Mitos di Balik Ibu yang Dimangsa Buaya di Depan Anak, Bujang Antan dan Pantangan

Mitos di Balik Ibu yang Dimangsa Buaya di Depan Anak, Bujang Antan dan Pantangan
Editor: Malda Hot News —Selasa, 19 Januari 2021 13:41 WIB

Terasjabar.id - Peristiwa seorang ibu di Bangka dimangsa buaya di depan anaknya ternyata tak luput dari mitos yang berkembang di daerah tersebut.

Seperti diketahui, seorang ibu bernama Yati (35 tahun) diseret ke kolong atau kolam bekas tambang di Desa Telak, Parittiga, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (17/1/2021).

Sang ibu dimangsa buaya saat mandi di kolam tersebut.

Ilustrasi, Bocah Ini Lolos dari Maut Setelah Berduel Selama 10 Menit dengan Buaya Berukuran 2,5 Meter
buaya (TeeFarm dari Pixabay)

Yang memilukan, peristiwa tersebut terjadi di depan anak yang saat itu tak ikut mandi.

Jasad Yati sudah ditemukan tapi lokasinya sekitar 2 kilometer dari tempat dia hilang.

Entah ada hubungannya atau tidak, cerita buaya di Pulau Bangka tak luput dari hal-hal berbau mistis yang berkembang di masyarakat.

Tak mengherankan banyak mitos yang berkembang dari mulut ke mulut.

Ada mitos unik mengenai keberadaan mahluk ganas ini.

Misalnya di Sungai Mendo,Kecamatan Petaling, Kabupaten Bangka ada mitos mengenai Bujang Antan makhluk gaib berbentuk buaya yang menguasai sungai itu.

Di aliran Sungai Baturusa ada kepercayaan masyarakat sejak dulu sungai itu dikuasai buaya gaib bernama Raden Kuning dan Raden Hitam.

Terlepas dari rusaknya alam dan semakin berkurangnya mangsa buaya sehingga memilih memangsa manusia.

Sebagian masyarakat Bangka percaya buaya tidak akan mengganggu manusia kecuali melanggar pantangan yang ada, salah satunya disebut kepunan.

Untuk kepunan ini secara umum adalah orang yang ditawari sesuatu makanan atau minuman tetapi menolak mencicipinya.

Ada kepercayaan setiap ditawari makanan dan minuman terutama minuman kopi sangat pantang untuk menolaknya. 

Apalagi orang yang bersangkutan akan berangkat ke hutan atau ke sungai.

Untuk penawar pantangan ini setidaknya orang yang ditawari mencolek dengan ujung jari makanan yang ditawarkan atau dalam bahasa Bangka disebut Malet.

Berikut makanan dan minuman sangat pantang ditolak dalam mitos kepunan dan malet masyarakat Bangka:

1. Kopi, terutama kopi hitam.

2. Nasi, bisa meliputi nasi bubur, nasi goreng dan semacamnya.

3. Makanan yang terbuat dari beras ketan dan berbagai hasil pertanian yang dihasilkan sendiri.

4. Pantang menyebut ayam goreng saat berada di sungai.

Yati Diseret Buaya di Hadapan Anak

Kejadian memilukan disaksikan seorang anak di Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.

Anak ini menyaksikan detik-detik ibunda diterkam buaya lantas diseret ke kolam sisa penambangan atau biasa disebut kolong.

Peristiwa ini terjadi Sabtu (16/1/2021) sementara jasadnya ditemukan Minggu (17/1/2021) lalu.

Yati (36), warga pendatang asal Selapan, Sumatera Selatan (Sumsel), tewas tercabik-cabik oleh monster reptil tersebut saat mandi di sebuah kolong (kolam sisa penambangan) Desa Telak Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat.

Ironisnya, peristiwa tersebut disaksikan oleh anaknya sendiri.

Jasad ibu-ibu ini di temukan warga pada Minggu (17/1/2021) pagi, setelah dikabarkan hilang, Sabtu (16/1/2021) di kolong Desa Ranggi, lokasi desa berdekatan dengan lokasi ditemukan.

Kepala Desa Telak, Faharudin, Minggu (17/1/2021) mengatakan, Jasad Yati ditemukan sekitar pukul 09.00 WIB tadi pagi, dalam kondisi mengapung dan sudah tidak bernyawa.

"Korban ditemukan warga yang mau pergi ke kebun sawit sekitar jam sembilan pagi tadi.

Korban ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Hilangnya Sabtu sekitar jam delapan pagi kemarin," ujar Faharudin kepada Bangkapos.com, Minggu (17/1/2021)

Menurut Faharudin, Yati hilang dan diterkam buaya saat mandi di Kolong Desa Ranggi Asam.

Anak korban sempat melihat sang reptil buas tersebut, menyeret Yati ke dasar kolong.

"Hilangnya waktu mandi di Kolong Desa Ranggi, cuma mungkin diseret dan ketemunya di Kolong Telak. Waktu turun mandi sendiri, cuma anaknya melihat saat diterkam buaya," jelasnya.

Dibawa berputar-potar kolong

Tak hanya memangsa dan mencabik cabik organ tubuh Yati saja, bak memberi isyarat, buaya pemangsa tersebut hampir dua jam membawa jasad Yati .

Faharudin, mengatakan mulanya, secara kasat mata sang reptil dikira tengah memangsa dan menyeret seekor burung.

