Ketahui ! Beberapa Tanda Jika Tubuh Kalian Terkena Penyakit Paru-Paru

Ketahui ! Beberapa Tanda Jika Tubuh Kalian Terkena Penyakit Paru-Paru
Hermina Hospitals
Editor: Malda Teras Health —Kamis, 25 Mei 2023 10:19 WIB

Terasjabar.id - Ketahui ! Beberapa Tanda Jika Tubuh Kalian Terkena Penyakit Paru-Paru 

Bagaimana kamu mengetahui bahwa tubuhmu atau seseorang sedang sakit? Singkatnya, tubuhmu atau seseorang dikatakan sedang sakit jika ada gejala pada tubuh tidak berfungsi dengan normal.

Pasalnya, jaringan tubuh membangun organ tubuh yang kemudian membentuk sistem tubuh yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Jika seseorang menderita suatu penyakit maka sistem tubuh tak berfungsi dengan baik dan menimbulkan gejala. Bisa dikatakan, gejala merupakan bukti atau indikasi adanya suatu penyakit. Namun, yang menjadi permasalahan adalah gejala sering kali kurang spesifik sehingga sulit dikategorikan. 

Secara umum, penyakit akan mempengaruhi kesehatan individu secara menyeluruh ataupun pada bagian tubuh tertentu. Begitu pun jika kamu mengalami gangguan pernapasan, secara umum kesehatanmu ikut terganggu. Jelasnya, jika kamu mengalami gangguan kesehatan seperti di bawah ini pastikan ke dokter apakah kamu juga menderita gangguan pernapasan.

1. Walau belum diketahui penyebabnya, berdasarkan penelitian penyakit eksim berkorelasi dengan penyakit asma


Dilansir laman Verywell Health, penyebab utama eksim dan asma belum diketahui secara pasti, tetapi keduanya sama-sama menyebabkan peradangan berlebih pada tubuh. Eksim dan asma, sering berkembang bersamaan, dimulai pada masa bayi atau kanak-kanak. Umumnya, penyakit ini dimulai dari eksim, alergi makanan, asma, dan rinitis alergi (fay fever) dan cenderung diwariskan secara genetik.

Biasanya, individu yang memiliki riwayat penyakit eksim juga memiliki asma, pada kasus eksim parah, dan begitu pula sebaliknya. Hal terbaik yang dapat kamu lakukan untuk terhindar dari eksim ataupun asma adalah menghindari penyebabnya dan karenanya kamu perlu tes alergi untuk mendiagnosis pemicu alergi. 

Penelitian lainnya yang dipublikasikan tahun 2020 dalam jurnal Clinical and Translational Allergy berjudul "Eczema phenotypes and risk of allergic and respiratory conditions in school age children" yang melibatkan 4277 anak dari populasi multietnik. Lima  fenotip eksim (tidak pernah, transien dini, transien tengah, transien akhir, persisten) teridentifikasi eksim dari usia 6 bulan hingga 10 tahun. Pada usia 10 tahun semua diukur.

Kepekaan alergi diukur dengan tes tusuk kulit, alergi di diagnosa dokter, asma berdasarkan kuesioner yang dilaporkan orang tua, dan fungsi paru-paru dengan spirometri. Hasilnya, jika dibandingkan dengan relawan yang tidak pernah eksim, semua fenotip eksim dikaitkan dengan peningkatan risiko asma.

Namun demikian, eksim dan asma sering juga dipicu kondisi udara. Sehingga, kamu perlu melakukan upaya preventif seperti menggunakan produk-produk rumah tangga yang bebas dari  pewangi, pewarna, dan pengawet. Jika udara di rumah kering, pertimbangkan untuk menggunakan pelembab udara. Juga, jaga kelembaban kulit jika kamu punya riwayat penyakit eksim dengan menggunakan pelembab kulit berbahan dasar minyak.

2. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan gangguan pernapasan menyebabkan penderita sering merasa kelelahan


Penyakit gangguan pernapasan yang sering membuat penderitanya merasa kelelahan salah satunya adalah asma. Dilansir laman Healthline, kelelahan tidak selalu menjadi gejala umum bagi penderita asma. Namun demikian, penderita asma sering merasa kelelahan. Kelelahan dapat memperburuk asma dan kita semua mengetahuinya kelelahan dapat mengurangi kualitas hidup. 

