Dampak dari Mewabahnya Virus Korona, Warga di 5 Kecamatan di Kabupaten Garut Diwajibkan Tinggal di Rumah Setelah Terkonfirmasu Satu Orang Positif

Dampak dari Mewabahnya Virus Korona, Warga di 5 Kecamatan di Kabupaten Garut Diwajibkan Tinggal di Rumah Setelah Terkonfirmasu Satu Orang Positif
(TRIBUN JABAR / M SYARIF ABDUSSALAM : Google)
Editor: Epenz Hot News —Rabu, 1 April 2020 08:02 WIB

Terasjabar.id - Warga di lima kecamatan di Kabupaten Garut diwajibkan Pemkab Garut untuk tinggal di rumah setelah terkonfirmasi satu orang positif Covid-19.

Pemkab juga akan meliburkan Pasar Wanaraja selama dua sampai tiga hari.

Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan, lima kecamatan tersebut yakni Wanaraja, Karangpawitan, Pangatikan, Sucinaraja, dan Banyuresmi.

Secara geografis, kelima kecamatan itu berdekatan dengan lokasi pasien positif.

"Kita akan lebih ketat lagi terutama di lima kecamatan. Jangan dulu keluar rumah. Paling utama perhatikan pasar. Dari lima kecamatan hampir semuanya belanja ke pasar itu (Wanaraja). Khawatir (pasar) jadi tempat penularan," ucap Helmi, Selasa (31/3).

Pihaknya juga mengambil kebijakan untuk meliburkan Pasar Wanaraja.

Rencananya penutupan dilakukan 2-4 April.

Selama diliburkan, pasar akan disterilisasi dengan penyemprotan disinfektan.

"Selama penyemprotan itu tak boleh terbuka. Takut kena makanan kan bahaya. Makanya ditutup untuk putus mata rantai penyebaran. Mohon masyarakat paham ini," katanya.

Helmi menyebut, pihaknya sudah melalukan pelacakan kepada orang yang kontak erat dengan KC-1.

Hingga kini, ada enam lokasi yang pernah disinggahi KC-1.

Pihaknya juga sudah melakukan rapid test kepada 28 orang yang sudah pernah kontak dengan KC-1.

"Hasilnya sudah keluar dan negatif. Tapi kami minta untuk isolasi diri di rumah selama 14 hari. Karena statusnya tetap ODP," ujarnya.

Social dan physical distancing harus diutamakan warga setelah adanya kasus positif. Utamanya harus tinggal di rumah sesuai anjuran pemerintah.

Pihaknya juga sudah menyediakan anggaran per RW untuk penanganan virus corona.

"Apalagi malam hari saya minta tiap RW ada ronda. RW lakukan langkah prefentif. Biaya gotong royong untuk fisik sudah digeser. Bisa digunakan untuk pencegahan dan penanggulangan Covid-19 sebesar Rp 10 juta per RW," ucapnya.

Pihaknya juga akan membubarkan warga yang masih berkerumun. Warga tak boleh mengadakan acara yang melibatkan banyak massa.

"Kami juga akan koordinasi agar perkantoran di sekitar lokasi positif untuk tutup. Bukan hanya pasar yang akan disemprot," katanya.

Helmi menambahkan, bagi penarik delman juga diminta tak beroperasi.

Pemkab telah menyiapkan kompensasi selama tak beroperasional.

"Termasuk angkot akan dibatasi. Upaya ini agar penyebarannya tidak meluas," ucapnya. 

Mudik dari Jakarta Kondisi Sakit, Naik Bus

Satu pasien positif Covid-19 di Garut sempat datang ke dua fasilitas kesehatan (Faskes) sebelum menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD dr Slamet Garut.

Paramedis di Faskes itu tak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat menangani pasien tersebut.

Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, menyebut pasien itu pertama kali berobat ke Faskes pada tanggal 21 Maret 2020.

Lalu keesokan harinya, ia kembali berobat ke Faskes lain.

"Dia terjangkit di Jakarta. Dalam keadaan sakit pulang ke Garut tanggal 20 (Maret). Memang kita belum lakukan penjagaan di Kadungora pada tanggal itu," kata Helmi di Command Center Garut, Selasa (31/3/2020).

"Lalu tanggal 21 berobat di Faskes, tanggal 22 berobat lagi di Faskes berbeda di kecamatan itu."

Setelah mengalami gejala demam, pasien tersebut baru dirujuk ke RSUD dr Slamet Garut pada 23 Maret.

Ia langsung menjadi PDP karena mengalami beberapa gejala seperti demam.

Pasien laki-laki berusia 56 tahun itu terkonfirmasi positif Covid-19 setelah hasil tes swab keluar pada Senin (30/3/2020) pukul 22.00.

"Setelah tahu positif, kami langsung lakukan tindakan-tindakan taktis dan strategis agar virus tak menyebar. Pasien sudah ditangani dan kami lakukan tracking," ujarnya.

Helmi menyebut, ada tujuh tempat yang sedang ditelusuri.

Dalam satu tempat yang didatangi, bisa jadi pasien tersebut bertemu dengan puluhan orang.

"Satu tempat bisa jadi berpuluh-puluh (kontak dengan orang). Kalau rata-rata 30 (orang), ada 200 yang harus dilakukan pemeriksaan dan rapid test," ucapnya.

Petugas Dinas Kesehatan, disebut Helmi sudah ke lapangan melakukan pemeriksaan.

Ia meminta warga Garut untuk taat mengikuti social dan physical distancing sesuai arahan pemerintah.

Dikonfirmasi Bupati Garut

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengonfirmasi satu pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD dr Slamet Garut positif corona atau Covid-19.

Hasil tersebut berdasarkan tes swab yang dilakukan kepada pasien tersebut tersebut.

Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 56 tahun itu datang ke Garut dari Jakarta menggunakan kendaraan umum.

Saat pulang ia dalam kondisi sakit.

Warga Kecamatan Wanaraja itu kini dalam kondisi baik. Ia terkonfirmasi positif setelah hasil tes keluar pada Senin (30/3/2020) malam pukul 22.00.

"Dia datang tanggal 20 (Maret) ke Garut. Sementara kami lakukan pengetatan di pintu masuk itu baru tanggal 21. Datang itu sudah kondisi demam," ucap Rudy di Command Center Garut, Selasa (31/3/2020).

Pria tersebut juga sempat berobat ke klinik di Garut Timur. Saat berobat, paramedis di klinik tersebut juga tak memakai alat pelindung diri (APD).

"Jadi sekarang kami alami sesuatu kesulitan untuk memetakannya. Karena terlalu banyak (interaksi dengan orang)," katanya.

Pasien positif itu, lanjutnya, tinggal di dekat pasar yang hanya berjarak 30 meter.

Apalagi pasar itu bisa dikunjungi 5 ribu orang per harinya.

"Yang bersentuhan dengan dia banyak sekali. Akan rapat langkah konkrit apa yang akan dilakukan. Opsi karantina dirapatkan dulu. Daerah ini perlintasan kecamatannya. Jika ditutup banyak hal yang harus dipertimbangkan," ujarnya.


Disadur dari Tribunjabar.id

Virus Korona Wabah Virus Korona Kabupaten Garut


Loading...