Fakhri Husaini: Saya Bukan Pelatih Gagal di Timnas Indonesia

Fakhri Husaini: Saya Bukan Pelatih Gagal di Timnas Indonesia
Fakhri Husaini (kiri) menolak jadi asisten Shin Tae Yong di Timnas Indonesia karena merasa tak dihargai. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Editor: Admin Sport Style —Kamis, 9 Januari 2020 17:10 WIB

Terasjabar.id - Mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini, ogah menerima tawaran dari PSSI menjadi asisten Shin Tae Yong di Timnas Indonesia.

Fakhri mengungkapkan merasa tidak dihargai PSSI terkait proses komunikasinya dengan pihak induk sepak bola Tanah Air tersebut.

Fakhri blak-blakan mengungkapkan kronologi pihak PSSI menawarkan posisi itu.


Berikut wawancara dengan mantan gelandang Timnas Indonesia tersebut:

Sudah ada komunikasi dengan pihak PSSI untuk menawarkan posisi sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia?

Ya [sempat bertemu langsung]. Danurwindo [Direktur Teknik PSSI] menemui saya di hotel saat saya di Jakarta. Katanya diperintahkan Sekjen [PSSI, Ratu Tisha].

Danurwindo menyampaikan alasan PSSI ingin menunjuk Anda sebagai asisten Timnas Indonesia?

Justru itu yang saya tanyakan. Alasannya apa saya dijadikan asisten [Shin Tae Yong]? Saya tidak dapat jawaban itu. Pokoknya jadi asisten karena tim itu [Timnas Indonesia U-19] akan ditangani langsung oleh Shin Tae Yong dan stafnya.

Direktur Teknik PSSI Danurwindo. (Direktur Teknik PSSI Danurwindo. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Buat saya, itu tidak tepat karena kami bukan orang gagal [di Timnas Indonesia U-19]. Kalau gagal, jangankan jadi asisten, tidak diperpanjang [kontraknya] juga kami siap kok. Sikap saya ini mudah-mudahan mewakili sikap para pelatih lokal lainnya. PSSI itu perlu belajar memiliki rasa hormat.

Minimal rasa hormat sebagai pelatih. Kami tidak minta dihargai seperti pelatih-pelatih asing itu. Tapi cara mereka berkomunikasi dengan kami, cara mereka memperlakukan kami ketika ada perubahan-perubahan di struktur itu minimal mereka tahu kalau kami bukan pelatih kacangan. Kami punya prestasi juga kok.

Artinya memang Anda juga tak bersedia di posisi sebagai asisten pelatih?

Kalau saya mau cari aman, mau cari selamat, sudah senang sekali jadi asisten pelatih. Saya tidak punya tanggung jawab apapun. Tidak seperti pelatih kepala, beban [target] itu ada di saya 100 persen.

Kalau jadi asisten pelatih, kalau saya mau enaknya, ya saya terima itu. Saya bukan orang yang seperti itu.

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong. (Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong. (CNN Indonesia/ Titi Fajriyah)

Kemudian yang kedua, kalau saya jadi asisten pelatih, teman-teman saya yang juga meloloskan tim ke Piala Asia, itu mau dibawa ke mana? Kami satu perjuangan. Ada coach Mahruzar [Nasution], coach Sahari [Gultom], kemudian teman-teman lain lagi, staf-staf lain. Ada kitman dan segala macam, itu mau dibawa kemana? Saya juga memikirkan mereka. Mereka juga punya andil besar atas keberhasilan di Timnas Indonesia U-19.

Tidak sulit buat saya untuk memutuskan itu kemarin [menolak jadi asisten pelatih]. Jadi saya jawab tidak. Saya tidak memikirkan diri sendiri, pikirkan yang lain juga.

Apa lagi yang disampaikan Danurwindo?

Dia hanya mengatakan bahwa Tae Yong akan menangani semua kelompok usia di Timnas Indonesia. Dia akan bawa juga seluruh stafnya.

Saya diminta menjadi bagian dari proyek itu. Kalau hanya menjadi bagian dari tim itu, artinya otoritas saya tidak seperti pelatih. Tidak punya kewenangan sama sekali.

Pertanyaan saya ke Danur yang tidak dijawab juga dengan dia: Ini Shin Tae Yong yang ingin menangani tiga tim [kelompok umur] atau PSSI yang menyerahkan tiga tim ini ke Shin Tae Yong?

Ini dua hal yang berbeda meskipun intinya tetap sama. Kalau memang Shin Tae Yong yang minta, sebagai pelatih seharusnya dia berpikir juga.

Saat kontrak Anda selesai di Timnas Indonesia U-19, sempat ada pembicaraan dengan PSSI soal rencana ke depan seperti Piala Asia U-19 atau Piala Dunia U-20 2021?

