Dilanda Banjir Hebat, Kota Bekasi Berlakukan Status Status Siaga Hingga Bulan Maret

Dilanda Banjir Hebat, Kota Bekasi Berlakukan Status Status Siaga Hingga Bulan Maret
Tribunjakarta
Editor: Malda Hot News —Kamis, 27 Februari 2020 09:59 WIB

Terasjabar.id - Banjir hebat kembali terjadi di wilayah Kota Bekasi, pada, Selasa (25/2/2020), kemarin.

Kejadian ini merupakan bencana banjir dengan dampak terluas setelah pada 1 Januari 2020 lalu, hal serupa sempat terjadi.


Wali Kota Bekasi Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, sejak musibah banjir awal tahun, pihaknya sudah menetapkan status Kota Bekasi dari mulai siaga hingga tanggap darurat bencana.

Hingga sampai insiden banjir hebat yang kedua ini, pihaknya masih berlakukan siaga hingga memasuki Maret 2020 mendatang.

"Kita belum cabut, sampai dengan Maret, karena kondisinya BMKG dulu bilang sampai dengan bulan Maret kita tidak cabut, kita masih tetap memberlakukan siaga," kata Rahmat.

Adapun banjir hebat kedua yang terjadi kemarin menurut Rahmat akibat luapan anak-anak sungai yang melintasi beberapa perumahan di Kota Bekasi.

"Kami memetakan anak-anak sungai, Kali Cikeas, ada Kali Sunter, Kali Buaran, ada Kali Cakung, ada Jatiluhur, itu kita petakan semua, saya kemarin bentuk tim, ketuanya sekretaris Bappeda dengan anggotanya termasuk akademisi," kata Rahmat di kantornya, Rabu (26/2/2020).

Pemetaan ini kata dia, merupakan langkah penanggulangan jangka panjang yang bakal dilakukan pemerintah daerah dalam penanganan banjir.


Dari situ, pemerintah akan membuat desain secara terperinci tiap-tiap anak sungai untuk kegiatan normaliasi dan pelebaran saluran drainase agar mampu menampung debit air.

"Pertama adalah desain master plan drainase, yang kedua adalah teknisnya bagaimana memeperbanyak embung kolam, tandon, polder, untuk menjadi tangkapan, sekarangkan sudah enggak ada tangkapan lagi karena catchment water-nya sudah habis buat perumahan," ujarnya.

"Jadi siklus air yang mencapai 600 itu tidak bisa ditampung tidak bisa diakselerasikan sehingga dia nyari tempat yang rendah, tempat yang rendah itu sudah pasti perumahan yang lama-lama," tambahnya.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat dijumpai di kantornya di Jalan Jenderal Ahmad Yani Bekasi Selatan, Rabu, (26/2/2020).
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat dijumpai di kantornya di Jalan Jenderal Ahmad Yani Bekasi Selatan, Rabu, (26/2/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Dari pemetaan itu, pemerintah akan mengurutkan rencana kegaiatan penanggulan dari hulu hingga ke hilir secara bertahap.

Pria yang akrab disapa Pepen ini menjelaskan, kewenangan anak sungai merupakan milik Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Kita urut itu kita selesaikan secara konsisten, bukan sporadis, kita bantu buat memetakan bersama-sama. Kalau kita yang punya duit kita kerjakan, kalau enggak kita minta ke pusat," tegas dia.

Adapun banjir besar tahun ini pertama terjadi melanda Kota Bekasi pada 1 Januari 2020, hampir 70 persen wilayah terendam dengan 93 titik lokasi banjir di 12 kecamatan.

Selanjutnya, banjir besar kedua terjadi pada Selasa, 26 Februari 2020 kemarin, sebanyak 90 titik banjir yang tersebar di 12 kecamatan di Kota Bekasi.

Tidak Ada Solusi Jangka Pendek

Banjir menggenangi pemukiman warga di Perumahan Harapan Baru Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Rabu, (26/2/2020).
Banjir menggenangi pemukiman warga di Perumahan Harapan Baru Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Rabu, (26/2/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sesumbar bahwa, tidak ada solusi jangka pendek untuk penanggulangan bencana banjir yang terjadi di wilayahnya.

Seperti yang diketahui, banjir besar melanda Kota Bekasi di awal 2020 ini. Banjir pertama terjadi pada 1 Januari 2020 dan terakhir pada, Selasa, 25 Februari 2020 kemarin.

"Enggak ada solusi jangka pendek, karena itu alam, solusi jangka lamanya presiden sudah nanem (menanam) 40 juta pohon di hulu-hulu di Bogor," kata Rahmat dijumpai di kantornya, Rabu (26/2/2020).

Pepen sapaan akrabnya menjelaskan, Kota Bekasi saat ini juga kekurangan daerah tangkapan air atau polder air.

Pihaknya dalam beberapa tahun terakhir telah membangun sejumlah polder air di beberapa titik wilayah yang rawan terdampak banjir.

"Yang kita udah punya sekarang ya ada di Galaxy ada dua polder air, itu enggak nampung juga, padahal luasnya 4 hektar dengan kedalaman 10 meter," ungkapnya.



Lalu lanjutnya dia, polder di daerah Pengasinan, Perumnas 3 Bekasi Timur tetap belum dapat menampung air ketika intensitas hujan lebat melanda Kota Bekasi.

"Kita juga ada polder air di Bendungan Koja luas 4 hektar baru jadi 2 hektar di sana juga enggak nampung, lalu Polder Air Fajar sama enggak nampung," jelas dia.

Jumlah polder air yang saat ini menurut dia masih kurang untuk dapat menampung air, hal ini membuat sejumlah wilayah masih rawan banjir ketika musim hujan tiba.

"Nah yang mau kita buat tahun ini mulai adalah di Kempo di Jatimakmur Pondok Gede, lalu yang di PT. Timah untuk menangkap air dari Rawalumbu nanti ke Pondok hijau itu di Ciketing itu baru mulai dibangun," paparnya.(Tribunjakarta.com)



Banjir Bekasi Maret


Loading...