Diprotes Warga, Proyek Taylor Swift dan Disney+ di Papan Nama Hollywood Dibatalkan
Terasjabar - Produksi yang direncanakan Taylor Swift dan Disney+ telah dibatalkan menyusul keluhan dari penduduk setempat.
Syuting selama tiga hari, yang seharusnya dilakukan minggu ini, dijadwalkan berlangsung di papan tanda ikonik Hollywood di Los Angeles.
Namun, warga sekitar dilaporkan mengeluhkan keributan yang ditimbulkan, meningkatnya lalu lintas pejalan kaki, dan mengganggu ketenangan lingkungan.
Syuting dijadwalkan akan dimulai Rabu, 13 Maret 2024 menjelang film konser Swift, Taylor Swift: The Eras Tour (Taylor’s Version), yang dirilis di Disney+.
Berdasarkan The Daily Mail, berdasarkan izin yang diberikan kepada tetangga yang memberi tahu mereka tentang rencana tersebut, para kru dijadwalkan untuk mempersiapkan syuting sepanjang hari kemarin, diikuti dengan syuting sehari penuh, dan satu hari penuh berikutnya untuk merobohkan set tersebut.
Izin tersebut juga memberi tahu penduduk bahwa “foto udara dengan pesawat kendali jarak jauh” akan digunakan sebagai bagian dari pengambilan gambar, dengan aktivitas drone yang dilakukan pada malam hari tanggal 13 Maret.
Menurut TMZ (via The Daily Mail), berbagai organisasi dan asosiasi rumah tangga sekitar Hollywood mengeluhkan rencana tersebut, namun alasan resmi pembatalan syuting belum diberikan.
Philip Sokoloski dari FilmLA mengatakan kepada TMZ, Selasa (12/3/2024), bahwa produksinya dibatalkan, dan Disney mengklarifikasi bahwa Taylor Swift tidak akan hadir dalam syuting tersebut.
Versi terbaru dari film Eras Tour, yang akan menyertakan lagu balada favorit penggemar Swift, “Cardigan”, akan dirilis di Disney+ Kamis (14/3/2024).
Lagu tersebut, yang ditampilkan dalam album Swift yang memenangkan Grammy, Folklore, tidak ada dalam potongan asli film tersebut, yang menghasilkan lebih dari 260 juta dolar atau setara Rp Rp 4 triliun di box office, dan mendapat pujian kritis.
Taylor Swift baru-baru ini menutup tur dunianya yang memecahkan rekor di Singapura.
Dilaporkan bahwa penampilan penyanyi tersebut kemungkinan akan meningkatkan PDB negara tersebut lebih dari 200 juta dolar atau setara Rp 3,1 triliun.
(Sumber: Kompas.com)