Dikutip dari Kantor Berita Yonhap, media sokongan Pemerintah Korea Selatan, sekitar 10 ribu orang yang sempat dikarantina karena terinfeksi virus COVID-19.
Saat ini, dikabarkan pemerintah setempat telah melepas 40 persennya karena dianggap tak menunjukkan gejala.
Namun, ternyata Pemerintah Korea Utara tidak mengakui keberadaan virus di negaranya.
"Penyakit infeksius itu (COVID-19) belum sampai ke negara kita sama sekali," ujar surat kabar Rodong Sinmun yang dikendalikan Pemerintahan Kim Jong-Un pada Senin 9 Maret 2020 dikutip dari Newsweek.
Tak hanya itu, media milik pemerintah itu memperingatkan warganya untuk tak menghalangi upaya mereka mengendalikan penyebaran virus corona.
Entah bagaimana maksudnya, surat kabar ini menyebut tindakan yang menghambat sebagai 'tindakan yang benar-benar tak dapat diterima'.
"Baru-baru ini, muncul fenomena bahwa masyarakat memandang orang yang menggunakan masker adalah beban,
"Mereka bersikukuh dengan pendapatnya melawan orang-orang yang perlu mematuhi peraturan karantina," lanjut surat kabar itu.
Koran itu pun mengatakan bahwa ancaman wabah belum dapat diprediksi.
"Kami bekerja untuk menutup semua akses yang memungkinkan masuknya penyakit ini (perbatasan darat, udara, laut) akan terus berlanjut secara intensif," pungkas media itu.
Padahal, seminggu sebelumnya Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Undikabarkan menemui Presiden Korea Selatan Moon Jae-In.
Kim Jong-Un meminta bantuan untuk membendung virus corona di negaranya sebagaimana dikabarkan media Korea Selatan, Chosun Ilbo.
Kabar tersebut dianggap mengonfirmasi kondisi sebenarnya dari negara yang didirikan oleh Kim Il-Sung itu.
(Pikiran-rakyat.com)