Ilmuwan Ungkap Penyebab Lubang Besar Muncul di Siberia

Ilmuwan Ungkap Penyebab Lubang Besar Muncul di Siberia
CNN Indonesia
Editor: Malda Hot News —Jumat, 19 Februari 2021 09:27 WIB

Terasjabar.id -- 

Ilmuwan dilaporkan berhasil mengungkap penyebab munculnya lubang besar di kawasan tundra Siberia. Ilmuwan menduga lubang itu muncul akibat dari dampak perubahan iklim.

Sebuah lubang berukuran cukup besar dan dalam muncul setelah ledakan besar di kawasan tunda Siberia pada tahun 2020. Ledakan yang mengandung gas metana itu sampai menghempaskan es dan batu hingga ratusan kaki.

Melansir CNN, para ilmuwan menggunakan fotografi drone, pemodelan 3D, dan kecerdasan buatan untuk mengungkap penyebab peristiwa itu.

"Kawah baru terawat dengan baik, karena air permukaan belum terakumulasi di kawah saat kami mensurveinya, yang memungkinkan kami mempelajari kawah 'segar', tidak tersentuh oleh degradasi," kata Evgeny Chuvilin, ilmuwan di Pusat Pemulihan Hidrokarbon Institut Sains dan Teknologi Skolkovo, Moskow, Rusia.

Chuvilin mengaku baru pertama kali menerbangkan drone ke dalam lubang itu hingga kedalaman 10 hingga 15 meter. Chuvilin adalah bagian dari tim ilmuwan Rusia yang mengunjungi kawah itu pada Agustus 2020.

Berdasarkan data, itu adalah lubang ke-17 yang muncul di semenanjung Yamal dan Gyda, Kutub Utara Rusia sejak lubang pertama terlihat pada 2013. Lubang misterius itu telah membuat bingung para peneliti sejak kemunculannya.

Dalam prosesnya, Chuvilin dkk berhasil membangun model 3D dari lubang itu setelah mengambil 80 gambar lubang dengan menggunakan drone. Chuvilin menyebut lubang itu memiliki kedalaman hingga 30 m.

Igor Bogoyavlensky, ilmuwan Institut Riset Minyak dan Gas Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang mengendalikan drone mengaku sampai harus berbaring di tepi kawah dan menjuntai lengannya ke tepi untuk mengontrol drone.

"Tiga kali kami nyaris kehilangan (drone), tapi berhasil mendapatkan data untuk model 3D," katanya.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Geosciences, pemodelan 3D menunjukkan adanya gua di bagian bawah lubang. Pemodelan itu pun mengkonfirmasi hipotesis para ilmuwan selama ini bahwa gas metana terbentuk di rongga es, menyebabkan gundukan muncul di permukaan tanah.

Gundukan kemudian bertambah besar hingga menghempaskan es dan puing-puing lainnya dalam ledakan dan meninggalkan lubang besar.

Meski demikian, para ilmuwan mengaku masih belum mengetahui sumber metana. Saat ini, mereka menduga metana bisa berasal dari lapisan dalam di dalam Bumi atau lebih dekat ke permukaan atau kombinasi keduanya, yang disebut permafrost.

Permafrost adalah reservoir alami metana yang sangat besar, gas rumah kaca yang kuat, jauh lebih efektif daripada karbon dioksida dalam memerangkap panas dan menghangatkan planet.

Musim panas yang lebih hangat di Kutub Utara (memanas dua kali lebih cepat dari rata-rata global) telah melemahkan lapisan permafrost, yang berfungsi sebagai penutup, sehingga memudahkan gas untuk keluar.

Beberapa ahli memperkirakan bahwa tanah di wilayah permafrost menyimpan karbon dua kali lebih banyak daripada atmosfer, menjadikan wilayah tersebut sangat penting dalam perang melawan perubahan iklim.

"Perubahan iklim, tentu saja, berdampak pada kemungkinan munculnya ledakan gas di permafrost," kata Chuvilin.

Sejauh ini, bari 17 kawah yang telah didokumentasikan. ilmuwan belum mengetahui secara pasti berapa jumlahnya secara total atau kapan ledakan berikutnya terjadi. Para ilmuwan belum memiliki alat yang baik untuk mendeteksi dan memetakan wilayah emisi gas.

(jps/DAL/CNN)

Viral Ilmuan Lubang Besar siberia Perubahan Iklim


Loading...