Tidak ada sama sekali. Kalau memang mau mengevaluasi kami, kalau dianggap kinerja kami jelek, berikan saja kami kesempatan untuk dievaluasi. Misalnya sampai ke Piala Asia [U-19] nanti.

Mungkin mereka mengevaluasi sendiri saja. Kalau misalkan mau, mereka bisa saja mengevaluasi kami. Kasih saja Fakhri dan teman-temannya ini target yang tinggi di Piala Asia misalnya. Harus juara Piala Asia, enggak pernah kemasukan dan buat gol sebanyak mungkin. Ditarget saja yang tinggi-tinggi supaya ada celah untuk tidak memakai kami lagi [di event Piala Dunia U-20 2021]. Gampang saja kan.

Misalnya di ajang Piala Asia, kalau mau mereka bisa saja kasih kami kesempatan yang sudah meloloskan ke sana. Bagi saya sudah selesai, saya anggap komunikasi dengan Danur adalah komunikasi dengan PSSI.

Artinya sudah cukup mewakili?

Yang sekarang muncul, Sekjen [PSSI Ratu Tisha] bicara di media-media: "Fakhri sulit dihubungi."

Kemudian mengatakan: "Sepertinya dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena jabatannya sekarang promosi."

Loh, kalau soal kantor, saya dari kemarin juga sudah ngantor. Saya tidak sulit dihubungi kok.

Fakhri Tolak Jadi Asisten Shin Tae Yong Karena Tak DihargaiSekjen PSSI Ratu Tisha. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)

Setelah saya sudah selesai dengan Danur [bertemu muka], dia [Sekjen PSSI] sempat menelepon saya.

Cuma pada saat dia telepon saya, kebetulan saya sedang rapat dengan para tamu dari BUMN dan BPPT [Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi] serta Dewan Direksi di Bontang.

Tidak mungkin saya menjawab saat itu. Saya sempat WhatsApp dia. Saya katakan mohon maaf tidak mengangkat karena tengah rapat, nanti saya telepon. Tapi dia tidak jawab. Ya sudah, saya tidak telepon.

Saya merasa PSSI tidak memiliki rasa hormat kepada pelatih lokal. Apakah kami harus jadi bule dulu?


Seharusnya PSSI seperti apa? Apa juga perlu PSSI undang Anda untuk presentasi misalnya?

Itu yang saya minta dari Danur. Kalau memang niatnya mau menyeleksi [pelatih]. Saya siap juga. Undang saja pelatih-pelatih termasuk saya untuk mempresentasikan Timnas Indonesia U-19 ini di hadapan pengurus PSSI. Kalau perlu panggil juga pelatih-pelatih lokal lainnya. Supaya kandidatnya tidak cuma satu. Tidak cuma Shin Tae Yong saja.

Setelah itu baru putuskan jadi pelatih atau tidak. Itu lebih enak. Misalnya saya tidak dilanjutkan [melatih] karena presentasi jelek.

Pernah juga berkomunikasi dengan Shin Tae Yong?

Tidak ada.

Jadi kekecewaan Anda sebenarnya lebih dalam hal apa?

Buat saya ini hal biasa di sepak bola. Yang tidak biasa ketika rasa hormat itu tidak ada. Buat saya ketika mengambil jabatan sebagai pelatih, diperpanjang atau tidak, dipecat di tengah jalan, merupakan konsekuensi yang harus diterima [pelatih].

Saya biasa-biasa saja. Pesan saya, jangan sekali-sekali berpikir bahwa pelatih lokal tidak bisa apa-apa. Seolah-olah yang bisa meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia hanya pelatih asing. Kami juga punya harga diri.

Seperti apa Shin Tae Yong di mata Anda?

Saya tidak pernah mengetahui dia secara langsung. Saya hanya baca-baca berita saja [tentang Tae Yong].

Saya menaruh hormat kepada semua pelatih termasuk pelatih asing. Saya pernah juga jadi asisten [mantan pelatih Timnas Indonesia] Peter Withe. Saya banyak belajar juga dari dia.

Saya juga pernah jadi asisten Serghei Dubrovin dan belajar banyak juga darinya. Saya menghormati dia [Tae Yong] sebagai sesama pelatih. Saya wajib menghormati semua teman-teman pelatih.

Bukan saya tidak bersedia menjadi asisten pelatih [Tae Yong]. Tapi, beri saya alasan yang tepat. Kenapa saya ditunjuk sebagai asisten. Itu yang saya tidak dapat jawabannya. 

(cnnindonesia.com)

Fakhri Husaini: Saya Bukan Pelatih Gagal di Timnas Indonesia


Loading...