Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur Kemarin, Penyebab Utamanya Klakson Telolet ?

Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur Kemarin, Penyebab Utamanya Klakson Telolet ?
Tribunnews.com
Editor: Malda Hot News —Rabu, 19 Oktober 2022 08:43 WIB

Terasjabar.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap hasil investigasi atas penyebab kecelakaan truk Pertamina di Jalan Transyogi Cibubur, Desa Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Kecelakaan itu terjadi pada 18 Juli 2022 lalu pukul 14.00 WIB.
Dalam hasil investigasi KNKT, terungkap penyebab utama dari kecelakaan tersebut, pertama kebocoran dari solenoid valve klakson tambahan (klakson telolet) dan kampas rem yang tidak sesuai standar. Berikut ini fakta-faktanya:

1. Klakson Telolet Jadi Penyebab Utama


Plt Kepala Sub Komite Investasi Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan mengatakan truk trailer tangki Pertamina mengalami kegagalan pengereman karena persediaan udara pada rem berada di bawah ambang batas, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan pengereman.


"Penurunan udara tekan dipicu oleh dua hal, pertama adanya kebocoran pada solenoid valve klakson tambahan (klakson telolet) dan kedua adalah travel stroke kampas rem yang tidak standar Resultan dua hal ini memaksa pengemudi melakukan pengereman berulang kali saat menghadapi gangguan lalu lintas karena rem tidak pakem," jelasnya dalam konferensi pers di kantor KNKT, Selasa (11/10/2022).

Pengemudi mulai merasakan rem kurang pakem beberapa saat setelah melakukan perjalanan dari Plumpang menuju Cileungsi. Saat di perjalanan tepatnya di daerah Tol Rawamangun, pengemudi mendengar bunyi mendesis pada kendaraan dan selanjutnya pengemudi menepikan kendaraan untuk memeriksa sumber bunyi yang didengarnya.


"Namun, tidak ditemukan. Tekanan angin di dasbor menunjukkan angka 7 bar, selanjutnya pengemudi meneruskan perjalanan. Padahal angin dasbor menunjukkan 7 bar ini tidak lazim. Sedangkan pengemudi di jalan tol tidak pernah menginjak rem, seharusnya tekanan angin penuh. Tetapi ini 7 bar, artinya ada kebocoran," ungkap Wildan

2. Bahaya Klakson Telolet pada Truk


Plt Kepala Sub Komite Investasi Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, mengungkap mengapa kebocoran pada solenoid valve klakson telolet menjadi penyebab kecelakaan truk Pertamina. Ia mengatakan agar bunyi klakson menjadi lebih kencang harus menggunakan tenaga angin yang anginnya berasal dari tabung angin untuk rem.

Nah jika ada kebocoran pada solenoid valve klakson telolet, otomatis angin untuk rem juga habis dan menyebabkan rem blong. Maka itulah bahayanya menggunakan klakson telolet.

"Membahayakannya gini, dia agar membunyikan biar kenceng dia pakai tenaga angin, anginnya itu ambil dari tabung angin untuk mengerem. Jadi ketika ada kebocoran di klakson telolet maka angin semua akan keluar dari tabung, jadi orang nggak bisa ngerem. Jadi bahayanya di situ," ungkapnya ketika ditemui di kantor KNKT.

3. Klakson Telolet Diusulkan Dilarang


Buntut kecelakaan truk Pertamina, KNKT meminta agar Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melarang penggunaan klakson telolet untuk kendaraan besar di Indonesia.

"Untuk sementara waktu melarang semua penggunaan klakson tambahan yang instalasinya mengambil sumber daya tenaga pneumatic dari tabung udara sistem rem, sambil merumuskan kebijakan teknis yang tepat untuk memenuhi kebutuhan klakson pada kendaraan besar di Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri," ujarnya.

Meski merekomendasikan agar klakson telolet itu agar dilarang, Wildan mengatakan regulasi kebijakan tersebut ada di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Jadi pihaknya hanya bisa membuat rekomendasi berdasarkan hasil investigasi KNKT.

"Kalau kita hilangkan itu kan kebutuhan ya, itu makanya saya kembalikan ke Dirjen Perhubungan Darat, kalau saya bicara teknologi gampang tambahkan kompresor tambah tabung angin, truk bisa jalan aman, angin aman. Tetapi kan itu butuh pedoman, pedoman itu ada di Kemenhub," jelasnya.

4. Keterangan Pertamina


PT Pertamina Patra Niaga menjelaskan berkaitan dengan penggunaan klakson tambahan atau telolet yang menjadi penyebab dari kecelakaan. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting sebenarnya mengenai klakson pada truk sudah diatur dalam PP 55 Tahun 2012 Tentang kendaraan terkait Nilai Ambang Batas dari bunyi Klakson.

