Refleksikan Bencana Longsor Sampah di Leuwigajah, Bahar Melukis di Kampung Adat Cireundeu

Refleksikan Bencana Longsor Sampah di Leuwigajah, Bahar Melukis di Kampung Adat Cireundeu
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Jumat, 21 Februari 2020 16:36 WIB

Terasjabar.id - Bahar Malaka, Pelukis asal Kota Cimahi mengaku baru pertama kali melukis di wilayah Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Memperingati 15 tahun peristiwa longsor di TPA Leuwigajah, Cimahi, Bahar memberikan kontribusinya melalui dunia seni yang digelutinya.

Kanvas berukuran 80 x 60 centimeter dan perlengkapan lukis lainnya, dibawa ke lokasi eks TPA Leuwigajah pada, Jumat (21/2/2020).

Sebelum memulai melukis, pelukis surealis ini mengatakan bahwa jika seseorang melakukan suatu hal yang di luar batas maka alam akan memberikan jawaban semisal malapetaka.

Kejadian 15 tahun yang lalu, dikatakannya, harus dijadikan sebagai refleksi bagi masing-masing individu untuk semakin tertib dan baik bagi alam dan lingkungan.

Pada kanvasnya, Bahar mulai menggoreskan pisau lukisnya dan kuas lukisnya dengan terlebih dahulu membubuhi berbagai warna sebagai warna dasar di kanvas.

Detik per detik hingga sekitar satu jam, Bahar akhirnya menyelesaikan lukisannya.

Ada gambar telapak tangan dan gambar kupu-kupu merah di ujung telunjuk tangan tersebut.

Wajah yang tampak serius, Bahar mengangkat telapak tangan kirinya dan tangan kanan memegang kuas sembari melukis menyerupai bentuk tangan kirinya.

Usai satu bagian, Bahar mundur beberapa langkah untuk melihat lukisannya, kemudian kembali maju serta menambahkan goresan pada kanvas.

Sebelum memulai melukis, Bahar tidak lupa bersujud dan berdoa di atas karpet permadani berwarna biru serta menghadap ke arah kanvas yang masih putih bersih.

Aktivitas melukisnya tersebut disaksikan beberapa orang termasuk anak-anak sekolah.

Sesekali Bahar menghisap rokok dan merespon pertanyaan dari orang yang ada di sekitar tempatnya melukis.

"Arti lukisan ini ialah, bahwa masih ada harapan yang indah untuk wilayah ini. Sederhana saja memaknai lukisan ini, peristiwa 15 tahun lalu merupakan malapetaka karena ketidakseimbangan antara alam dan lingkungannya," katanya kepada Tribun Jabar.

Harapannya, peristiwa memilukan pada tahun 2005 tersebut, tidak pernah terulang lagi di masa mendatang.

Ia berharap, Pemerintah Kota Cimahi menjadikan tempat bersejarah tersebut sebagai tempat monumental.

Setelah lukisannya selesai, nama Bahar Malaka digoreskannya di bagian sudut kanan bawah kanvas dan dilapisi oleh cairan bening agar terlindungi.

Panitia pun dipanggil oleh Bahar untuk melihat lukisannya. Ia berpesan, bahwa lukisan tersebut akan dititipkannya kepada Panitia Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2020.

"Kalau mau dilelang ya silahkan, uang hasil lelang nanti didonasikan saja kepada Kampung Adat Cireundeu. Ini saya lakukan bukan karena kelebihan uang, tapi ini sebagai wujud kepedulian saya untuk wilayah ini," katanya.(Tribunjabar.id)


Longsor Leuwigajah Melukis Kampung Ada Cireundeu


Loading...