Adapun, penyebab kelelahan bagi penderita asma adalah gejala asma yang tak terkendali dan sering memburuk pada malam hari. Gejala asma yang sering terjadi dan tak terkendali sering mengganggu pada malam hari sehingga menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Kesemuanya ini dapat menyebabkan kelelahan di siang hari. 

Penelitian tahun 2012 yang dipublikasikan dalam jurnal National Library of Medicine berjudul "Sleep in children with asthma: results of the PIAMA study" menemukan  anak-anak yang sering mengalami gejala asma mengalami kelelahan atau mengantuk di siang hari lebih sering daripada anak-anak yang sesekali atau tanpa gejala. 

Gejala asma seperti batuk-batuk, mengi, napas pendek juga akan menyebabkan kelelahan bagi penderitanya jika semakin parah. Pasalnya, selain menurunkan level oksigen dalam darah serangan asma seperti ini juga menyebabkan pembengkakan saluran udara dan pengencangan otot yang membungkusnya, sehingga membuat pernapasan menjadi lebih sulit. 

Dilansir laman American lung association, penyakit COPD     (chronic obstructive lung disease) juga dapat menyebabkan kelelahan. COPD atau  penyakit paru obstruktif kronis adalah peradangan pada paru-paru yang umumnya berlangsung lama. Kelelahan yang umumnya dialami pasien COPD tidak seperti kelelahan setelah orang beraktivitas padat bagi umumnya orang sehat, melainkan kelelahan yang dapat terjadi walau tidak beraktivitas padat.

Bagi penderita COPD kelelahan biasanya disertai dengan kekurangan energi, lemah, brain fog (sulit berkonsentrasi) yang kesemuanya tidak akan membaik atau hilang bahkan jika pasien tidur dengan nyenyak, kata Jamie Garfield, M.D, juru bicara relawan medis American Lung Association.

Selanjutnya, beliau menyampaikan cara terbaik untuk mengatasi kelelahan bagi pasien penderita penyakit paru-paru adalah dengan mengubah gaya hidup. Olahraga teratur bagi penderita dapat menaikkan level energi agar bertahan lebih lama, memperlambat perkembangan gejala penyakit paru-paru kronis seperti COPD, juga membatasi tingkat kelelahan. Gaya hidup diet sehat dan banyak minum air putih, senam pernapasan membantu penderita mengurangi kelelahan dan meningkatkan fungsi paru-paru. 

Ia juga menambahkan, perawatan untuk kelelahan kronis harus fokus pada pengurangan gejala. Secara khusus ia menambahkan "Edukasi, peregangan, latihan pernapasan, terapi fisik termasuk rehabilitasi paru, diet dan olahraga, meditasi dan pengendalian rasa sakit bila perlu," dikutip dari American Lung Association.

3. Menurut para ahli, tingkat keparahan penyakit paru-paru seringkali memperburuk penyakit hati


Berdasarkan laporan dalam jurnal National Library of Medicine berjudul "Respiratory system involvement in chronic liver diseases" tahun 2013 bahwa penyakit hati seringkali berkaitan dengan komplikasi pernapasan yang bentuknya bisa berupa efusi pleura, penyakit paru interstisial, serta berbagai kombinasi gejala yang mempengaruhi pembuluh darah paru-paru. 

Namun demikian, durasi dan tingkat keparahan penyakit hati tidak ada kaitannya dengan gangguan fungsi paru-paru. Sebaliknya, tingkat kerusakan paru-paru akan memperburuk prognosis penyakit hati. Dalam kasus ini, perawatan dengan obat–obatan tidak selalu efektif, tetapi transplantasi hati terbukti efektif dalam banyak kasus. 

