Pernah Menjadi Homebase Persikab,Stadion Sangkuriang Dulunya Bernama Stadion Sukarela
TERASJABAR.ID - STADION Sangkuriang diresmikan pada 28 Agustus 1974. Stadion ini memiliki keterikatan batin kuat dengan tim sepak bola Kabupaten Bandung, yaitu Persikab (Persatuan Sepak bola Indonesia Kabupaten Bandung).
Persikab menggunakan stadion ini sebagai home base saat berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Saat itu, status Cimahi masih menjadi bagian dari Kabupaten Bandung sebelum memisahkan diri pada 2001.
"Stadion Sangkuriang dulunya bernama Lapangan Sukarela yang tanahnya merupakan hasil patungan warga sekitar yang punya keinginan memiliki lapangan luas," ujar salah seorang tokoh olahraga Cimahi, Rudi Ade Christian kepada Tribun Jabar di Stadion Sangkuriang,
beberapa waktu lalu.
LIHAT JUGA:
View this post on Instagram
Menurut Ade, pada 1973, warga sekitar membeli tanah dengan luas kurang lebih 2,2 hektare. Setelah proses jual beli selesai, tahun itu pun pembangunan stadion dimulai.
Pembangunan stadion pun relatif tidak terlalu lama. Setahun kemudian, tepatnya pada 28 Agustus 1974, stadion Sangkuriang pun berdiri dan kemudian diresmikan Gubernur Jawa Barat kala itu, Solihin GP.
"Stadion Sangkuriang adalah stadion bersejarah dimana Persikab menjadikan stadion ini sebagai home base sebelum memiliki Si Jalak Harupat. Tahun 90-an sampai 2000, stadion ini digunakan Persikab mulai dari liga satu menuju ke Divisi Utama, kemudian Super Liga, Liga Kansas, Liga Dunhil, dan terakhir Persikab dan Persib di sini," ujar Ade.
Pada zaman kejayaannya, Stadion Sangkuriang mampu menampung kapasitas penonton hingga 1.5000 orang. Meskipun jika dihitung standard FIFA dan dilihat dari lahannya, stadion hanya mampu menampung kapasitas 5.000 penonton.
Dari hasil penelusuran Tribun Jabar dari berbagai laman, Stadion Sangkuriang yang berdiri di Lapangan Sukarela, lahir dari keinginan pemerintah Jepang yang ingin memiliki lapangan luas untuk berbagai keperluan.
TONTON JUGA:
Pada suatu ketika, Pimpinan Jepang yang menduduki Cimahi pada awal 1942, Kapten Yamaguchi, memanggil Camat Cimahi, Rd Endon Purawikarta ke kantornya untuk dibuatkan lapangan yang luasnya harus lebih dari satu hektare dengan alasan untuk dipergunakan, baik upacara-upacara maupun olahraga.
Setelah menerima perintah itu, Endon Purawikarta memanggil para lurah di Kecamatan Cimahi yang banyaknya 14 desa.
Singkatnya, setelah diadakan penelitian maka diambil keputusan bahwa tanah lapang yang ditetapkan lokasinya adalah di Kampung Cisangkan.
Rd Endon Purawikarta langsung memerintahkan para kepala desa memungut uang sumbangan dari rakyat.
BACA JUGA:
- 20 Ucapan HUT RI ke-76 dan Kata-kata Mutiara, Cocok Untuk Dijadikan Status di Medsos
- 518 Pegawai Aktif Mengaku Prihatin dengan Kondisi KPK Era Firli Bahuri
- Ketua Fraksi PKS Sebut Lomba Karya Tulis BPIP Tendensius
Dalam waktu singkat terkumpul uang sebanyak 5.500 Gulden yang terbilang besar nilainya waktu itu.
Rakyat 14 desa di Kecamatan Cimahi dikerahkan untuk membuat lapang seluas kurang lebih satu hektare secara gotong royong dan sukarela.
Itulah sebabnya lapangan itu kemudian dinamakan Lapang Sukarela. (kemal setia permana)
(SUMBER TRIBUNJABAR.ID)