Dubes RI untuk Rusia: Islam Tumbuh Pesat di Era Putin

Dubes RI untuk Rusia: Islam Tumbuh Pesat di Era Putin
M Wahid Supriyadi, Dubes RI untuk Rusia (Foto: Rakean Radhana Natawigena / 20detik)
Editor: Malda Hot News —Rabu, 11 Maret 2020 10:16 WIB

Terasjabar.id - Paham komunis secara ideologi dan politik sudah bukan menjadi kekuatan dominan lagi di Rusia. Presiden Vladimir Putin yang berkuasa sejak 1999 juga bukan seorang komunis dan ramah terhadap kaum muslim.

"Rusia ini bukan komunis lagi. Di sana, Partai Komunis itu (kini) kursinya cuma di bawah 10 persen. Putin itu penganut Ortodoks, bukan komunis. Dia memang pernah jadi anggota KBG tapi itu profesional saja," kata Duta Besar RI untuk Rusia M. Wahid Supriyadi kepada tim Blak-blakan detikcom.
Selama Putin berkuasa, ia melanjutkan, kehidupan beragama masyarakat muslim, ortodok maupun agama dan kepercayaan lain berjalan harmonis. Semua bebas beribadah, dan tak ada gangguan terhadap muslimah yang berjilbab. Khusus untuk Islam, Wahid menyebut perkembangannya relatif lebih pesat. 
"Di era Putin ini ada sekitar 8.000 masjid di sejumlah wilayah di Rusia," kata Wahid yang pernah menjadi Dubes di Uni Emirat Arab itu.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia sudah terjalin selama 70 tahun. Ikatan itu diawali dengan pengakuan Rusia (Uni Soviet) atas kemerdekaan Republik Indonesia pada 3 Februari 1950. Rusia adalah salah satu negara yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia.

"Rusia berperan dalam mendorong PBB supaya kita diakui sebagai negara yang berdaulat," kata Wahid Supriyadi.

Menurut alumnus Sastra Inggris UGM itu sebelum Indonesia merdeka sebenarnya hubungan baik dengan Rusia sudah lama terjalin. Hal ini ditandai dengan kedatangan Tsar Rusia Nicolas II ke Batavia pada 1891. Saat itu Tsar Nicolas II menunjuk konsul pertama di Batavia.

Bahkan jauh sebelum itu, di era Walisongo salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa yakni Sunan Ampel merujuk sejumlah sumber sejarah, berdarah Samarkand (bagian wilayah Uzbekistan) yang merupakan wilayah kerajaan Rusia kala itu.

"Karena itu ada yang menyebut masuknya Islam ke Jawa tidak dari Timur Tengah tapi dari Rusia," kata Wahid.

Informasi lain terkait Islam di Rusia, ia melanjutkan, adanya masjid tertua di Republik Dagestan yang 95 persen warganya muslim. Mesjid tersebut diyakini dibangun 10 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

"Lokasinya di kota Derbent, bangunannya masih orisinal dan masih dijaga hingga saat ini," kata lelaki kelahiran Banyumas, 18 Agustus 1959 itu.

Dari fakta itu juga terungkap masuknya Islam ke Rusia sejak abad ke-10 atau tahun 988 di masa Prince Vladimir, salah satu dinasti Rurik pendiri Rusia.

Di masa itu Islam menjadi satu dari tiga agama yang menjadi calon agama resmi negara, selain Yahudi dan Kristen Ortodoks. Karena Yahudi tak bisa mempertahankan negaranya dan Islam melarang alkohol, akhirnya Ortodoks yang dipilih.

Semua informasi tersebut didapatkan Wahid selama 4 tahun bertugas di negeri 'Beruang Merah' itu. Dalam setiap kunjungan ke sejumlah masjid di wilayah Rusia, ia melanjutkan, para jemaah umumnya mengenal Indonesia dan Soekarno.

Kenyataan itulah yang membuat Wahid menulis artikel mengenai jasa Soekarno mengembalikan masjid Biru di St. Petersburg kepada umat Islam. Dia juga menggambarkan era Soekarno sebagai era keemasan pertama hubungan Indonesia dengan Rusia.

Bagaimana hubungan kedua negara sekarang ini, khususnya di bidang investasi, perdagangan, pendidikan, hingga pariwisata? Wahid Supriyadi memaparkannya dalam Blak-blakan "Rusia, Muslim Terbesar di Eropa" di detik.com, Rabu (11/3/2020). Jangan lewatkan!(Detik.com)

Rusia Vladimir Putin Kaum Muslim Dubes RI


Loading...