Rumah Kontrakan Milik Totok Santosa yang Mengaku Raja Keraton Agung Sejagat

Rumah Kontrakan Milik Totok Santosa yang Mengaku Raja Keraton Agung Sejagat
(Tribunnews.com : Google)
Editor: Epenz Hot News —Rabu, 15 Januari 2020 19:07 WIB

Terasjabar.id - Totok Santosa (42) yang mengaku sebagai Raja Keraton Agung Sejagat diketahui memiliki rumah kontrakan di Dusun Ngabangan, Sidoluhur, Godean.

Rumah kontrakan tersebut digeledah oleh polisi, Rabu (15/1/2020) dini hari.

Melansir dari Tribun Jogja, Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur Adi Arya Pradana membenarkan informasi terkait penggeledahan tersebut.

"Penggeledahan dilakukan sekitar pukul 00.30 WIB, saat itu sudah ada petugas dari Polda Jateng," kata Adi di Balai Desa Sidoluhur, Rabu (15/01/2020).

Saat itu, Adi mengatakan Totok Santoso turut digiring ke lokasi penggeledahan.

Ia dibawa bersama Bandi yang menjadi tangan kanannya.

Selain polisi, Babinkantibmas dan Dukuh Sidoluhur juga ikut serta dalam proses penggeledahan itu.

Meskipun demikian, Adi mengatakan pihaknya tidak ikut masuk ke dalam rumah saat proses penggeledahan berlangsung.

Ia hanya menunggu di luar rumah atau ring 1.

"Proses penggeledahan berlangsung sampai pukul 06.00 WIB, setelahnya rumah kami sterilkan," jelas Adi.

Rumah kontrakan itu memiliki halaman yang luas.

Bangunannya terlihat sederhana dan bercat putih.

rumah kontrakan Raja Keraton Agung Sejagat
rumah kontrakan Raja Keraton Agung Sejagat (Istimewa via Tribun Jogja)

Di halaman rumah itu, terdapat gubuk-gubuk beratap jerami.

Di sana juga masih terparkir beberapa sepeda motor.

Sedangkan di depannya ada gapura yang telah dipalang dengan bambu.

Masih melansir sumber yang sama, Totok Santosa mengontrak rumah itu sejak 2018 bersama Fanni Aminadia (41).

Deki Rinawan (31), tetangga Totok Santosa mengatakan sejak Totok mengontrak sudah banyak aktivitas di rumah itu.

bagian depan rumah kontrakan Totok Santosa
bagian depan rumah kontrakan Totok Santosa (Tribun Jogja/Alexander Ernando)

Banyak orang yang datang namun kegiatan yang mereka lakukan tidak diketahui secara pasti.

Selain rumah kontrakan, istana Keraton Agung Sejagat sudah digeledah terlebih dahulu, Selasa (14/1/2020).

Markas pengikut Totok Santosa itu terlihat masih dalam proses pembangunan.

Beberapa tembok terlihat belum sepenuhnya selesai.

istana berornamen emas
istana berornamen emas (KompasTV)

Adapun bagian yang ditutup oleh kain putih dan batik.

Berdasarkan foto yang beredar, bagian dalam istana Keraton Agung Sejagat itu dihiasi ornamen berwarna emas.

Di istana itu juga, ada sebuah batu besar yang disebut batu prasasti.

proses penggeledahan istana Keraton Agung Sejagat
proses penggeledahan istana Keraton Agung Sejagat (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati)

Batu prasasti yang diukir oleh Empu Wijoyo Guno itu diletakkan di sebuah bangunan seperti pendopo.

Pada batu prasasti berukuran sekitar 1,5 meter itu terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Empu Wijoyo Uno mempunyai makna.

"Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," katanya, Selasa (14/1/2020) seperti yang dikutip dari Tribunjateng.com.

Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'.

penggeledahan istana Keraton Agung Sejagat
penggeledahan istana Keraton Agung Sejagat (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati)

"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun.

Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.

Sedangkan di dalam cakra itu terdapat 9 dewa.

Ada pula ukiran Trisula yang menurutnya memiliki makna keilmuan.

Kemudian ada gambar telapak kaki yang bermakna sebagai tetenger atau penanda.

"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya.

batu prasasti di Keraton Agung Sejagat
batu prasasti di Keraton Agung Sejagat (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati)

Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti milik kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) hanya dalam waktu 2 minggu.

Batu tersebut diukir sekitar 3 bulan yang lalu.

Fungsinya batu adalah sebagai penanda atau prasasti.

Menurut Empu Wijoyo, tulisan Jawa yang tertera pada batu memiliki arti sebuah pertanda bahwa ini adalah soko atau kaki atau tanda peradaban dimulai.

"Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.

Seperti halnya punggawa-punggawa lainnya, Wijoyo menjelaskan jika kekuasaan seluruh dunia berada di bawah naungan KAS.

"Negara-negara di dunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.

Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Di mana ada kehidupan di situ ada bumi," ujarnya.

Konteks yang dijelaskan oleh Wijoyo sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram.

Dia sendiri hanyalah sebatas empu atau tukang, sehingga konsep itu sendiri berasal dari Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Pada batu itu terdapat pula logo ukiran simbol siang atau malam, hitam atau putih, atau juga sperma, yang melambangkan kehidupan.

Ada pula gambar simbol dua macan sebagai simbol penjaga serta ukiran empat penjuru mata angin, dan logo kerajaan Majapahit.

Pada bagian bawah batu ada gambar baruna naga yang artinya lautan.

Dia sebelum ikut menjadi punggawa atau anggota KAS memang berprofesi sebagai tukang relief yang sering membuat pahatan.

"Saya kerja serabutan, tapi kanjeng Sinuhun yang meminta saya membuatkan ukiran ini sehingga saya membuat, soal design berasal dari Sinuhun itu sendiri," ungkapnya. Disadur dari Tribunjabar.id

Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Ditangkap Polisi Toto Santosa Hadiningrat Fanni Aminadia Rumah Kontrakan


Loading...