"Kita sudah fasilitasi tempat, sekarang eskalator dan lift jalan semua meski setengah hari. Instalasi listrik di lantai 2 masih gratis, padahal pedagang di area bawah sudah pakai token masing-masing," ucapnya.
Adet tidak mengetahui keberadaan para PKL pascaditertibkan dari kawasan seputar Alun-alun Cimahi.
"Di pasar enggak ada, entah di lapangan mungkin kucing-kucingan dengan petugas," jelasnya.
Namun, Adet mengakui cukup sulit meramaikan pasar tersebut.
"Butuh kepercayaan masyarakat, tidak bisa ujug-ujug. Perlu disosialisasikan di pasar ada yang jualan apa saja. Sebetulnya dinas lain sudah mau kolaborasi untuk meramaikan pasar dengan berbagai kegiatan seperti seni budaya untuk hiburan dan lain-lain, tapi pedagangnya yang tidak ada," imbuhnya.
Pihaknya terus mendorong para PKL menempati kios yang sudah disediakan di tempat relokasi di PAB.
"Sebetulnya masyarakat penasaran juga ada jualan apa di lantai 2. Cuma ya menempati tempat baru perlu ketekunan, tidak seperti jualan di pinggir jalan di trotoar. Kami terus promosikan pasar ini, terus koordinasi dan kerjasama dengan dinas lain. Kami tetap mengharapkan pedagang bisa masuk ke pasar," tuturnya.
Salah satu PKL, Doni (35), pedagang topi mengatakan, usai direlokasi ia sempat berjualan di PAB selama beberapa hari.
"Setelah pindah ke sini saya sempet jualan selama seminggu. Eggak ada yang laku. Jangankan laku, pembeli yang datang ke sini aja nggak ada," ujarnya.
Doni sebelumnya berjualan di Jalan Ria. Dia sempat berjualan di emperan lantai 1 di area pedagang PAB berjualan.
"Saya coba jualan ngampar minim juga, gimana kebutuhan hidup keluarga. Kalau di Jalan Ria sehari bisa laku lebih dari 10 topi," terangnya.
(Pikiran-rakyat.com)