Pasokan AS Melonjak, Harga Minyak Dunia Pelan-Pelan Mulai Turun

Pasokan AS Melonjak, Harga Minyak Dunia Pelan-Pelan Mulai Turun
https://kabar24.bisnis.com/
Editor: Admin Teras Bisnis —Kamis, 15 Februari 2024 09:44 WIB

Terasjabar - Harga minyak kompak bergerak lebih rendah pada awal perdagangan pagi hari ini, melanjutkan penurunan pada perdagangan sebelumnya karena peningkatan minyak mentah Amerika Serikat (AS) hingga kekhawatiran akan ancaman keamanan.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis (15/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,05% di posisi US$76,6 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,22% di posisi US$81,42.

Pada perdagangan Rabu (14/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 1,58% di posisi US$76,64 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terjun 1,41%% ke posisi US$81,6 per barel.

Minyak berjangka kompak merosot US$1 per barel pada perdagangan Rabu karena melonjaknya persediaan minyak mentah AS mendorong turunnya harga minyak dan kemungkinan ancaman keamanan terhadap AS yang mungkin mengurangi permintaan minyak di negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Persediaan minyak mentah AS melonjak 12 juta barel menjadi 439,5 juta barel pada pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), jauh melebihi ekspektasi para analis yang memperkirakan kenaikan 2,6 juta barel karena penyulingan turun ke level terendah sejak Desember 2022.

"Tingkat pemanfaatan kilang adalah sebuah bencana semu, turun empat hingga lima minggu berturut-turut pada akhir musim dingin" ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, seraya menambahkan bahwa kilang-kilang minyak tetap menjaga aktivitasnya tetap lambat bahkan setelah bangkit dari kondisi beku yang parah, menghambat operasi bulan lalu.

Produksi minyak mentah kilang pada minggu lalu turun sebesar 298.000 barel per hari menjadi 14,5 juta barel per hari dan tingkat pemanfaatan kilang menurun sebesar 1,8 poin persentase menjadi 80,6% dari total kapasitas, keduanya merupakan level terendah sejak Badai Musim Dingin Elliott yang juga menyebabkan sejumlah kilang offline pada bulan Desember 2022.

Sementara itu, ketua intelijen Kongres AS memperingatkan adanya 'ancaman keamanan nasional yang serius', tanpa memberikan rincian lebih lanjut, sehingga membuat takut beberapa investor minyak.

"Dengan risiko yang akan terjadi, perang dan atau peristiwa teror di luar wilayah penghasil minyak akan memberikan dampak buruk bagi harga minyak karena perkiraan penurunan permintaan," ujar John Kilduff, partner di Again Capital yang berbasis di New York, kepada Reuters.

Namun, harga minyak masih mendapat dukungan dari laporan bulanan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Selasa yang mengatakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024 dan sebesar 1,85 juta barel per hari pada tahun 2025. Kedua perkiraan tersebut tidak berubah dari bulan lalu.

Dalam berita OPEC lainnya, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengadakan pertemuan dengan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, di mana ia menyoroti pentingnya koordinasi antara kedua negara untuk menjaga stabilitas pasar minyak.

Kazakhstan mengatakan pihaknya akan memberikan kompensasi dalam beberapa bulan mendatang atas kelebihan produksi minyaknya pada bulan Januari, memenuhi komitmennya terhadap pengurangan produksi OPEC+.

Faktor geopolitik juga mempengaruhi pasar minyak, termasuk konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina serta berkembangnya pandangan bahwa penurunan suku bunga AS akan dimulai lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

"Saat ini kejadian di sekitar Israel dan Gaza, serta perang Ukraina melawan Rusia, lebih membebani sentimen dibandingkan data inflasi AS yang mengecewakan," ujar analis PVM, Tamas Varga, kepada Reuters.

(Sumber : CNBC Indonesia)

minyak minyak mentah amerika


Loading...