Ramadan 2020 Bakal Lebih Istimewa Karena Kedatangan Asteroid Bersahabat

Ramadan 2020 Bakal Lebih Istimewa Karena Kedatangan Asteroid Bersahabat
Bulan Ramadan 2020 akan terasa istimewa bagi penggemar astronomi karena akan kedatangan asteroid besar yang tak berbahaya bagi warga Bumi. Foto/ist
Editor: Admin Teras Techno —Senin, 9 Maret 2020 15:58 WIB

Terasjabar.id - Bulan Ramadan 2020 bakal terasa istimewa bagi penggemar astronomi. Sebab ada asteroid besar sekelas “Apollo” yang diprediksi bakal mendekati Bumi.

Bulan Ramadan 1441 H sendiri sudah ditetapkan oleh PP Muhammadiyah akan jatuh pada tanggal 24 April 2020. Sementara, merujuk data Center of Near Earth Object Studies (CNEOS) NASA yang dilaporkan laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan, Asteroid 2016 HP6 akan melitas mendekati Bumi pada 8 Mei, pukul 04.48 WIB pada jarak 4,33 jb (jarak bulan) atau 1,66 juta kilometer. Asteroid ini memiliki kecpatan relatif 5,72 kilometer per detik ketika mendekati Bumi dan dikategorikan sebagai asteroid Apollo.

Asteroid Apollo adalah asteroid yang memiliki sumbu setengah panjang lebih besar dibandingkan orbit Bumi (> 1 Satuan Astronomi, SA). Namun jarak perhelionnya lebih kecil dibandingkan aphelion Bumi (< 1,017 SA).

Beberapa asteorid Apollo bisa menjadi ancaman bagi penduduk di Bumi apabila berada pada jarak yang sangat dekat. Ambil contoh, Meteor Chelyabinsk yang memasuki atmosfer Bumi dan meledak di langit Kota Chelyabinsk, Rusia pada 15 Februari 2013 lalu dengan ukuran 17 meter.

Asteroid 2016 HP6 memiliki sumbu setengah panjang sebesar 1,579 SA atau 236 juta kilometer dengan kelonjongan orbit sebesar 0,357. Jarak terdekat asteroid ini dengan Matahari sebesar 1,014 SA dengan kemiringan orbit 3,92° terhadap ekliptika, yang mana sedikit lebih miring dibandingkan orbit Venus (inklinasi 3,39°).

Periode orbit asteroid ini selama 724,5 hari atau 1,98 tahun atau sedikit lebih lama dibandingkan periode orbit Mars yakni 687 hari atau 1,88 tahun.


Asteroid 2016 HP6 diperkirakan berukuran antara 23 hingga 52 meter dengan magnitudo absolut +25,3 jika diamati pada jarak 1 SA dari Matahari. Asteroid ini memiliki jarak perpotongan orbit minimum (minimum orbit intersection distance, MOID) sebesar 0,0053817 SA atau 805 ribu kilometer terhadap orbit Bumi, yang mana jauh lebih kecil dari 0,05 SA atau 7,5 juta kilometer, tapi magnitudo absolutnya lebih besar daripada +22. Sehingga objek ini tidak dapat dikategorikan sebagai objek berpotensi bahaya (Potentially Hazardous Object, PHO).

Disitat dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, lintasan orbit asteroid dapat berubah dikarenakan tarikan gravitasi planet. Saintis percaya asteroid sesatan (stray asteroid) maupun pecahan dari tabrakan asteroid lebih awal telah menabrak Bumi di masa silam, yang mana berperan penting dalam evolusi planet Bumi.

Sedangkan menurut Planetary Defense Coordination Office NASA, jatuhnya asteroid adalah proses alami yang terjadi terus menerus. Setiap harinya, material 80-100 ton, asteroid jatuh ke Bumi dari luar angkasa dalam bentuk debu dan meteorit kecil (pecahan asteroid yang hancur di atmosfer Bumi).

Setidaknya dalam 20 tahun terakhir, sensor radar Pemerintah Amerika Serikat telah mendeteksi hampir 600 asteroid berukuran sangat kecil (beberapa meter saja) yang memasuki atmosfer Bumi, sehingga menciptakan bolide atau fireball. Para ahli memperkirakan benda jatuh alami yang besarnya sama dengan pecahan meteorit di Chelyabinsk terjadi sekali atau dua kali dalam 100 tahun.

Lapan dalam website-nya menyebutkan, benda jatuh alami yang lebih besar diperkirakan sangat jarang terjadi bahkan dalam skala ratusan hingga ribuan tahun. Namun mengingat ketidaklengkapan katalog Objek Dekat Bumi saat ini, benda jatuh alami seperti meteorit Chelyabinsk dapat terjadi kapan saja. 

(Sindonews.com)

Ramadan 2020 Bakal Lebih Istimewa Karena Kedatangan Asteroid Bersahabat


Loading...