Hasil Pemeriksaan 136 Pasien dalam Pengawasan Virus Corona di Indonesia, Seluruhnya Negatif

Hasil Pemeriksaan 136 Pasien dalam Pengawasan Virus Corona di Indonesia, Seluruhnya Negatif
ISTIMEWA/Dokumentasi BNPB Persiapan observasi suspek virus corona untuk ABK di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, Rabu (26/2/2020).
Editor: Malda Teras Health —Sabtu, 29 Februari 2020 16:21 WIB

Terasjabar.id - Sebuah data terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) telah menunjukkan hasil pemeriksaan pasien terduga Virus Corona di Indonesia.

Dalam data tersebut, yang dikeluarkan pada 27 Februari 2020, tercatat telah memeriksa 136 spesimen terduga (suspect) virus Corona (Covid-19) di Indonesia.

Disebutkan pasien yang diperiksa tersebut mempunyai gejala demam, batuk, sesak napas dan mempunyai riwayat perjalanan ke negara terjangkit COVID-19 dalam waktu 14 hari terakhir.

Pasien ini dirawat di ruang isolasi dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah sakitnya itu karena COVID atau bukan.

Para pasien dalam pengawasan virus corona tersebut, tersebar di 44 rumah sakit yang ada di 22 Provinsi di Indonesia.

136 Pasien terduga Virus Corona di Indonesia telah diperiksa
136 Pasien terduga Virus Corona di Indonesia telah diperiksa hasilnya semua negatif corona.

Diantaranya DKI Jakarta 35 orang, Bali 21 orang, Jawa Tengah 13 Orang, Kepri 11 orang, Jawa Barat 9 orang, Jawa Timur 10 orang, dan Banten 5 orang.

Sedangkan Sulawesi Utara 6 orang, Yogyakarta 6 orang, Kalimantan Timur 3 orang, Sulawesi Selatan 2 orang, Jambi 1 orang, dan Papua Barat 1 orang.

NTB 2 orang, Bengkulu1 orang, Kalimantan Barat 1 orang, Kalimantan Tengah 1 orang, Sulawesi Utara 1 orang, Maluku 1 Orang, Sumatera Barat 1 orang, Bangka Belitung 1 orang, Sumatera Selatan 2 orang.

Dan hasil pemeriksaan 136 pasien dalam pengawasan virus corona menunjukkan bahwa belum satupun positif virus mematikan tersebut.

Ternyata Sering Cuci Tangan & Pakai Sanitizer Tingkatkan Risiko Infeksi Virus, Ini Penjelasannya

Ilustrasi Cuci Tangan.
Ilustrasi Cuci Tangan. (Arriba)

Beberapa ahli medis mulai memperingatkan, kebiasaan terlalu sering mencuci tangan dan pakai sanitizer ternyata miliki dampak negatif.

Menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol terlalu banyak sebagai tindakan perlindungan terhadap virus corona malah meningkatkan risiko infeksi melalui gangguan kulit.

Seperti diketahui virus baru yang menyebabkan penyakit ini secara resmi dikenal sebagai COVID-19.

Virus Corona pertama kali terdeteksi di pusat Kota Wuhan di Cina akhir tahun lalu.

Sejauh ini, virus Corona telah menginfeksi lebih dari 75.000 orang dan membunuh 2.500 di seluruh dunia.

Dilansir dari Japantoday.com, mencuci tangan dengan sabun terlalu sering juga dapat memiliki efek buruk, mengingat, itu bisa mengikis kulit.

Selain itu, melemahkan kemampuan kulit untuk bekerja sebagai penghalang dan menjaga kelembaban.

Para ahli menyebut menggunakan pembersih berbasis alkohol secara berlebihan dan mencuci tangan dapat menghilangkan "flora bakteri normal" yang melapisi kulit dan menangkal invasi agen patogen seperti norovirus.

"Tentu saja, perlu untuk mencuci tangan dan menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol untuk mengurangi penularan virus baru, tetapi melakukan sesuatu yang berlebihan itu tidak baik," kata juru bicara produsen produk kimia dan konsumen Jepang Kao Corp.

Di Tokyo, pembersih tangan berbasis alkohol telah terjual habis di apotek dan toko serba ada.

Para pakar kesehatan telah menekankan, langkah-langkah pencegahan terhadap virus corona baru serupa dengan yang melawan influenza dan pilek.

Memang, gelombang influenza telah secara signifikan memudar di Jepang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan akhir pekan lalu.

Alkohol, yang dikenal memiliki sifat disinfektan, telah sering digunakan untuk menjaga tangan bebas dari bakteri dan virus.

Namun, pada saat yang sama, desinfeksi dengan alkohol menghilangkan kulit dari minyak dan air dan dapat menyebabkan tangan kasar dilakukan secara berlebihan.

Selain itu, cuci tangan yang terlalu banyak dengan bahan kimia menimbulkan masalah iritasi kulit.

Ketika fungsi penghalang normal kulit terganggu, ia menjadi lebih rentan terhadap iritasi dan semakin kasar.

"Kulit kering dan rusak bisa menjadi sarang bakteri penyakit dan juga meningkatkan risiko virus memasuki tubuh melalui luka di kulit," kata juru bicara Kao.

"Untuk mencegah infeksi, jauh lebih penting untuk mencuci tangan dengan sabun dalam jumlah sedang selama lebih dari 30 detik secara efektif daripada mencuci tangan beberapa kali sehari," katanya.

Selain itu, ia mendesak konsumen untuk dengan kuat menyeka tangan mereka dengan handuk kertas atau handuk bersih setelah mencuci mereka, karena kondisi basah dapat menyebabkan gangguan kulit dan memudahkan agen patogen termasuk virus untuk melekat pada tangan.

Dia menambahkan lotion atau krim yang mengandung bahan pelembab sangat penting untuk menjaga kulit tangan dari pecah-pecah dan memperkuat fungsi penghalang.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)



Virus Corona Indonesia Pasien Balitbangkes Februari


Loading...