Cinta Tragis Sang Sekretaris di Tengah Pesta, Gara-gara Asbak Melayang Nyawanya Hilang

Cinta Tragis Sang Sekretaris di Tengah Pesta, Gara-gara Asbak Melayang Nyawanya Hilang
Tribunjakarta.com
Editor: Malda Hot News —Senin, 10 Februari 2020 16:23 WIB

Terasjabar.id - Usia terpaut 22 tahun, akhir cinta Yati (50) yang telah memberinya seorang anak berakhir tragis di tangan suami, Edi (72).

Dua hari setelah kasus terungkap, Senin (10/2/2020), polisi memastikan bukan 15, tapi 32 tusukan benda tajam yang melukai tubuh Yati.

Sekitar 20 tahun lalu, selagi menjadi sekretaris di sebuah perusahaan di Tangerang, cinta Yati dan Edi sang bos asal Hongkong, terjalin sampai pelaminan.

Sejak datang ke Indonesia, Edi bekerja di sebuah korporasi sebelum akhirnya mendirikan perusahaan besar di Tangerang.

"Pertama kali ke Indonesia dia bekerja di PT Indo Paper, terus membuka pabrik sendiri dan bertemu dengan Bu Yati," ujar Muhayar, tetangga korban.

Perusahaan yang Edi bangun sempat bangkrut, namun berkat bantuan Yati, pabriknya bertambah.

"Sempat bangkrut tapi kembali bangkit karena dikelola sang istri. Yati baik sekali orangnya," Muhayar menambahkan.

Saking percayanya, di hari tuanya Edi lebih banyak di rumah sementara dua pabriknya di Tangerang dikelola langsung Yati.

Selama menjadi suami istri, keduanya bersama sang putri tinggal di sebuah rumah gedong di Kampung Nagrak, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang.

Ketimbang Yati, menurut Muhayar, Edi dikenal tertutup, jarang bersosialisasi dengan tetangga di kanan kiri rumahnya.

"Dia pendiam dan jarang sosialisasi sama tetangga. Dia warga asli Hongkong," kata Muhayar.

Sekalipun sudah lama tinggal di Tangerang, Edi belum fasih dalam berbahasa Indonesia.

"Pelaku memang sudah lama tinggal di sini. Nikah sama si ibu juga sudah sekitar 20 tahun, tapi dia belum bisa bahasa Indonesia," terangnya.

Rumah mewah Edi dan Yati di atas tanah 5000 meter persegi dikelilingi tembok setinggi tiga meter.

Meski mapan secara ekonimi, Yati suka mengobrol dengan tetangga dan warga, tak pernah pilih-pilih status sosial lawan bicaranya.

"Istrinya memang terkenal baik, suka ngobrol sama warga sini. Beda kalau suaminya jarang kelihatan keluar," terang Muhayar.

Yati asal Jawa Tengah ini sangat peduli dengan warga Kampung Nagrak, tak sekali membantu mereka yang kesusahan.

"Dia (Yati, red) baik. Baik banget. Suka bantu-bantu warga kalau lagi susah. Meskipun rumahnya besar dia tidak pilih teman," tegas dia.

Selama ini Muhayar dan warga tidak pernah sekalipun mendengar keluarga ini berantem apa lagi ribut-ribut.

Setelah sekian lama berumahtangga, di tengah mabuk minuman keras, nyawa Yati melayang di tangan Edi pada Sabtu (8/2/2020) dini hari.

Jerit Tengah Malam

Dani (38) yang sedang ronda bersama sejumlah warga, tiba-tiba terkesiap mendengar lolong jeritan dari dalam rumah Yati dan Edi.

Selidik punya selidik, itulah suara anak gadis keduanya yang berusia 17 tahun.

Dani dan sejumlah warga segera menyambangi muasal suara lalu masuk ke dalam rumah gedong, tak percaya melihat apa yang dilihat.

Yati sudah tak berdaya, dari tubuhnya bersimbah darah yang membasahi lantai rumah.

"Ada delapan luka tusukan di belakang, dan tujuh luka tusukan di depan tubuh korban," cerita Dani kepada TribunJakarta.com.

Ia tak mengetahui pasti siapa gerangan yang melukai Yati sehingga mendapat 15 luka tuskan mematikan itu.

