Gubernur Jabar Ridwan Kamil Akan Kembali Perketat Bandung, Ada Kemunkinan Kembali WFH ?

Gubernur Jabar Ridwan Kamil Akan Kembali Perketat Bandung, Ada Kemunkinan Kembali WFH ?
iNews
Editor: Malda Sport Style —Senin, 14 Juni 2021 08:36 WIB

Terasjabar.id - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tengah mengatur kembali pengetatan sejumlah kegiatan dan aktivitas masyarakat di Bandung untuk mengendalikan peningkatan kasus Covid-19.

Untuk itu, pihaknya juga  tengah membahas pengaturan kembali bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Bandung Raya

Menurut Emil, pengetatan kegiatan masyarakat kembali ini adalah konsekuensi dari peningkatan kasus Covid-19 di Bandung Raya.

"Nanti sudah saya instruksikan, diwakili Sekda Kota Bandung kebijakan WFH sedang dihitung, kebijakan nikahan sedang dihitung, khususnya Bandung Raya, termasuk pengetatan-pengetatan yang memang akan jadi pola. Jadi jangan kaget, kalau kasus naik, maka akan diperketat. Mudah-mudahan bisa turun seperti sebelum Lebaran,” katanya, Minggu (13/6/2021).

Rumah sakit di Bandung Raya dan Bodebek, katanya, merasakan dampak aktivitas libur Lebaran, yaitu mengalami lonjakan pasien Covid-19 yang meminta dirawat. Rata-rata berasal dari kluster keluarga yang didatangi pemudik.

"Bed occupancy ratio (BOR) Kota Bandung, contohnya, berada di 85 persen. BOR rumah sakit di Jawa Barat juga naik dari terendah saat menjelang Idulfitri sekitar 30 persen menjadi 68 persen hari ini," katanya.

Langkah yang dilakukan adalah penambahan kamar dan penambahan relawan tenaga kesehatan sedang diupayakan. Ini pula yang dikatakan Emil saat meninjau langsung ketersediaan tempat tidur bagi pasien Covid-19 di RSUP Dr Hasan Sadikin dan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung, Sabtu (12/6) malam.

"Lonjakan pascalibur Lebaran itu masa inkubasinya jatuh di minggu-minggu ini. Ini menunjukkan bahwa ketidaktaatan pada imbauan (untuk tidak) mudik itu membawa kemudaratan seperti ini," kata Emil.

Sebab, lanjut Emil, kalau pada saat itu semua taat tidak akan terjadi lonjakan seperti sekarang. Jadi ini tolong diulas di media pentingnya ketaatan itu. Kenapa, karena data pada hari Lebarannya itu rendah.

Salah satu persentase (kasus) terendah itu justru di hari Lebaran. 

Namun sekarang ada kenaikan.

Meski demikian, ujar Emil, kenaikan ini masih terkendali.

"Pemerintah sudah menyiapkan antisipasi. Pertama menaikkan rasio bed untuk Covid-19 menjadi lebih tinggi. Dari rata-rata 20-an persen, ke arah 30-40 persen. Kedua, isolasi-isolasi nonrumah sakit kita siapkan," katanya.

Emil mengatakan, tak semua pasien yang terpapar Covid sebaiknya dirawat di rumah sakit.

Untuk mereka yang tak bergejala atau hanya bergejala ringan, sebaiknya bahkan cukup menjalani isolasi mandiri.

"Proses mengukur ini yang harus kita perbaiki agar jangan OTG dikit-dikit ke RSHS. Jadi tidak betul ada ditolak itu, bukan ditolak, dokter menilai Anda tidak perlu dirawat, cukup di rumah. Jadi bukan penuh, karena kenyataannya juga tidak penuh. Bahwa naik iya, tapi tidak penuh," katanya.

Melonjak

Seperti sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat, kasus penyebaran Covid-19 di Kota Bandung juga  melonjak pascaLebaran. Pusat Informasi Covid-19 (Pusicov) mencatat, kasus aktif di Kota Bandung hingga Sabtu (12/6) berjumlah 1.102 atau meningkat 118 kasus dari hari sebelumnya. Sedangkan total kasus terkonfirmasi mencapai 20.753 atau meningkat 152 kasus.

Peningkatan pun terjadi untuk data kasus pasien meninggal, di mana saat ini mencapai 365 orang atau meningkat dua orang dari hari sebelumnya.

Lima kecamatan di Kota Bandung menjadi penyumbang kasus aktif terbesar. Kecamatan Arcamanik dengan 75 kasus, disusul Kecamatan Rancasari (72 kasus), Kecamatan Bandung Kidul (71 kasus), Kecamatan Buahbatu dan Bandung Kulon, masing-masing 66 kasus.

Untuk tingkat kelurahan, Cipamokolan mencatat kasus aktif tertinggi yakni 38 kasus. Disusul Cisaranten Kulon (34 kasus), Cipadung Kidul (32 kasus), Sekejati (31 kasus), Mengger (30 kasus) dan Antapani Kidul (30 kasus).

Pasien meninggal per kecamatan, Kecamatan Batununggal menjadi wilayah tertinggi, dengan jumlah 26 orang, disusul Kecamatan Regol, 23 orang, Cibeunying Kidul, 22 orang, Kiaracondong, 21 orang, serta Kecamatan Arcamanik dan Bandung Kulon, masing-masing, 18 orang.  (Syarif Abdusalam/Cipta Permana/Tribunjabar.id)




Gubernur Jabar Bandung. WFH


Loading...