4. Penyakit paru-paru COPD dapat mempengaruhi gangguan pada fungsi kognitif


COPD merupakan penyakit paru-paru yang umumnya disebabkan oleh rokok dan berdampak sistemik karena dapat mempengaruhi fisik dan otak berupa gangguan fungsi psikologis dan kognitif. Gangguan kognitif pada pasien COPD dapat terjadi secara menyeluruh ataupun dalam domain kognitif tunggal, seperti pemrosesan informasi, perhatian dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif, dan pengendalian diri, berdasarkan laporan dalam jurnal National Library of Medicine berjudul "COgnitive-pulmonary Disease" yang terbit tahun 2014.

Masih dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa gangguan kognitif pada pasien ini mungkin terkait dengan kelainan struktur otak, seperti perubahan patologis materi abu-abu yang memainkan peran penting dalam memori, perhatian, kesadaran persepsi, pikiran, bahasa dan alam sadar manusia. Selain itu, kelainan struktur otak pada pasien COPD juga berupa hilangnya keutuhan materi putih otak yang disebabkan aktivitas merokok. Materi putih ini berfungsi sebagai saluran komunikasi antara materi abu-abu dan bagian tubuh lainnya

5. Obesitas akan mempengaruhi secara negatif kapasitas pernapasan hingga gangguan pernapasan


Seseorang dikatakan mengalami obesitas ketika level indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2. Obesitas itu sendiri dikatakan sebagai penyebab penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, lever dan beberapa penyakit kanker. Selain itu, penderita obesitas biasanya akan mengalami masalah pernafasan karena dengan naiknya bobot badan dan indeks masa tubuh, maka volume paru-paru akan berkurang menyebabkan udara yang masuk ke paru-paru lebih terbatas, dilansir laman News Medical life Sciences

Oleh karenanya, obesitas akan mempengaruhi sistem pernapasan yang kemudian menyebabkan banyak gangguan pernapasan. Seperti yang dilansir laman News Medical life Sciences, obesitas berpengaruh terhadap banyak gangguan pernapasan seperti:

  • Exertional dyspnea – sesak nafas yang muncul saat melakukan aktivitas minor dan ini umum terjadi pada penderita obesitas;
  • Obstructive sleep apnea syndrome – Kondisi ini menyebabkan penutupan atau penyempitan saluran udara selama tidur yang menyebabkan mendengkur, bangun berulang kali, dan tidur tidak nyenyak;
  • Chronic obstructive pulmonary disease (COPD);
  • Asthma –Studi menunjukkan prevalensi asma lebih tinggi sebesar 38 persen pada pasien kelebihan berat badan dan sebesar 92 persen pada pasien obesitas; 
  • Obesity hypoventilation syndrome –Daya tampung paru-paru  seseorang yang mengalami obesitas cenderung kurang dan karenanya mengalami kesulitan dalam menyediakan oksigen yang cukup untuk tubuh.  Ini dapat menyebabkan hipoksia atau oksigenasi tubuh yang rendah;
  • Pulmonary embolism–Emboli Paru adalah  kondisi serius di mana gumpalan darah tersangkut di pembuluh darah paru-paru atau arteri pulmonalis yang kemudian dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian. Pasalnya, sumbatan di paru menyebabkan jantung kesulitan memompa darah;
  • Aspiration pneumonia – Adalah peradangan pada paru-paru karena naiknya asam lambung ke paru-paru. Hal ini terjadi karena penumpukan lemak pada paru akibat obesitas dapat mempengaruhi struktur normal saluran udara, menjadi lebih pendek dan menyempit. 

Jadi, sekarang kamu tahu bahwa penyakit, termasuk di antaranya penyakit yang berhubungan dengan pernapasan akan menunjukkan gejala atau tanda-tanda tertentu atau bahkan menyebabkan dan memperparah penyakit lainnya karena seluruh tubuh manusia saling berkorelasi satu dan lainnya. Sakit satu bagian tubuh maka sakit pula tubuh lainnya. 

Maka, hal yang perlu kamu lakukan adalah jangan pernah mengabaikan gejala suatu penyakit, walaupun termasuk gejala yang ringan. Segera obati sebelum memburuk dan yang tak kalah penting adalah menjaga pola hidup yang sehat. 

(Sumber: IDN Times) 

Penyakit Pernafasan Paru Kelelahan Eksim Viral


Loading...