Cara Pertolongan Pertama Buat Korban Gigitan Ular Berbisa, Bukan Diikat atau Diisap

Cara Pertolongan Pertama Buat Korban Gigitan Ular Berbisa, Bukan Diikat atau Diisap
CNN Indonesia
Editor: Malda Teras Health —Sabtu, 15 Februari 2020 14:44 WIB

Terasjabar.id - Gigitan ular berbisa, seperti ular weling dan ular king kobra bisa merenggut nyawa manusia. Namun, banyak paham yang salah dalam mengatasi atau menangani gigitan ular berbisa.

Jika Anda pernah mendengar pertolongan pertama untuk korban gigitan ular berbisa itu harus diikat atau dihisap atau disedot, itu salah besar!

Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi, DR. dr. Tri Maharani pernah menjelaskan kesalahan yang kerap dilakukan yaitu memberikan ikatan kencang, mengisap darah di area yang tergigit ular, hingga menggunakan garam.

Padahal cara tersebut itu bukan cara yang benar. Menurutnya, ada cara yang benar dalam pertolongan pertama untuk mengatasi gigitan ular berbisa, yaitu melakukan imobilisasi.

Imobilisasi adalah area tubuh yang terkena gigitan ular tidak boleh digerakkan.

Jika banyak bergerak, maka akan akan membuat bisa ular menyebar.

“Prinsipnya imobilisasi. Pergerakan otot akan membuat kelenjar getah bening menyebarkan bisa ularnya, maka kita harus membuat dia (korban) tidak bergerak,” katanya seperti yang dimuat dalam berita Kompas.com

Seorang pecinta reptil, Panji Petualang juga pernah menjelaskan metode imobilisasi ini ketika menjadi bintang tamu dalam acara Call me Mel yang tayang pada 16 Desember 2019.

Menurutnya, metode imobilisasi ini memang dianjurkan langsung oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

"Metode sebenarnya secara medis yang dianjurkan adalah imobilisasi itu emang WHO yang ngasih sarannya," kata Panji Petualang.

Seperti yang dijelaskan Tri Maharani, Panji juga menjelaskan jika tubuh yang kena gigitan banyak digerakkan akan membuat racun atau bisa ular menyebar.

"Pada dasarnya bisa ular menjalar bukan dari darah dari melalui kelenjar getah bening, sedangkan kelenjar getah bening bukan ada di pembuluh darah tapi di bawah otot.

Jadi semakin otot kita banyak bergerak akan membuat racun itu atau bisa itu bergerak pula," katanya.

Kemudian, Panji Petualang memaparkan, saat melakukan imobilisasi itu area yang kena gigitan, misalkan tangan, harus dibidai atau digips, seperti orang yang patah tulang.

"Jadi yang harus dilakukan adalah membidai tangan kita seperti kalau kita patah tulang itu dipasang gips dipasang plat dari kayu kemudian diikat plat kayunya," ujarnya.

Hal ini juga sesuai berdasarkan keterangan Ketua yayasan Sioux Ular Indonesia, Aji Rachmat.

Dari yang pernah diberitakan kompas, Aji Rachmat menyebut, penanganan pertolongan pertama imobilisasi memang seperti kepada yang patah tulang.

“Kalau ular berbisa tinggi maka bagian yang digigit harus diimobilisasi atau tidak digerakkan. Menggunakan bidai, jadi seperti kaya patah tulang. Jadi dibidai ototnya enggak boleh gerak,” ujarnya.

Ia juga menyebut, korban gigitan ular berbisa harus langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

“Jadi dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diberi perawatan tindak lanjutan," katanya.

Keganasan Ular Weling

Memiliki nama latin Bungarus candidus, ular weling berbahaya karena bisa yang dimilikinya mampu membunuh manusia.

Berdasarkan artikel yang dipublikasikan pada November 2019 di owlcation.com, ular weling menduduki urutan kedua sebagai ular paling mematikan di dunia.

Posisi pertama diisi Belcher's Sea Snake atau Hydrophis belcheri.

Ular yang dimaksud mematikan berbeda dengan ular paling beracun.

Keganasa ular weling yang menewaskan bocah di Bandung
Keganasa ular weling yang menewaskan bocah di Bandung (Wikimedia Commons via Kompas.com)

Urutan tersebut dibuat berdasarkan fatalnya racun ular mempengaruhi manusia saat tidak ada antivenom.

Rata-rata waktu kematian setelah tergigit dan dampak bis aular juga menjadi pertimbangan dalam mengurutkan ular tersebut.

Masih melansir sumber yang sama, ular weling memiliki rata-rata panjang 3,6 feet atau setara 1 meter.

Ular weling ditemukan di Thailand dan beberapa wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Ular weling atau blue krait termasuk yang memiliki bisa mematikan dalam kelompok ular keluarga elapid.
Hewan melata tersebut berpola belang-belang. Warnanya hitam kebiruan dan putih kekuningan.

Mangsa ular weling adalah tikus, reptil, dan ular lainnya, termasuk sesamanya.

Berdasarkan penelitian terkini, ular weling menyukai tempat seperti lapangan, lubang, bahkan rumah.

Tempat tersebut akan dijadikan habitatnya.

Selain itu, ular weling pun menyukai tempat yang dekat dengan sumber air, seperti sungai, sawah, danau, dan kolam.

Bisanya ular weling berburu atau aktif di malam hari.

Bisa ular weling termasuk potent dan menyerang sistem saraf.

Bila tergigit, korban akan mengalami gangguan sistem otot.

Bisanya yang termasuk neurotoxin itu mengandung presynaptic and postsynaptic toksin yang dikenal mempengaruhi kemampuan bicara dan berpikir.

Tak hanya itu, bisa ular weling juga berbahaya bagi sistem pernapasan.

Korban mengalami sesak napas dan tidak bisa bernapas hanya dalam kurun waktu 4 jam.

Gejala lain yang diakibatkan gigitan ular weling adalah lumpuh.

Sakit pada bagian perut, kram, otot muka tegang hingga kebutaan juga diakibatkan ular weling.

Bila dibandingkan dengan Chain Viper yang menghasilkan 40-70 miligram, ular weling hanya memproduksi 10 miligram bisa.

Meski jumlahnya sedikit, bisa ular weling ganas dan mematikan.

Gigitan ular weling dapat tak terasa sakit.

Namun, hanya dalam waktu 4 jam korban yang digigit dapat meregang nyawa bila tidak diberi pertolongan.

Angka kematian akibat gigitan ular weling mencapai 70-80 persen, bila korban tidak mendapat perawatan. 

(Tribunjabar.id)


Ular Kobra Gigitan Ular Pertolongan Pertama


Loading...