Kisah Para Pekerja di Tengah Keheningan, Bekerja di Sebuah Saung Kecil di Antara Orang yang Sudah Meninggal dan Bikin Ingat Mati

Kisah Para Pekerja di Tengah Keheningan, Bekerja di Sebuah Saung Kecil di Antara Orang yang Sudah Meninggal dan Bikin Ingat Mati
(Tribun Jabar : Google)
Editor: Epenz Hot News —Senin, 20 Januari 2020 08:34 WIB

Terasjabar.id - Seringkali suasananya hening, berkelindan dengan suara aliran Sungai Citepus.

Terkadang, keheningannya dikagetkan dengan raungan suara mesin sepeda motor yang melintas di jalan setapak dengan lebar satu meter di pinggir sungai.

Keheningannya makin sempurna karena banyak pohon rindang di sekitar pemakaman umum Sirnaraga Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

‎Di tengah orang mati yang sudah dimakamkan pula.

Di tengah ratusan nisan, suara gemericik aliran sungai dan rindangnya pohon itulah, Iman (46) bekerja di sebuah saung kecil di antara orang yang sudah mati.

"Kerjaan saya menerima jasa pembuatan nama di nisan kuburan. Setiap hari di sini dari pagi sampai sore," ujar Iman, warga setempat yang bekerja membuat nisan kuburan di tengah ratusan kiburan, di bawah rindangnya pohon mangga saat ditemui Minggu (19/1/2020).

Tempat kerjanya berupa saung sekira 2 meter persegi. 

Hanya cukup untuk duduk satu orang, yakni Iman sendiri memahat batu marmer untuk menulis nama orang yang sudah mati.

"Biasanya pesanan keluarga yang datang ke sini kemudian melihat nama nisannya sudah pudar atau keluarga yang akan memasang nisan di makam anggota keluarganya," kata Iman.

Sesekali temannya datang menemani, membawa kopi atau air hangat hingga makanan. Mereka berbincang segala hal.

"Saya sudah belasan tahun kerja di tengah kuburan. Alhamdulillah nyaman, sejuk, tenang. Banyak pohon dan kerjaan saya selalu mengingatkan bahwa kelak nanti saya akan meninggal dan dimakamkan juga," ujar Iman setengah bergurau.

"Ya karena kita semua akan dimakamkan, bukan. Sebelum dimakamkan, sering-seringlah berbuat baik dengan ikhlas," ujar Iman bertanya balik.

Pekerjaannya di tengah orang mati itu juga punya berkah spiritual tersendiri baginya.

Terutama, soal yang sudah ia jelaskan. Ingat mati.

"Kalau orang lain kan saking sibuknya, bisa saja suka lupa bahwa kematian bisa datang dengan tiba-tiba. Kalau kerjaan saya, bikin ingat terus," ujar Iman, sembari tertawa.

Ia menjelaskan, seharian di saung, seringkali sendiri, ia menikmati pekerjaannya.

Satu nisan bertuliskan nama orang meninggal ia kerjakan minimal sekira tiga jam. Sehari, bisa lebih dari satu batu nisan ia kerjakan.

"Untuk satu pahatan bertuliskan nama di nisan saja‎ nih, harganya Rp 250 ribu kang. Saya menyediakan batunya, tinggal memahat sesuai nama pesanan. Sehari paling banyak dua sampai tiga lah. Tapi biasanya paling satu atau dua buah. Jadi lumayan lah. Tapi kan tidak setiap hari ada, ada kalanya sehari tidak ada orderan," ujar Iman.

‎Pantauan Tribun, bukan Iman saja yang bekerja di tengah ratusan makam. Ada sedikitnya lima orang di sejumlah sudut.

"Kalau kerjaan seperti saya ini di sini ada 3 - 5 orang lah. Warga sini semua," kata dia.

Salah satunya Deden (47). Ia juga mendirikan saung di tengah pemakaman.

"Saya juga sama menerima jasa pembuatan nama di nisan untuk makam," ujarnya.

Sama seperti Iman, ia menikmati pekerjaannya itu.

"Kerjaan gini, suka dukanya apa ya. Sukanya orderan suka ada dari keluarga yang nyekar ke ke makam di sini, lihat nama di nisan sudah pudar, tiba-tiba mereka meminta dibuatkan lagi," ujar dia.

Di nisan itu, Iman dan Deden memahat nama sesuai pesanan. Kemudian, setelah memahat, kemudian diberi cat awarna emas‎.

"Setelah diberi cat warna emas di namanya, sudah selesai," kata dia. Disadur dari Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha

Keheningan Pemakaman Umum Sirnaraga Kecamatan Cicendo Kota Bandung Iman


Loading...