KAPANSIH Pandemi Virus Corona Berakhir? Ini Pendapat Para Ahli

KAPANSIH Pandemi Virus Corona Berakhir? Ini Pendapat Para Ahli
Tribunjogja
Editor: Malda Teras Health —Senin, 30 Maret 2020 08:34 WIB

Terasjabar.id - Penyakit virus corona baru atau yang disebut SARS-CoV-2 sudah ditetapkan sebagai bencana nasional.

Virus yang pertama kali mewabah di Wuhan, Cina itu menyebabkan penyakit yang dikenal dengan istilah Covid-19.

Virus corona sudah menjangkit manusia di beberapa negara di seluruh Dunia.

Tidak memandang bulu, virus corona dapat menjangkit siapa saja. Muda, tua, perempuan, laki-laki, dan tidak memandang ras maupun agama.

Penderita virus corona akan mengalami gejala batuk, demam, dan sesak napas. Beberapa kasus melaporkan penderita juga mengalami diare.

Tak hanya menganggu kesehatan, virus corona juga membuat aktivitas tidak berjalan semestinya.

Masyarakat diminta untuk menjaga jarak antar sesama minimal 2 meter. Penularan virus corona cukup tinggi sehingga menjaga jarak perlu dilakukan.

Pertemuan yang melibatkan banyak orang seperti konferensi, konser dan lainnya ditunda ataupun dibatalkan.

Sekolah diliburkan. Masyarakat diminta berdiam diri di rumah bila tidak ada keperluan penting untuk berpergian.

Keadaan tersebut tentu menyusahkan banyak orang. Pertanyaan pun muncul.

Kapan wabah virus corona berhenti?

Para ahli mengatakan kemungkinannya kasus penyakit ini akan mulai berkurang ketika sudah cukup banyak orang memiliki kekebalan terhadap virus corona.

Orang yang telah dinyatakan sembuh dari virus corona kemungkinan sudah memiliki kekebalan tubuh sehingga tidak mudah kembali terinfeksi.

ilustrasi social distancing mencegah penyebaran virus corona
ilustrasi social distancing mencegah penyebaran virus corona (Pixabay)

Kekebalan tubuh terhadap virus corona juga dapat terjadi setelah dilakukann vaksinasi.

Namun, hingga kini vaksin virus corona belum ditemukan.

Aubree Gordon, profesor epidemiologi di University of Michigan, dikutip dari artikel livescience yang ditulis pada Februari 2020, mengatakan penyebaran virus corona begitu mudah.

Cara terbaik untuk mengontrol atau memperlambat penyebaran virus tersebut adalah melalui tindakan pencegahan seperti karantina dan pembatasan perjalanan.

Namun pencegahan penyebaran virus corona akan sangat sulit, kata Gordon, sebab penderita mengalami gejala yang tidak spesifik.

Virus juga membutuhkan masa inkubasi yang lama.

Seseorang yang terinfeksi tidak langsung menunjukkan gejala.

Pandemi ini akan berakhir ketika virus sudah tidak bisa menginfeksi orang lagi.

Contohnya saja pandemi flu spanyol pada 1981.

Penyakit itu diduga menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia.

Banyak di antara mereka adalah tentara yang saat itu sedang beperang dalam petempuran jarak dekat ketika Perang Dunia I.

Begitu berakhir dan orang kembali ke kampungnya, penyebaran flu spanyol melambat.

Sebab, kontak dekat menurun. Dan orang-orang sudah memiliki kekebalan tubuh karena sembuh dari infeksi sehingga virus tidak dengan mudah menular.

Profesor epidomologi dari New York University, Joshua Epstein mengatakan rantai penularan terhenti ketika orang-orang memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.

Ia menyebut kasus yang disebabkan virus corona yang termasuk strain flu dapat menurun ketika cuaca menghangat dan dapat kembali menjangkit ketika musim gugur dan dingin.

Namun, pernyataan itu dibantah oleh Dr Nancy Messonnier, direktur CDC's National Center for Immunization and Respiratory Diseases.

Secara terori, kondisi lingkungan memang dapat mempengaruhi penyebaran virus, oleh sebab itu virus memiliki masa kemunculannya.

Professor Gordon mengatakan virus corona merupakan tipe virus yang dapat bermutasi sehingga manusia akan lebih sulit melawannya.

Jadi apa yang harus dilakukan masyarakat agar wabah virus corona berakhir?

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah social distancing.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan jarak sosial atau social distancing sebagai tetap di luar perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak dari orang lain jika memungkinkan.

Rumus yang dipakai adalah 2 meter. Anda menjaga jarak dengan orang lain sejauh 2 meter.

