Terasjabar.id - Pecinta Game of Thrones sedang gembira karena mereka mendapatkan seri baru House of the Dragon. Kehadiran House of the Dragon datang dua tahun usai seri Game of Thrones berakhir di 2019.
Tentunya fans dapat kembali melihat naga dan intrik politik yang sadis di House of the Dragon. Namun, House of the Dragons juga punya potensi besar setelah ending Game of Thrones yang banyak dikritik.
Fans dapat berharap berharap pada House of the Dragon, sebab seri ini memiliki perbedaan esensial dalam hal penulisan.
Awal dan Akhir
Game of Thrones adalah alur utama dari kisah A Song of Ice and Fire yang ditulis novelis George R. R Martin (GRRM). Rencananya ada tujuh novel utama dari seri tersebut, tetapi plot seri TV telah menyalip novelnya.
GRRM merilis novel kelima berjudul A Dance of the Dragons pada 2011 lalu. Pada tahun yang sama, Game of Thrones tayang di layar kaca. Namun, adaptasi TV terus berlanjut dengan cepat, sementara novel keenam The Winds of Winter tidak kunjung terbit.
Hingga adaptasi TV selesai, novel keenam itu tidak kunjung rilis. GRRM enggan berjanji kapan bisa merilis novel barunya. Ending dari Game of Thrones di TV juga belum tentu akan sama dengan ending di novelnya.
Seri House of the Dragons pun lebih menjanjikan karena merupakan crossover antara spin-off dan prekuel dari alur utama Game of Thrones. Pasalnya, cerita House of the Dragons terjadi sekitar dua abad sebelum Daenerys Targaryen dan Jon Snow lahir.
Konflik dari novel itu adalah perang saudara antara keluarga Targaryen. Oleh karena keluarga Targaryen memiliki naga, konflik itu disebut Dance of the Dragons (Tarian Para Naga) dan endingnya juga sudah ditulis oleh GRRM. Berikut ulasan dari konfliknya: