Cara Membantu Anak Dalam Menghadapi Citra Tubuh Negatif Karena Medsos

Cara Membantu Anak Dalam Menghadapi Citra Tubuh Negatif Karena Medsos
ilustrasi (johntspencer: google)
Editor: Admin Life Style —Senin, 12 Februari 2024 11:59 WIB

Terasjabar.Id - Khusus soal penampilan, media sosial seolah-olah mengatur tentang seperti apa cantik dan ganteng itu, serta bagaimana bentuk tubuh kita “seharusnya”.

Definisi ini bisa menghantui banyak orang, terutama remaja yang mengalami perubahan dramatis pada tubuh mereka. Para remaja dapat mengalami ketidakpuasan terhadap citra tubuh mereka, karena media sosial selalu menampilkan tubuh-tubuh yang dianggap sempurna.

Psikolog dan peneliti citra tubuh Leslie Heinberg, PhD, menjelaskan bagaimana masalah citra tubuh atau body image dapat memengaruhi anak-anak dan remaja, serta cara membantu mereka mempertahankan citra diri yang baik.


Berbagai faktor yang mempengaruhi citra tubuh anak

Disadari atau tidak, anak-anak mulai terpengaruh untuk tampil dengan cara tertentu akibat media sosial. Sebuah survei terhadap pekerja penitipan anak pada tahun 2016 menemukan bahwa anak-anak menunjukkan masalah kepercayaan diri pada tubuh mereka sejak usia 3 tahun.

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi body image anak:

Hormon dan pubertas

Tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh, karakteristik jenis kelamin – semuanya berubah seiring bertambahnya usia anak. Khususnya bagi remaja putri, banyak hal yang mengubah pandangan terhadap diri mereka sendiri secara drastis.

Sebuah penelitian pada tahun 2015 menemukan bahwa gadis-gadis muda yang tumbuh dewasa lebih awal dari teman-temannya lebih rentan mengembangkan citra tubuh yang negatif. “Penelitian menunjukkan selama beberapa dekade bahwa anak perempuan yang mengalami perkembangan dini merupakan faktor risiko gangguan citra tubuh, gangguan makan, obesitas, dan kesulitan psikologis,” kata Dr. Heinberg. 

“Mereka mendapat banyak perhatian yang tidak diinginkan, dan mereka menjadi  tidak cocok dengan teman sebayanya.” Selain itu, perubahan hormonal dapat berperan dalam cara anak memandang tubuhnya sendiri – tidak peduli jenis kelamin atau gendernya.  Secara khusus, penambahan berat badan dan perkembangan otot dapat menjadi sesuatu yang menyebabkan anak-anak memandang diri mereka sendiri dengan cara yang baru.

“Faktor-faktor lain, seperti identitas gender, mungkin menarik perhatian atau menunjukkan perasaan berbeda dari rekan-rekan mereka dan dapat menyebabkan kekhawatiran mengenai citra tubuh,” tambah Dr. Heinberg.


Pengaruh teman-teman sebaya

Ingatkah saat kita remaja, cara mereka berpikir dan penampilan kita sangat dipengaruhi oleh teman sebaya? Dari gaya rambut hingga cara berpakaian, biasanya tidak lepas dari lingkungan masing-masing.

Nah, pengaruh dari teman sebaya ini semakin diperbesar melalui penggunaan media sosial. Saat ini, mereka lebih mudah mendapat komentar dari anak-anak seusia mereka.

Komentar negatif tentu akan menyakitkan. Namun pujian pun akan membuat mereka berusaha mempertahankan tampilan tersebut mungkin dengan cara yang tidak sehat, dan membuat anak lain memiliki keinginan yang sama untuk dipuji.

Bayangkan seandainya seorang anak atau remaja memiliki tubuh yang tidak seperti anak lain yang mendapat pujian. Mereka bisa merasa minder kan? Selain itu, remaja yang diolok-olok tentang berat badannya cenderung mengalami obesitas saat dewasa, kesulitan menjaga citra tubuh, dan mengembangkan perilaku makan yang tidak sehat.

Bagaimana membantu anak dengan citra tubuhnya

Anak-anak bisa mendapatkan pesan yang salah tentang tubuh mereka dari berbagai sumber, namun ada cara untuk mengatasi tekanan ini. Berikut beberapa tips untuk membantu anak mengembangkan citra tubuh yang positif:

Perhatikan cara mereka berinteraksi dengan media sosial

Dampak media sosial terhadap citra tubuh adalah bidang penelitian yang sedang berkembang. Sebuah studi pada tahun 2018 yang dilakukan Dr. Heinberg mengungkap bahwa wanita usia kuliah di empat negara Barat merasakan tekanan untuk menjadi langsing berdasarkan apa yang mereka lihat di media, termasuk media tradisional dan media sosial.