Meski begitu, diakui klakson tambahan belum diatur secara resmi dari Kementerian Perhubungan. "Namun teknis pemasangan klakson tambahan itu belum diatur dalam Peraturan baik dari Kementrian Perhubungan saat Uji Type maupun saat dilakukan Uji Periodik (KEUR)," tuturnya, kepada detikcom.


Selain itu, Pertamina juga menegaskan pihaknya selalu melakukan perawatan berkala, baik itu ringan maupun berat untuk transportasi truk tangki yang mereka gunakan.

"Untuk armada truk tangki Pertamina memiliki perawatan berkala setiap periodik, baik itu perawatan ringan maupun berat. Untuk perawatan ringan dilakukan oleh pihak Pertamina & untuk perawatan berat dilaksanakan oleh masing-masing pemilik mobil tangki," terang Irto.

5. Rem Blong Juga jadi Penyebab Kecelakaan
Berdasarkan keterangan pengemudi awalnya tidak merasakan adanya permasalahan teknis pada kendaraannya, semuanya dalam kondisi normal. Kemudian, pengemudi mulai merasakan rem kurang pakem beberapa saat setelah melakukan perjalanan dari Plumpang menuju Cileungsi.

Saat di perjalanan tepatnya di daerah Tol Rawamangun, pengemudi mendengar bunyi mendesis pada kendaraan dan selanjutnya pengemudi menepikan kendaraan untuk memeriksa sumber bunyi yang didengarnya. Namun tidak ditemukan sumber bunyi tersebut.

Saat melanjutkan perjalanan pengemudi merasakan kesulitan melakukan pengereman sesaat setelah melalui APILL pintu tol Cimanggis-Cibitung. Pengemudi selanjutnya mengambil tindakan untuk berpindah jalur ke jalur lambat dengan tetap melakukan upaya pengereman serta memindahkan gigi ke posisi gigi rendah.

"Saat itu di roda gigi 5, dan kemudian mencoba memindahkan ke roda gigi 3 namun gagal," kata Wildan.

6. Kronologi Lengkap Kecelakaan


Truk Trailer Tangki Pertamina yang mengalami kecelakaan dengan nomor polisi B-9598-BEH. Kejadian terjadi pada Senin, tanggal 18 Juli 2022 pukul 14.00 WIB di Jalan Transyogi Cibubur, Desa Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Kejadian bermula saat truk berangkat dari TBBM Plumpang, Jakarta Utara sekitar jam 14.00 WIB dengan tujuan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Truk trailer tangki membawa muatan BBM Pertalite 24.000 liter, diawaki oleh 2 (dua) orang yaitu pengemudi (AMT-1) dan seorang pembantu pengemudi (AMT-2). Truk trailer tangki melewati rute Jalan Tol Rawamangun-Cawang.

Saat di daerah Rawamangun, AMT-1 mendengar suara desis seperti ada kebocoran udara tekan. Kemudian AMT-1 menghentikan kendaraannya dan melakukan pemeriksaan, namun sumber suara desis tidak ditemukan. AMT-1 kembali masuk kabin dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Truk trailer tangki keluar Gerbang Tol Cibubur lalu melalui jalan Transyogi.

Sekitar pukul 15.29 WIB, AMT-1 merasa kinerja pengereman truk trailer tangki mulai menurun dan posisi persneling di roda gigi 5. Kemudian AMT-1 pindah lajur 1 (tepi) dan berusaha menghentikan laju truk trailer tangki dengan cara terus-menerus menginjak pedal rem kaki (service brake) serta berusaha memindahkan ke roda gigi rendah namun gagal.

Ketika mendekati APILL CBD, jalan mulai menurun dan terdapat antrian kendaraan yang berhenti. Pengemudi mencoba menarik hand brake dan rem trailer namun truk trailer tangki tidak melambat sehingga terjadi tabrakan beruntun.

Kecelakaan maut ini mengakibatkan tabrakan beruntun yang melibatkan 4 mobil penumpang dan 10 sepeda motor. Diketahui akibat tabrakan beruntun ini sebanyak 10 orang meninggal dunia, 5 orang luka berat dan 1 orang luka ringan.

Baca artikel detikfinance, "6 Fakta Klakson 'Telolet' Pemicu Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur" selengkapnya https://finance.detik.com/energi/d-6356014/6-fakta-klakson-telolet-pemicu-kecelakaan-maut-truk-pertamina-di-cibubur.

Kecelakaan Truk Pertamin Cibubur Viral KNKT Bekasi Desa Jatirangga Ahmad Wildan


Loading...