"Kolongnya cukup besar, pertama kali buaya itu kayak memberi isyarat kalau yang dibawa dia itu tubuh manusia korban tadi. Awalnya dikira burung, ternyata manusia.

Habis itu diseret keliling kolong sekitar dua jamanlah," kata Faharudin, Minggu (17/1/2021) sore tadi.

Menurut Faharudin, mulanya sang reptil enggan melepas jasad Yati.

Namun, beberapa kapal boat Warga Desa Ranggi, yang mencari keberadaan Yati, membuat sang reptil terkejut lalu membiarkan tubuh Yati mengapung begitu saja.

"Terakhir ada boat kawan kawan dari Desa Ranggi, setelah itu baru jasadnya bisa diambil. Kalau tidak ada boat itu mungkin tidak akan dilepas oleh buaya itu," tegasnya.

Habitat rusak

Kasus tewasnya Yati, perempaun asal Selapan Sumsel, korban sambaran buaya di Kolong Ranggi Bangka Barat, beberapa hari lalu, menarik perhatian sejumlah pihak.

Apalagi buaya juga sering ditemukan di habitat serupa di berbagai kabupaten di Provinsi Bangka Belitung (Babel).

Tak hanya di Bangka Barat, namun kisah seputar maraknya buaya pernah terjadi di Kabupaten Bangka.

Sejumlah warga di kabupaten ini juga pernah jadi korban sambaran buaya.

Kepala Satpol PP Kabupaten Bangka, Kusyono mengatakan, begitu banyaknya aktivitas manusia yang merusak habitat buaya, jadi penyebab konflik buaya dan manusia terus terjadi.

"Itu khususnya untuk di daerah kita sendiri. Dugaan kita juga seperti itu. Di mana mereka (buaya) keluar dari tempat habitat mereka.

Yang biasanya di daerah bakau. Apalagi sekarang musim hujan, bisa saja mereka berpindah tempat. Dari sungai A ke sungai lain, karena meluapnya permukaan air," jelasnya kepada Bangkapos.com, Senin (18/1/2021).

Kerusakan lingkungan, seperti begitu maraknya tambang timah ilegal yang merusak habitat buaya, harus disikapi secara bijaksana.

Masyarakat, diminta agar jangan terlalu memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan dampak kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan.

Kusyono meminta agar oknum-oknum nakal yang merambah kawasan hutan bakau dan juga tidak bertanggung-jawab, dapat menyikapi dan menghentikan aktivitas merusak lingkungan habitat buaya.

"Ini harus menjadi kekhawatiran kita bersama dan kesadaran kita semua, termasuk para pelaku aktivitas tambang, khususnya yang ada di Wilayah Kabupaten Bangka," tegasnya.

Lebih lanjut, ia meminta oknum perusak lingkungan terkait, untuk dapat berpikir jernih harus memikirkan dampak yang disebabkan dari kerusakan lingkungan.

"Kalau sudah rusak kawasannya (bakau), ya tidak menutup kemungkinan salah satu anggota keluarga juga, bukan tidak mungkin ikut terdampak. Berkonflik dengan buaya," kata Kusyono.

Sementara itu Camat Pemali, Ahmad Suherman saat ditemui secara terpisah, Senin (18/1/2021) mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati ketika beraktivitas di sungai.

Karena, Kecamatan Pemali Bangka juga merupakan satu di antara wilayah kecamatan di Kabupaten Bangka yang mempunyai sejumlah lokasi sungai maupun kolong eks tambang timah

"Kecamatan Pemali ini banyak kolong-kolong eks tambangnya, yang banyak buaya.

Kami anjurkan kepada masyarakat agar hati-hati apabila mau mandi. Kalau bisa, di sungai-sungai atau kolong yang rawan buayanya. Janganlah," imbaunya.

Menurut Suherman,Kecamatan Pemali terdapat sejumlah sungai atau kolong eks tambang yang rawan buaya. Seperti Kolong Air Plat, Kolong Dusun Phohin hingga Desa Penyamun, yang kemungkinan banyak menjadi tempat bersarangnya buaya.

"Bahkan, kepercayaan masyarakat di sini, di kolong-kolong besar itu ada buaya jadi-jadian juga. Jadi, kita minta masyarakat lebih berhati-hati. Kalau bisa dijauhi, tempat itu," katanya.

Ditanyai terkait upaya apa yang telah dilakukan pihaknya, m kejadian tersebut, apakah melakukan upaya preventif seperti membuat pengumuman dan lain sebagainya, Herman menyebutkan, akan segera mengupayakan hal terkait.

Namun, ia berujar, sudah berusaha semaksimal mungkin, baik melalui pihaknya maupun berdasarkan pendekatan door to door memperingatkan masyarakat agar dapat berhati-hati beraktivitas di lokasi rawan buaya.

"Kami tetap imbau warga. Artinya, buat mereka yang biasa mencuci, mandi dan lain-lain, supaya harus sangat berhati-hati. Kalau bisa jangan dekati, lokasi rawan.

Buat yang hobi mancing juga. Apalagi di sini masih ada kepercayaan. Pantangan-pantangan dan lain sebagainya. Percaya atau tidak percaya, ya kalau bisa jangan dilakukan (Jangan dilanggar -red) pantangan," imbau Suherman. (Bangkapos.com/Antoni/Ramanda)




Viral Buaya Ibu Anak Bangka Desa Telak Parittiga


Loading...