CDC menyarankan untuk tidak menggunakan transportasi umum, taksi, atau tumpangan kendaraan orang lain selama Anda melakukan social distancing.

Social distancing perlu dilakukan agar kota tempat Anda berada tidak perlu dilockdown.

Dokter Panji Hadisoemarto, M.P.H mengatakan social distancing perlu segera diterapkan.

"Saya tidak bisa menjawab dengan pasti (kapan harus dilakukan social distancing), tapi satu jawaban tentatif yang selalu saya berikan adalah 'The sooner the better' (semakin cepat semakin baik)," ujarnya, seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Dokter lulusan Harvard T.H.Chan School of Public Health dan Dosen Departemen Kesehatan Publik dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu mengatakan saat ini belum ada informasi detail mengenai keganasan virus corona di Indonesia.

Bentuk virus Corona di mikroskop (Sumber: NIAID-RML)
Bentuk virus Corona di mikroskop (Sumber: NIAID-RML) (Sumber: NIAID-RML)

Namun, bisa jadi kondisinya tidak jauh berbeda dengan negara yang sudah terjangkit.

"Ini masa yang penuh ketidakpastian. Kita tidak punya data, sebuas apa virus ini di indonesia. Tapi kalau kita lihat apa yang sudah terjadi di negara-negara lain, China, Italia, Jerman dan negara-negara lain; kita bisa cukup percaya diri menyimpulkan (bahwa) Indonesia tidak akan terlalu berbeda," imbuhnya lagi.

Dikatakan Panji, social distancing sendiri memiliki skala yang luas.

Social distancing bisa dilakukan secara pribadi dengan menghindari keramaian atau orang yang sedang sakit, atau dilakukan oleh pemerintah dan otoritas dengan memberlakukan kebijakan untuk tidak ke kantor dan berkerumun.

Sependapat dengan Panji, Dokter Nafsiah Mboi SpA, MPH yang juga alumni dari Harvard T.H. Chan School of Public Health dan mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkata bahwa social distancing dan larangan perjalanan (travel ban) sebaiknya dilakukan secepatnya tanpa menunggu data.

Hal-hal ini, ujar Nafsiah, bisa dilakukan secara prioritas, misalnya dengan melakukan lebih banyak screening untuk pengunjung dari daerah yang epidemik virua corona.

Nafsiah menggarisbawahi bahwa social distancing juga harus dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah, mulai dari dinas kesehatan setempat hingga puskesmas.

Tujuannya untuk mensosialisasikan mengenai pencegahan virus corona hingga ke akar rumput.

"Kalau masyarakat sudah mengerti apa yang harus dia lakukan sampai ke akar rumput, saya kira itu akan banyak sekali dampaknya. Sebelum lockdown dan sebagainya," katanya.

Lalu, apa yang harus Anda lakukan? Berikut langkah dan panduan mencegah virus corona dengan social distancing.

1. Hindari kontak dekat orang lain

Ahli epidemiologi UC San Francisco Jeff Martin, MD, MPH, dan George Rutherford, III, MD, menjelaskan, social distancing adalah kunci hidup untuk beberapa waktu ke depan.

Dia menganjurkan untuk menghindari kontak dekat dengan orang lain untuk menghindari penangkapan virus sendiri dan untuk menghindari menularkannya.

2. Social distancing meluas ke tindakan pencegahan di lingkungan

Social distancing juga dapat secara efektif meluas ke tindakan pencegahan lingkungan seperti mendisinfeksi permukaan yang sering disentuh yang mungkin menularkan virus, kata Martin.

3. Menghindari pertemuan besar

Banyak kota ataupun perusahaan telah mendorong social distancing dengan melarang pertemuan besar, mendorong telecommuting dan menutup sekolah.

4. Menghindari transportasi umum

Hindari menggunakan transportasi umum yang penuh sesak jika memungkinkan.

Dengan meminimalisasi bersinggungan dengan orang lain, kita dapat mengurangi risiko tertular virus sebaik mungkin.
Para ahli pun menyarankan bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun untuk tinggal di rumah saja.

Pasalnya, lansia merupakan kelompok paling rentan tertular virus.

5. Panduan ke restoran dan gym

Bagi orang muda, pergi ke restoran atau gym tidak masalah.

Asal, bersihkan permukaan alat yang dipakai (baik alat makan dan peralatan gym) dengan disinfektan.

Sementara untuk pergi ke tempat ramai, di mana harus bersinggungan dengan orang lain, para ahli meminta untuk memikirkan risiko yang akan dihadapi.

Tempat ramai yang dimaksud misalnya bar atau pertunjukan musik.

(Tribunjabar.id)

Virus Corona Pandemi Indonesia


Loading...