Masih Banyak Orang di Jabar yang Enggan Jalani Vaksinasi Covid-19, Berikut Alasannya

Masih Banyak Orang di Jabar yang Enggan Jalani Vaksinasi Covid-19, Berikut Alasannya
(Nasional Tempo.co : Google)
Editor: Epenz Hot News —Senin, 22 Februari 2021 08:09 WIB

Tersjabar.id - Komunikasi publik akan diperbanyak untuk menyosialisasikan vaksinasi Covid-19. Sebab, masih ada warga yang takut menjalani vaksinasi.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indikator, hampir semua warga sudah tahu pemerintah telah memulai program vaksinasi virus corona, yakni 91,3 persen.

Mayoritas warga juga setuju dengan pendapat bahwa mereka menerima vaksin jika telah dinyatakan halal, yakni sebanyak 81,9 persen.

Namun, sangat banyak warga yang kemudian tidak bersedia divaksin yakni sebanyak 41 persen.

Dari angka tersebut, 54,2 persen di antaranya tidak mau divaksin karena alasan efek samping vaksin yang belum dipastikan.

Kemudian yang meragukan efektivitas vaksin sebanyak 27 persen, merasa sehat atau tidak membutuhkan sebanyak 23,8 persen, dan menolak jika harus membayar sebanyak 17,3 persen responden.

Pada kelompok yang bersedia divaksin (54,9 persen), mayoritas tidak bersedia jika harus membayar (70 persen) dan sekitar 23,7 persen bersedia divaksin meski harus membayar.

Atau secara total sekitar 38,4 persen tidak bersedia diberi vaksin jika harus membayar atau membeli, dan hanya sekitar 13 persen yang bersedia diberi vaksin meski harus membayar atau membeli.

Efektivitas vaksin dalam mencegah tertularnya virus corona pun hanya dipercaya oleh sekitar 53,5 persen warga, yang tidak percaya sekitar 30,3 persen, dan selebihnya tidak bisa menilai, 16,3 persen.

FOLLOW JUGA : 

"Kami akan lakukan komunikasi publik secara spesifik dan khusus, seperti kepada generasi Z," kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam webinar, Minggu (21/2/2021).

Gubernur mengatakan masih tingginya angka penolakan vaksin dari masyarakat ini membutuhkan sosialisasi dari para pemuka agama, khususnya para ulama dan kiai di Jawa Barat.

"Peran ulama untuk memberikan fatwa vaksin ini sangat besar," katanya.

Di sisi lain, pihaknya terus mengupayakan penambahan vaksinator atau tenaga penyuntik vaksin.

Dari awalnya baru 11 ribu tenaga vaksinasi menjadi tiga kali lipatnya lagi.

Hal ini dilakukan untuk mencapai target vaksinasi kepada 70 persen warga Jabar, yakni 36,5 juta jiwa dalam waktu delapan bulan.

"Saya sudah hitung, ketidakcukupan infrastruktur yang menjadi ancaman. Herd immunity bisa dilakukan, tapi kalau dosis vaksinnya siap tapi lambat, orang yang sudah divaksin duluan dan antibodinya sudah melemah, akan bertemu dengan yang antibodinya baru terbentuk karema baru divaksin. Makanya harus cepat vaksinasi ini," katanya.

Dia pun mengusulkan vaksinasi dilakukan di luar puskesmas, seperti aula, gelanggang olahraga, dan fasilitas lainnya.

Mengingat di Jabar hanya memiliki 1.000-an puskesmas untuk 5.000-an desa.

"Kalau hanya mengandalkan puskesmas, akan perlu waktu bertahun-tahun. Kalau barang tersedia, kami akan maksimalkan GOR, lapangan bulu tangkis, dan lainnya, seperti yang dilakukan di Sabuga beberapa waktu lalu," katanya.

Untuk menjangkau daerah terpencil, pihaknya sudah minta izin untuk keliling desa dan pelosok menggunakan mobil vaksinasi. Opsi vaksinasi mandiri untuk mempercepat herd immunity pun terus dilakukan.



Disadur dari Tribunjabarl.id

Program Vaksinasi Pandemi Covid-19 Prokes Gubernur Jabar


Loading...