Sebuah penelitian terbaru pada tahun 2022 juga mengutarakan temuan serupa: Unggahan-unggahan di media sosial dapat menyebabkan remaja perempuan khususnya merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Padahal apa yang mereka lihat, belum tentu kondisi sebenarnya. Bisa jadi foto-foto itu dihasilkan lewat filter. “Saat seseorang memposting foto selfie, ia mungkin mengambil 15, 30, atau bahkan 40 foto, lalu memilih foto terbagus untuk diposting. Mereka mungkin juga menggunakan sejumlah filter untuk mengubah gambar," kata Dr. Heinberg. 

Lalu saat teman-teman atau orang lain melihatnya, mereka akan berpikir, ‘Dia sangat cantik,’ atau ‘Badannya sangat bagus – mengapa saya tidak terlihat seperti itu?’” lanjutnya. “Hal ini menghasilkan harapan yang tidak realistis.”

Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan membatasi penggunaan media sosial pada anak dan remaja – yang akan memberikan manfaat kesehatan lainnya juga.  Namun kenyataannya, media sosial sering kali menjadi bagian dari kehidupan remaja, jadi penting juga untuk menghadapi masalah ini secara langsung dan berbicara dengan mereka tentang apa yang mereka lihat dan bagaimana mereka seharusnya menafsirkannya.

Kurangi penekanan pada penampilan

Kadang-kadang, komentar kecil sekalipun dapat berdampak terhadap perasaan seorang anak terhadap dirinya sendiri. Karenanya orangtua disarankan mengurangi kritik atau pujian soal penampilan dan fisik.

Tentu saja, bukan berarti kita tidak boleh memuji penampilan anak atau orang lain. Namun pastikan itu bukan satu-satunya hal positif yang kita banggakan, sehingga mereka memahami bahwa penampilan hanyalah salah satu bagian dari diri mereka.

Misalnya, cobalah untuk tidak terlalu mementingkan penampilan di rumah dan lebih mengutamakan kesehatan dan kekuatan.  Sarankan anak untuk makan sayur dan berolahraga guna membantu mereka menjadi lebih sehat dan merasa lebih baik, bukannya agar terlihat lebih langsing. 

Hindari pembicaraan negatif pada diri sendiri

“Apakah aku terlihat gemuk dengan baju ini?” Ini mungkin tampak seperti pertanyaan yang tidak berbahaya, namun mendengar orang tua mengkritik tubuh mereka sendiri dapat memperkuat keyakinan anak tentang tubuh ideal yang langsing. 

Dalam sebuah penelitian pada tahun 2018, perempuan muda yang mendengar “pembicaraan tentang gemuk atau kegemukan” dalam keluarga mereka cenderung tidak puas dengan tubuhnya. “Anak-anak mencontoh apa yang kita lakukan,” kata Dr. Heinberg.

“Jika kita memberi tahu anak-anak bahwa mereka cantik apa adanya, tetapi kemudian mereka mendengar kita terus-menerus tidak puas dengan tubuh kita sendiri, mereka akan cenderung mengikuti anggapan kita.”

Jadikan rumah sebagai tempat yang aman

Hal paling mendasar yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak-anak membangun citra tubuh yang sehat adalah menjadikan rumah sebagai tempat yang aman dan bebas penilaian baik bagi anak maupun orangtua, kata Dr. Heinberg. 

Membicarakan gambar dan pesan yang dilihat anak-anak di media adalah langkah bagus lainnya. “Saya pikir meluangkan waktu untuk menonton video TV, TikTok, atau YouTube bersama-sama dapat membantu anak-anak menjadi konsumen media yang baik dan cerdas,” kata Dr. Heinberg. 

“Akan sangat membantu jika kita melihat gambar bersama-sama dan membicarakan tentang bagaimana segala sesuatunya diubah secara digital atau bagaimana seseorang melakukan riasan secara profesional sehingga mereka tidak menetapkan standar yang tidak realistis untuk diri mereka sendiri,” tambahnya.

Sumber: kompas.com

Membantu Anak Menghadapi Medsos Dampak Negatif Medsos Hadapi Body Shaming


Loading...