Proyek KCIC di Bandung Barat Rusak Ekosistem Lingkungan

Proyek KCIC di Bandung Barat Rusak Ekosistem Lingkungan
Proyek KCIC di Bandung Barat. (Ayobandung.com/Tri Junari)
Editor: Admin Teras KBB —Sabtu, 18 Januari 2020 08:09 WIB

Terasjabar.id - Warga sekitar proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) di Kampung Lebaksari, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menilai adanya pengerjaan proyek pemerintah itu merusak kondisi lingkungan sekitar.

Dikutip dari ayobandung.com, mereka menilai selama pengerjaan proyek yang sudah berlangsung kurang lebih 7 bulan hanya menyisakan berbagai masalah lingkungan seperti polusi debu, kebisingan bahkan terbukti mengundang bencana banjir bandang di sekitar Underpass Padalarang.

Enok (70) warga RT.01 RW.02 Kampung Lebaksari menilai sejak adanya proyek KCIC di sekitar rumahnya tidak memberi nilai positif pada warga sekitar. Polusi udara dari debu beterbangan setiap hari menyebabkan pernapasan terganggu.

Bukan hanya polusi udara, pengerjaan pengeboran yang dilakukan 24 jam juga mengganggu waktu istirahat warga. Dentuman bor raksasa kerap memekakan telinga hingga terdengar radius 1 kilometer.

"Itu kan ngerjainnya tengah malam juga, suara bor itu bisa terdengar ke rumah warga sejauh 1 kilometer. Apalagi saya hanya 20 meter dari lokasi pengeboran, tiap hari enggak bisa tidur nyenyak," ujarnya, Jumat (17/1/2020).

Pengerjaan proyek Kereta Cepat bernilai triliunan rupiah itu juga tidak mengindahkan ekologi lingkungan sekitar Underpass Padalarang. KCIC malah merekayasa saluran air jadi lebih sempit agar truk besar dan alat berat bisa melintas.

"Sebelum ada proyek saluran air itu lurus dan besar, tapi malah dibuat gorong-gorong kecil katanya supaya alat berat bisa melintas. Bilangnya sementara tapi malah di cor,"ucapnya.

Pengerjaan yang dinilai hanya mementingkan kebutuhan proyek itu berimbas pada kejadian bencana banjir bandang di sekitar underpass padalarang beberapa pekan silam.

Puluhan rumah warga sekitar terendam sekitar 2 meter hingga semua harta benda didalam rumah rusak dan terbuang.

"Mereka itu bangun enggak tanya-tanya dulu ke warga sekitar, bahkan sebelum banjir warga sudah minta aliran air jangan diganggu. Ini malah dibuat berbelok dan kecil, ya meluap lah,"katanya.

Hingga saat ini, lanjut Enok, warga masih menagih janji KCIC yang akan melakukan normalisasi sungai dengan mengeruk saluran air dan memberikan kompensasi dampak negatif proyek pada warga.

"Ini udah tiga minggu sejak banjir mana enggak ada pengerukan sungai, yang kita ingin bukan menghalangi proyek tapi jaga lingkungan sekitar juga dong,"ujarnya.

Warga lainnya Deni (42) mengaku kompensasi dampak negatif dari KCIC untuk warga tidak didapat merata dan tepat sasaran. Ada warga yang letaknya sekitar 15 meter dari pengeboran tidak mendapat kompensasi sementara rumah jaraknya jauh dapat.

"Tahunya kita dikasih uang Rp500 ribu dari RT, padahal kita belum pernah ikut rapat sebelumnya,"ujar dia.

Pengerjaan proyek asal-asalan juga berdampak pada rusaknya lahan pertanian di Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Satuan Tugas Citarum Harum Sektor 13 bahkan menghentikan aktivitas proyek KCIC lantaran limbah semen mencemari aliran sungai Cileleuy.

Ketua RW 10 Desa Puteran Udin Samsudin mengatakan, air sungai Cileuleuy digunakan warga mengairi persawahan. Air juga disinyalir telah mencemari 50 hektar sawah di beberapa kampung desa Puteran.

"Sekarang kalau garap sawah jadi gatal-gatal. Ada sekitar 50 hektare sawah di hilir mulai dari Kampung sukamanah, Cigatrot, Sukaresmi, Patrol dan kampung Gunung Susuru itu terkena dampak," ujarnya.

Komandan Sektor 13 Kolonel Infanteri Nazwardi Irham menegaskan, pihaknya sengaja menghentikan aktivitas itu untuk meminta pertanggung jawaban pihak pengembang.

"Sungai Cileleuy tercemar oleh limbah semen dan bercampur lumpur," kata Dansektor 13 di Purwakarta.

Dansektor menegaskan, pihaknya tak akan mengahalang-halangi proses pembangunan kereta cepat yang merupakan program pemerintah.

Hanya saja dirinya pun memiliki tanggung jawab atas aliran sungai baik dari anak hulu sungai hingga bermuara ke Citarum.

"Kita sudah meminta pihak pengembang untuk membuat Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) agar air dari terowongan tidak langsung dibuang kesungai," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, pihak pengembang proyek Kereta Cepat Hoang berjanji bakal segera memperbaiki saluran pembuangan limbah pengeboran terowongan. Selain bakal membangun beberapa titik bak penampungan, juga bakal mengeruk Disposal (tumpukan tanah) yang menumpuk di bibir sungai.

"Kami mohon maaf atas kejadian ini dan kita akan membuat ipal beberapa titik serta segera memasang pipa saluran ke tempat penyaringan itu," katanya.

Proyek KCIC di Bandung Barat Rusak Ekosistem Lingkungan KBB Kereta Cepat


Loading...