Sumber Suara Dentuman Keras Membuat Heboh Warga Jabodetabek Masih Misterius, ini Penjelasan dari BMKG

Sumber Suara Dentuman Keras Membuat Heboh Warga Jabodetabek Masih Misterius, ini Penjelasan dari BMKG
(Tribunnews.com : Google)
Editor: Epenz Hot News —Sabtu, 11 April 2020 10:18 WIB

Terasjabar.id - Sumber suara dentuman keras yang membuat heboh warga Bogor, Depok, Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (11/4/2020) dini hari, masih misterius.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menjelaskan, terkait suara dentuman tersebut, sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten.

"Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik," tulisnya dalam rilis yang diterima TribunJabar.id, Sabtu.

Beberapa warganet di media sosial mengait-ngaitkan suara dentuman keras tersebut dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Akun resmi PVMBG di Instagram @pvmbg_kesdm menginformasikan, Gunung Anak Krakatau memang sempat erupsi pada Jumat (10/4/2020) sekitar pukul 22.35 WIB.

"Terjadi erupsi G. Anak Krakatau pada hari Jumat, 10 April 2020, pukul 22:35 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak (± 500 m di atas permukaan laut)."

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah utara."

"Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 2284 detik."

"Rekomendasi:
Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah," tulisnya.

Terkait hal itu, BMKG telah melaporkan hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu.

Dari hasil monitoring itu, menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 06.00 WIB.

Sementara itu, hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan tidak ada anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.

Letusan Gunung Anak Krakatau, Jumat (10/4/2020).
Letusan Gunung Anak Krakatau, Jumat (10/4/2020). (pvmbg)

"Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami," tulis Rahmat Triyono.

Lebih lanjut BMKG menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.

Sehingga erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

BMKG menjelaskan, ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik.

Di mana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.

Adapun sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung).

"Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menujukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau pada kedalaman 13 km," tulisnya.

Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 malam. Gunung Anak Krakatau Meletus, Abu Tebal Menyembur hingga Pulau Sebesi.
Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 malam. Gunung Anak Krakatau Meletus, Abu Tebal Menyembur hingga Pulau Sebesi. (Dok. Twitter Dr. Devy Kamil Syahbana @volcanohawk)

PVMBG: Suara Misterius Bukan karena Gunung Anak Krakatau

Berdasarkan laporan berita Tribunnews.com, di kawasan Citayam, Kabupaten Bogor, suara dentuman tersebut terdengar berkali-kali dengan jeda sekitar 15 hingga 20 detik.

Eko, salah seorang warga di Citayam juga mengira suara itu bersumber dari proyek konstruksi.
"Saya dengar dentuman berkali-kali, saya kira ada proyek pasang paku bumi di sekitar daerah sini," kata Eko.

Tak hanya Eko, Ikhwan Arief yang tinggal di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan juga mendengar suara yang sama.

Dia malah mengira suara tersebut berasal dari tetangganya.

"Saya kira tetangga mukul-mukul dinding," katanya.

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM belum bisa memastikan suara dentuman yang bikin geger itu.

Kepala Bidang Gunung Api PVMBG, Hendra Gunawan mengatakan, suara dentuman tersebut kemungkinan bukan berasa dari letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

"Saya kira bukan (karena Gunung Anak Krakatau). Itu terlalu jauh," kata Hendra dalam wawancaranya di Radio Elshinta, dikutip oleh Tribunnews.com, Sabtu (11/4/2020).

Gunung Anak Krakatau memang sempat mengalami erupsi sejak Jumat (10/4/2020) malam.

Sementara petugas di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di dekat Pantai Carita justru tak mendengar ada suara dentuman.

Ia malah heran kalau suara dentuman terdengar sampai Depok dan Bogor.

"Secara instrumental tekanannya tidak terlalu besar, sehingga wajar jika tidak terjadi dentuman di pos pengamatan di Pantai Carita. Jadi aneh juga kalau terdengar sampai Depok dan Bogor karena yang dekat saja enggak kedengaran," katanya.

Gunung Anak Krakatau (tengah) dengan Pulau Serung dan Pulau Rakata di belakangnya.
Gunung Anak Krakatau (tengah) dengan Pulau Serung dan Pulau Rakata di belakangnya. (youtube@Indonesian Nature Film Society)

Di media sosial Twitter, tagar "dentuman" saat ini trending nomor satu di Indonesia.

Ada sekitar 14 ribu tweet warganet per Sabtu (11/4/2020) pagi.

Semua postingan itu berkaitan dengan dentuman yang terjadi.

Sejumlah warganet bahkan banyak yang mengunggah tangkapan layar peta sebaran gunung api di Indonesia dari MAGMA.

"Let's care of each other. Pray, pray, and pray. 2020 is the one of amazing year. #dentuman," tulis @ulfanimatin.

"Please don't make any jokes about this issue..ini bencana alam ! Please not now," tulis @candiliciousam.

"What happened last night?
#dentuman apa?
Can anybody explain to me?," tulis @notyourfavsmile.

"If that sound not from krakatau. Where from ? That sound so noisy and make the human so scared. God, please keep me and all people who loving with you. #dentuman #Erupsi #jabodetabek krakatau gempa," tulis @Waidiq.

"in the middle of pandemic? oh come on dude.. 
#Krakatau #dentuman," tulis @adhafsx.



Disadur dari Tribunjabar.id

Gunung Anak Krakatau Meletus PVMBG BMKG


Loading...