Jakarta Punya Sederet Proyek Antibanjir, Ini Daftarnya

Jakarta Punya Sederet Proyek Antibanjir, Ini Daftarnya
Foto: Pradita Utama
Editor: S.N.A Hot News —Minggu, 5 Januari 2020 13:11 WIB

Terasjabar.id - DKI Jakarta memiliki sejumlah proyek infrastruktur untuk menanggulangi bencana banjir di ibu kota. Bahkan, proyek-proyek ini sudah diinisiasikan sebelum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjabat. Mulai dari multi purpose deep tunnel (MPDT) alias gorong-gorong raksasa yang sudah dicanangkan sejak tahun 2007, di mana kala itu Sutiyoso Gubernurnya.

Dilansir dari Detik.com, berikut sederet proyek infrastruktur 'anti'banjir Jakarta:

1. Multi Purpose Deep Tunnel (MPDT) atau Terowongan 'Raksasa' Anti Banjir

Proyek Multi Purpose Deep Tunnel atau terowongan 'raksasa' di Jakarta selain bermanfaat untuk atasi banjir juga bisa dipakai untuk jalan tol. Rencananya terowongan berdiameter 12 meter ini juga akan terhubung dengan jalan tol lainnya.

Dalam perencanaannya, tol yang akan membujur sepanjang terowongan ini akan terhubung dengan jaringan tol Lingkar Luar Jakarta I (JORR I) dan dalam kota.

Terowongan ini akan membentang sepanjang 23 Km ini hanya akan ada 2 pintu keluar masuk kendaraan, yakni di Balai Kambang Condet Jakarta Timur dan di Tanjung Priok Jakarta Utara.

Selain itu, jalan tol ini pun diharapkan bisa berkontribusi terhadap pendapatan atau pengembalian modal dari total investasi pembangun mega proyek ini, yang diperkirakan mencapai Rp 26 triliun.

Proyek yang dijagokan sebagai penangkal banjir multi fungsi merupakan gagasan Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Sutiyoso. Pada tahun 2013, proyek yang tak ada kabarnya itu kemudian disuarakan kembali ketika Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai Gubernur DKi Jakarta.

Menteri PU saat itu Djoko Kirmanto optimistis proyek ini dapat direalisasikan. Pasalnya, di negara-negara lain konsep terowongan multiguna ini sudah diterapkan. Contohnya seperti Malaysia, Amerika dan Jepang. Proyek deep tunnel kemudian dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2017.

Namun, sejak tahun 2015, proyek tersebut kembali 'mentah'. Deputi Menteri Koodinator Bidang Perekonomian bidang Infrastruktur Lucky Eko Wuryanto kala itu menyebut proyek tersebut tidak layak secara finansial. Cenderung mahal dan tidak akan begitu efektif mengatasi curah hujan yang tinggi di Jakarta dalam musim tertentu. Hingga saat ini, proyek tersebut tak ada kabarnya lagi.

2. Tanggul Raksasa Muara Baru

Kajian Badan Geologi Kementerian ESDM baru-baru ini bahkan menyebutkan intrusi air laut sudah mencapai wilayah Monas bagian utara. Intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air laut ke arah daratan.

Guna memitigasi risiko tersebut, Pemerintah membangun tanggul pengamanan pantai atau giant sea wall di Muara Baru, Jakarta Utara. Tanggul raksasa ini dibangun untuk menjaga sebagian wilayah Utara Jakarta yang terancam tenggelam di 2030 lantaran permukaan tanah yang terus turun.

Proyek tanggul raksasa dimatangkan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dilanjutkan dengan peletakan batu pertama atau groundbreaking. Sekarang Presiden Jokowi kembali melanjutkan proyek, setelah dikaji ulang selama dua tahun lamanya.

Mengutip website resmi KPPIP, Sabtu (19/10/2019), proyek ini dikenal dengan nama National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). NCICD merupakan tanggul raksasa yang bertujuan untuk melindungi Kota Jakarta untuk jangka pendek, menengah hingga jangka panjang dari krisis air baku dan risiko banjir akibat fenomena penurunan permukaan tanah di Utara Jakarta. Pada tahap awal untuk mengurangi risiko banjir, banjir rob dan mencegah penurunan permukaan air tanah kota Jakarta dibangun tanggul laut sepanjang 20,1 km untuk melindungi area kritis.

Pembangunan tanggul fase darurat tersebut dibagi atas pembangunan tanggul sepanjang 4,5 km oleh Kementerian PUPR yang telah rampung pada tahun 2018 dan selebihnya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan partisipasi pihak swasta di daerah kritis tersebut.

Untuk merampungkan mega proyek tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pemerintah akan kembali bekerja sama dengan Belanda.

"Ini sudah sejak tiga tahun lalu bersama sama dengan Korea Selatan. Akan selesai Juli 2020 tapi kita teruskan" kata Basuki usai bertemu dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Istana Bogor, Senin (7/10/2019).

3. Bendungan Ciawi dan Sukamahi

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah membangun dua buah bendungan yakni Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang keduanya berada di Kabupaten Bogor.

Dua bendungan ini punya fungsi mengendalikan debit air dari Bogor yang mengalir ke Jakarta sehingga bisa mengurangi potensi banjir yang ada di Ibu Kota.

Ide pembangunan dua bendungan ini sebenarnya sudah ada tahun 2005 berdasarkan kesimpulan salah satu kajian yang menyebut, penyelesaian banjir Jakarta salah satunya adalah dengan mengendalikan debit air dari Bogor.

Namun, proyek tersebut baru disuarakan kembali ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, pada tahun 2014, ada persoalan dalam pengadaan dana pembebasan lahan.

Lalu, proyek itu baru dilanjutkan pada akhir tahun 2016 ditandai dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek tersebut dengan pelaksana pembangunan adalah Kerja Sama Operasi Abipraya-Sacna dan Kerja Sama Operasi Wijaya-Basuko.

Hingga saat ini, pembangunan konstruksi Bendungan Ciawi sudah 44%, sementara Sukamahi 40% dan ditargetkan akhir tahun 2020 dua waduk penangkal banjir ini selesai pembangunannya.

4. Sodetan Ciliwung

Sodetan Ciliwung merupakan proyek penangkal banjir yang digagas saat Jakarta dilanda banjir besar pada tahun 2012. Sodetan ini menghubungkan Sungai Ciliwung dengan Banjir Kanal Timur (BKT).

Proyek ini dijagokan mampu mengalirkan air sungai Ciliwung ke BKT sampai dengan 60 milimeter per detik. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, bila sodetan ini beroperasi, beban di Pintu Air Manggarai dapat dikurangi.

Namun, proyek ini tersendat karena pembebasan lahan. Hingga kini dari 1,2 km sodetan yang mau dibangun, baru selesai 600 m.

Basuki masih menunggu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal pembebasan lahan proyek. Basuki menjelaskan 600 m proyek yang selesai sudah mandek sejak tahun lalu tanpa pengerjaan lanjutan.

"Kalau sodetan tergantung Pak Gubernur (Anies Baswedan) tentang pembebasan lahan. In take-nya karena kita kan di bawah itu terowongan. Sampai sekarang sudah sampai Cipinang, jadi Otista sampai Cipinang sudah selesai, udah tahun yang lalu malah," kata Basuki di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jumat (3/1/2020).

Jakarta Punya Sederet Proyek Antibanjir Ini Daftarnya


Loading...