membantu, bukan malah mengucilkan.

"Saat seorang warganya dinyatakan positif dan menjalani isolasi mandiri, tetangga-tetangganya membantu. Tidak malah mengucilkan," tulis akun resmi Jokowi di @jokowi, dikutip TribunJabar.id, Senin (13/4/2020).

Lebih lanjut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, kegotongroyongan seperti itulah yang harus terus digaungkan.

Dia berujar, kepedulian masyarakat terhadap warga di sekitarnya yang membutuhkan bantuan di saat isolasi dan perawatan Covid-19 secara mandiri akan meringankan kesulitan yang dihadapi.

"Dengan bergotong royong dan kedisiplinan yang tinggi, kita akan melalui masa-masa sulit ini," tulisnya.

Seperti diketahui, selama masa pandemi Covid-19 ini ada beberapa kejadian yang memilukan.

Misalnya di Lampung, ada seorang perempuan yang suaminya positif corona, sempat dikucilkan oleh tetangga.

Saat itu, perempuan tersebut bahkan sampai mengucapkan akan membakar rumahnya.

"Katanya, ''kenapa kamu orang larang saya keluar, nanti saya bakar sekalian rumah ini''," ucap Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana, menirukan istri pasien positif corona dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com.

Istri pasien positif tersebut tak hanya dikucilkan, dia juga dilarang keluar, meski sekadar untuk membeli kebutuhan mendesak.

Presiden Joko Widodo mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Presiden Joko Widodo mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (dok Istana Kepresidenan)

Tak hanya itu, dia juga sempat disudutkan dan diteror.

"Itu peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan," kata Reihana beberapa waktu lalu.

Selain di Lampung, peristiwa memprihatinkan juga sempat terjadi di Bandung Barat.

Pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 asal Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dikabarkan sempat mendapat penolakan dari sejumlah warga sekitar.

Pasien yang meninggal dunia, pada Kamis (2/4/2020) itu merupakan seorang perempuan berusia 62 tahun.

Pasien meninggal saat mendapat perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Cahya Kawaluyaan (RSCK) Padalarang.

Kepala Desa Gelanggang, Muhamad Hidayat membenarkan adanya penolakan pemakaman dari warga itu karena mereka khawatir virus tersebut bisa menyebar ke permukiman warga setempat.

"Betul sempat ada penolakan dari warga karena gak mau kalau jenazah diantar ke makam melintas permukiman. Padahal status pasien belum tentu positif," katanya.

Ada Jenazah Perawat Covid-19 Ditolak Warga Saat Dimakamkan, PPNI Sukabumi: Jangan Diskriminasi Kami

Baru-baru ini viral seorang perawat di Jawa Tengah meninggal dunia setelah dinyatakan positif Covid-19 yang ditolak warga saat akan dimakamkan.

Menanggapi kejadian tersebut, Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Sukabumi, Masykur Alawi menyayangkan kejadian tersebut.

Ia mengaku sangat prihatin karena perawat menjadi korban stigmatisasi dan diskriminasi sosial dalam berbagai bentuk.

"Ada beberapa hal yang menjadi keprihatinan kami, khususnya perawat yang sudah menjadi korban stigmatisasi dan diskriminasi sosial dalam berbagai bentuk, di Jawa Tengah baru-baru ini jenazah perawat positif Covid-19 ditolak warga untuk dimakamkan di pemakaman umum, ada juga perawat diusir dari tempat kosannya, dan berbagai bentuk diskriminasi lainnya oleh masyarakat, dan ini sangat menyakitkan kami," ujar Masykur kepada Tribunjabar.id melalui sambungan telepon, Sabtu (11/4/2020).

Dari kejadian tersebut, ia meminta kepada masyarakat, khusunya di Kabupaten Sukabumi untuk membantu para perawat dan menjaga motivasi para perawat, terutama ketika merawat pasien Covid-19.

"Kami sangat memohon kepada semua masyarakat, khususnya masyarakat kabupaten Sukabumi, bisa membantu kami, menjaga motivasi kami dengan cara jangan pernah melakukan stigmatisasi terhadap kami. Jangan pernah mendiskriminasi kami," kata Masykur.

Ia juga meminta warga tidak membicarakan dan berbisik-bisik tentang keadaan para perawat dan keluarga perawat.

"Jangan pernah membicarakan dan berbisik-bisik tentang kami dan keluarga kami, jangan pernah membuat status yang kontradiktif dengan perjuangan dan keihklasan kami. Tolong kalau ada yang perlu diketahui tentang kami, tanyakan langsung kepada kami, sehingga akan mendapatkan jawaban yang benar dan tidak menyesatkan," ujarnya.

Masykur mengatakan, perawat yang bertugas merawat pasien Covid-19 merupakan tenaga profesional yang sudah dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus tentang keperawatan, sehingga ia memastikan perawat tahu betul prinsip dan SOP dalam menghadapi penyakit menular.

Selain itu, menurut Masykur, para perawat juga selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) setiap saat dan menjaga daya tahan tubuh.

"Perawat, khususnya di Kabupaten Sukabumi selalu menerapkan aman diri dengan melengkapi diri kami dengan (APD) setiap saat, menjaga daya tahan tubuh dengan selalu ber-PHBS juga mengkonsumsi suplemen vitamin. Kami selalu taat dan mengikuti aturan dan SOP yang telah ditentukan, kami tahu kapan harus melepaskan pakaian dinas, kapan boleh keluar RS, kapan boleh bertemu keluarga dan masyarakat," ujarnya

"Kami ikhlas berjuang menahan lapar dan dahaga ketika kami sedang menggunakan APD lengkap, kami rela berpisah dengan keluarga untuk sementara demi tugas mulia ini," ucapnya.

(Tribun Jabar/Yongky Yulius)




Virus Corona Cimahi Covid 19 Walikota Cimahi Ajay Dustira UNJANI Pelajar Bandung Jokowi Presiden


Loading...