Sebut Jakarta sebagai Wuhan-nya Indonesia, Dokter Ini Setuju Larangan Mudik

Sebut Jakarta sebagai Wuhan-nya Indonesia, Dokter Ini Setuju Larangan Mudik
Tribun Jabar/Muhammad Nandri Prilatama Kondisi Tol Cikampek Utama 1 pada arus mudik Natal 2019, Selasa (24/12/2019).
Editor: Malda Hot News —Rabu, 8 April 2020 11:09 WIB

Terasjabar.id - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Prof. dr. Ari Fahrial Syam mendukung langkah pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Seperti diketahui, Jakarta akan menerapkan PSBB mulai 10 April nanti.

Pembatasan sosial skala besar ini akan berlaku sampai 2 pekan mendatang guna mencegah penyebaran Covid-19.

Ari juga mendukung larangan para kepala daerah agar perantau di kota-kota besar, khususnya wilayah DKI Jakarta tidak mudik di tengah pandemi virus corona.

Hal ini lantaran Jakarta menjadi pusat penyebaran corona dan seolah menjadi Wuhan bagi Indonesia.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Ari dalam tayangan YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (7/4/2020).

Awalnya, Ari menceritakan betapa parahnya penyebaran virus corona.

Di antaranya karena minimnya fasilitas kesehatan yang membuat korban baik tim medis atau pasien berjatuhan.

Kemudian sikap masyarakat yang masih tidak disiplin terhadap imbauan pemerintah.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Prof. dr. Ari Fahrial Syam berkomentar soal parahnya penyebaran virus corona di Indonesia.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Prof. dr. Ari Fahrial Syam berkomentar soal parahnya penyebaran virus corona di Indonesia. (YouTube Indonesia Lawyers Club)

Ari prihatin terhadap banyaknya perantau dari Jakarta yang nekat mudik ke kampung halaman.

Padahal, menurut Ari, Jakarta sudah seperti Wuhan bagi Indonesia.

"Saya pernah menyampaikan bahwa Jakarta itu seperti Wuhan-nya Indonesia," ujar Ari.

Ari pun mendukung langkah pemerintah yang tidak menganjurkan masyarakat untuk mudik.

"Jadi apa yang kita harus antisipasi, di antaranya mudik, pemerintah sudah bilang tidak dianjurkan untuk mudik," kata Ari.

"Beberapa kepala daerah bilang tidak usah mudik, lebih baik uangnya ditabung atau uangnya dikirim saja untuk orang di kampungnya," sambungnya.

Menurut Ari, imbauan untuk tidak mudik ini harus benar-benar dipatuhi masyarakat terutama perantau di Jakarta.

Banyak perantau dari wilayah ibu kota dan sekitarnya yang terbukti menularkan corona bagi orang-orang di kampungnya.

"Ini suatu hal yang harus benar-benar dilakukan, karena angka yang cukup tinggi di Jakarta ini," ungkap Ari.

"Kita tahu ketika dia pulang ke daerah dia akan menularkan kepada orang lain," tambahnya.

Untuk itu, Ari berharap PSBB bisa diterapkan dengan maksimal sehingga perkiraan jumlah kasus belasan ribu di akhir April tak akan terjadi.

"Jadi ini kalau tidak PSBB tidak benar-benar dilakukan dengan optimal, maka kita bisa tahu angka 150 persen akan naik terus jadi pada akhir April terjadilah menembus angka 10.000," ujarnya.

Ari prediksi korban corona capai belasan ribu

Dalam tayangan itu, Ari menyebut peningkatan kasus corona di Indonesia mencapai 150 persen dalam satu minggu.

"Saya terima kasih tadi Bang Karni men-stress-kan bahwa berarti di dalam satu minggu ini terjadi peningkatan 150 persen," kata Ari.

Jika sampai presentase itu stabil atau semakin meningkat, maka bukan tidak mungkin jumlah korban corona mencapai belasan ribu di akhir April.

"Jadi kalau hitung-hitung terus ini terjadi, memang yang terjadi adalah eksponensial, maka kita bisa bilang di akhir April ini belasan ribu yang akan positif," ujar Ari.

Peningkatan akan terus terjadi, di antaranya jika masyarakat masih banyak yang menyepelekan corona.

Menurut Ari, masih banyak orang yang belum merasa khawatir soal bahaya corona lantaran virus ini tidak terlihat dengan mata telanjang.

"Ini kalau tidak ada upaya-upaya bagaimana eksponensial ini bisa kita flat-kan, kita usaha ke situ," ungkap Ari.

"Sebagian masyarakat itu tahu sebenarnya bahwa virus itu ada di mana-mana bahkan ada yang bilang 'Kan virusnya enggak kelihatan'," tuturnya.

Ari mengungkap banyak orang hanya bisa kapok jika anggota keluarga mereka sudah ada yang positif corona.

"Nah ini memang sekali lagi saya bilang, kalau tidak ada anggota keluarganya yang kena, kapok tuh kurang, belum kapok," ujar Ari.

Ari kemudian menceritakan penuturan pasiennya di mana warga kampung mulai patuh physical distancing setelah ada warga yang positif.

"Saya ambil contoh ada pasien saya cerita 'Dok, saya tinggal di belakang rumah pasien yang positif, sekampung itu sepi'," kata Ari.

"Karena rasa takutnya itu tadi, karena sudah ada yang kena," sambungnya.

Selain masalah sikap masyarakat yang tidak disiplin, Ari menyebut faktor lain penambahan jumlah korban, yakni ketidaksiapan rumah sakit.

Rumah sakit yang menjadi rujukan corona di Indonesia dinilai tidak mencukupi untuk menampung seluruh pasien positif.

"Kita coba men-trace, apa sih masalahnya kenapa kok banyak yang meninggal, ternyata pertama adalah rumah sakit tidak siap," ungkap Ari.

Akibat ketidaksiapan rumah sakit, pasien pun terlambat ditangani sehingga kondisi semakin parah dan rentan meninggal dunia.

"Dalam arti kata kapasitas rumah sakit tidak siap, jadi pasien itu datang dalam keadaan terlambat," kata Ari.

"Kita juga dengar cerita bahwa ada pasien karena rumah sakit rujukan penuh, akhirnya pindah-pindah dan akhirnya pada saat dapat (rumah sakit) sudah harus (pakai) ventilator," paparnya.

Diketahui, jumlah kasus positif di Indonesia bertambah 247 sehingga menjadi 2.738 per Selasa (7/4/2020).

2.313 dirawat, kemudian 221 meninggal dunia, dan 204 dinyatakan sembuh.

Berikut video lengkapnya:

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)


jakarta Wuhan Indonesia Mudik


Loading...