Warga hanya menduga, Edi lah yang menusuk Yati hingga penuh luka.

"Pelakunya dugaannya suami korban. Tapi belum tahu karena apa," ucap Dani.

Segera saja warga membawa Yati ke Rumah Sakit Sari Asih di Sangiang, Kota Tangerang, tapi nyawanya tak tertolong dini hari itu.

Kanit Reskrim Polres Jatiuwung, AKP Zazali, telah melakukan olah tempat kejadian perkara di rumah korban.

Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan dalam peristiwa berdarah mengerikan yang menimpa sang sekretaris.

Polisi kemudian membawa Yati ke kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang untuk diautopsi tim medis.

Zazali memastikan Edi diamankan petugas tanpa perlawanan dini hari itu, dan sementara ditahan di Polsek Jatiuwung.

Kapolsek Jatiuwung, Kompol Aditya Sembiring, mengatakan Edi ditangkap di lantai dua rumahnya.

"Beliau (Edi) ditangkap di lantai dua rumahnya sendiri saat petugas berseragam dinas menyambangi rumahnya," kata Aditya, Minggu (8/2/2020).

Saat Edi ditangkap jajaran Polsek Jatiuwung, korban Yati sudah dibawa ke rumah sakit terdekat oleh warga sekitar.

Sementara, Edi bertahan di lantai atas rumahnya tidak berusaha kabur.

"Pelaku masih bertahan, ada di dalam rumah tepatnya di lantai dua."

"Saat anggota memanggil pelaku untuk segera turun dari lantai dua dan pelaku menuruti," jelas Aditya.

Asbak Melayang di Tengah 'Pesta'

Sebagai suami istri, meski usia selisih 22 tahu, Yati dan Edi menikmati masa-masa berumah tangga, termasuk di malam Yati tewas.

Ketika terbuai minuman keras, Yati dan Edi sempat bercanda tapi belakangan ada selisih pendapat.

Polisi belum mengetahui candaan keduanya, sehingga menjadi peritiswa berdarah.

"Lantaran selisih pendapat, suaminya itu dilempar asbak. Dua-duanya lagi minum, minuman keras," beber Kanit Reskrim Polsek Jatiuwung, AKP Zazali, Minggu (9/2/2020).

Edi naik pitam, lalu cekcok dengan Yati dan ribut besar.

Ia berjalan mengambil pisau, langsung menghujamkan pisau berkali-kali ke arah Yati.

Setelah sempat diamankan, polisi membawa Edi untuk diperiksa kejiwaannya di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Sampai kemarin, penyidik belum menetapkan status Edi sebagai terasngka.

Polisi beralasan, pelaku diduga mengalami gangguan mental, terlebih dalam kondisi mabuk saat menikam istrinya itu.

Hal itu berkaitan dengan pasal 44 KUHPidana, tentang bebas hukum bagi orang dengan gangguan jiwa.

"Statusnya belum, karena menunggu hasil tes psikis, bisa jadi dia 44, bebas hukum nanti," ujar Zazali.

Zazali belum tahu berapa lama untuk menunggu hasil pemeriksaan tim dokter Rumah Sakit Polri Kramat Jati terhadap Edi.

"Sementara kita observasi, karena diduga ada gangguan depresi. Belum dapat hasilnya. Nanti kan dilihat tingkah lakunya sehari-hari."

"Pola makannya, kalau harinya enggak ada patokannya lah ya," jelas dia.

Soal Edi, polisi sudah menyampaikan tindakan pemeriksaan psikis pelaku kepada keluarga.

"Keluarga sudah saya kasih tahu, gimana, keluarga juga mengerti. Kalau dipaksa di kita, dia depresi kan ganggu tahanan yang lain, makanya kita bawa ke Rumah Sakit Kramat Jati," jelas dia.

Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim mengatakan, Yati meregang nyawa setelah menderita puluhan luka tusuk.

"Korban menerima 32 tusukan dari pisau dapur yang digunakan pelaku," jelas Rachim kepada wartawan, Senin (10/2/2020).

Penusukan yang berakibat pada hilangnya nyawa korban, kata Rachim, didasari cekcok suami istri .

"Motifnya cekcok rumah tangga," singkat Rachim.(Tribunjakarta.com)



Cinta Tragis Asbak Nyawa Hilang


Loading...