Kurs 'Stabil' Walau Dihantam Corona, Rupiah Justru Jadi Mata Uang Terlemah di Asia

Kurs 'Stabil' Walau Dihantam Corona, Rupiah Justru Jadi Mata Uang Terlemah di Asia
(Foto: Wowkeren.com)
Editor: Admin Teras Bisnis —Senin, 30 Maret 2020 15:14 WIB

Terasjabar.id -  Di luar sektor kesehatan, ekonomi menjadi aspek kehidupan yang paling terdampak oleh wabah virus Corona. Salah satunya terkait pelemahan ekonomi, tak hanya di Indonesia tetapi juga dunia.

Nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pun ikut terdampak karenanya. Naun tak seperti sebelumnya, kurs tukar Rupiah terhadap USD masih terkendali meski cukup mengkhawatirkan.

Dipantau dari Kurs BCA, USD 1 kini setara dengan Rp 16.430. Nominal ini besar, namun tergolong terkendali mengingat tak ada fluktuasi harga yang signifikan dalam beberapa hari terakhir serta tak separah sebelumnya yang pernah mencapai hampir Rp 17 ribu.

Namun di luar "prestasi" ini, rupanya Rupiah benar-benar babak belur. Sebab sesuai kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (30/3), Rupiah ternyata mengalami pelemahan 0,65 persen dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Bahkan di Asia, Rupiah merupakan yang terlemah, tepat di belakangan Korea Selatan dengan mata uang Won. Hampir semua mata uang utama di Asia mengalami pelemahan pada pergerakan pasar hari ini, kecuali Yuan Tiongkok, Yen Jepang, dan Peso Filipina.

Lantas mengapa situasi ini bisa terjadi? Dilansir dari CNBC Indonesia, tampaknya pasar keuangan sudah tak lagi bisa menerima "janji surga" lewat stimulus fiskal dan moneter dari petinggi berbagai negara.

Sebagai pembanding, pekan lalu, Presiden Donald Trump sempat memberikan stimulus fiskal senilai USD 2 triliun. Kebijakan ini sempat memberikan angin segar di pasar keuangan, namun ternyata tak berdampak panjang.

CNBC Indonesia menuturkan, stimulus-stimulus serupa sudah tak lagi membangkitkan gairah pasar perekonomian. Pelaku ekonomi disebut-sebut masih mengkhawatirkan tingginya laju penyebaran virus Corona yang belakangan turut menjangkiti para tokoh penting.

Situasi ini membuat banyak pakar ekonomi meyakini dunia berada di jurang resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut tak ada lagi hal yang bsia dilakukan kecuali menghentikan penyebaran virus agar resesi tak semakin lebar.

"Kami telah mengkaji ulang prospek pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021. Sekarang sudah jelas bahwa kita sudah memasuki resesi, sama atau bahkan lebih parah dibandingkan 2009," terang Direktur Pelaksana IMG, Kristalian Georgieva.

"Kami memperkirakan ada pemulihan pada 2021, bahkan mungkin dalam kisaran yang lumayan tinggi," imbuhnya. "Syaratnya, kita harus sukses meredam penyebaran virus ini di mana pun dan kita mampu mencegah masalah likuiditas agar tidak melebar menjadi isu penyelamatan (solvancy)."

(Wowkeren.com)

Kurs 'Stabil' Walau Dihantam Corona Rupiah Justru Jadi Mata Uang Terlemah di Asia Covid-19


Loading...