Dirut Terjerat Kasus Korupsi, Sarana Jaya Tetap Dipercaya Anies Bangun Tempat Pengolahan Sampah

Dirut Terjerat Kasus Korupsi, Sarana Jaya Tetap Dipercaya Anies Bangun Tempat Pengolahan Sampah
Tribunjakarta
Editor: Malda Hot News —Jumat, 12 Maret 2021 12:54 WIB

Terasjabar.id - Nama Yoory C Pinontoan belakangan menjadi sorotan setelah terjerat kasus korupsi pembelian lahan untuk proyek rumah Dp nol di kawasan Munjul, Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.

Yoory merupakan Dirut PD Pembangunan Sarana Jaya, BUMD yang ditunjuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam proyek tersebut.

Meski sang Dirut harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan diduga merugikan negara hingga Rp 100 miliar, ternyata PD Pembangunan Sarana Jaya tetap dipercaya mengerjakan sejumlah proyek strategis Pemprov DKI.

Terbaru, perusahaan berpelat merah ini ditunjuk Anies untuk membangun Intermediate Treatment Facility (ITF) Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di ibu kota.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Syaripudin mengatakan, Sarana Jaya berkolaborasi dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dalam pembangunan ITF ini.

"Melibatkan penugasan pembangunan (ITF) kepada dua BUMD Provinsi DKI Jakarta, yaitu PT Jakpro dan Perumda Sarana Jaya," ucapnya, Jumat (12/3/2021).

Terlepas dari kasus korupsi yang tengah dihadapi Dirut PD Pembangunan Sarana Jaya, Pemprov DKI berencana membangun ITF di empat lokasi berbeda.

Keempat ITF ini nantinya bakal tersebar di berbagai wilayah ibu kota dan diharapkan dapat mengurangi volume sampah.

Dalam proyek ini, Sarana Jaya mendapat jatah membangun ITF di wilayah layanan timur dan selatan.

Sedangkan, PT Jakpro mendapat jatah membangun ITF pusat di kawasan Sunter, Jakarta Utara dan wilayah layanan barat.

Dengan pengolahan berbasis teknologi yang tepat guna, teruji, dan ramah lingkungan, diharapkan sampah-sampah rumah tangga bisa disulap menjadi energi terbarukan yang memiliki kemanfaatan umum atau nilai tambah.

"Pengolahan dan pemanfaatan sampah di berbagai wilayah tersebut diharapkan menjadi salah satu solusi atas volume sampah di TPST Bantar Gebang," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Menurut rencana, ITF wilayah layanan barat direncanakan akan mengolah sampah sebesar 2.000 ton per hari dengan efisiensi 80 persen.

Untuk pembangunan ITF wilayah layanan barat ini, PT Jakpro bekerja sama dengan konsorsium PT Wijaya Karya (WIKA)-PT Indoplas Karya Energi (Indoplas).

"Proses pemilihan mitra ini sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, terbuka dan transparan karena dipublikasikan di media massa," kata dia.

Kemudian, ITF di wilayah layanan timur dan selatan diprediksi mampu mereduksi sampah sebanyak 70 hingga 90 persen.

Sementara ITF Sunter mampu mengurangi sampah sebanyak 2.200 ton per hari dan diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 35 Mega Watt.

"Proyek ini diharapkan mampu menjadi salah satu upaya untuk memanfaatkan sampah menjadi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat Jakarta,” tuturnya.

Fasilitas pengelolaan sampah ini juga diharapkan dapat meminimalkan ketergantungan daerah terhadap Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di luar daerah.

Untuk diketahui, jumlah sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang per harinya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI, jumlah sampah di ibu kota mencapai 5.665 ton sampah/hari di tahun 2014, tahun 2015 sebanyak 6.419 ton sampah/hari, dan tahun 2016 sebanyak 6.562 ton sampah/hari.

Jumlah ini terus meningkat di tahun 2017 sebanyak 6.875 ton sampah/hari, tahun 2018 sebanyak 7.453 ton sampah/hari, tahun 2019 sebanyak 7.702 ton sampah/hari, dan tahun 2020 sebanyak 7.424 ton sampah/hari.

Untuk komposisi sampah DKI Jakarta didominasi secara berturut-turut oleh sisa makanan (53%), plastik (9%), residu (8%), kertas (7%), dan lain-lain.

(Tribunjakarta.com)

Korupsi Anies Baswedan Sampah Anies


Loading...