CePAD, Alat Rapid Tes Antigen Karya Unpad, Akurasi Capai 91,5 Persen, Segini Harganya

CePAD, Alat Rapid Tes Antigen Karya Unpad, Akurasi Capai 91,5 Persen, Segini Harganya
Editor: Malda Hot News —Senin, 11 Januari 2021 13:32 WIB

Terasjabar.id - Kebutuhan pemeriksaan alat rapid tes antigen untuk melakukan mendeteksi paparan covid-19 di Indonesia, selama ini masih diimpor dari luar negeri.

Kondisi tersebut berdampak selain membuat terbatasnya ketersediaan alat, namun juga harga jual yang cukup memberatkan masyarakat.

Persoalan ini lah yang coba ditangkap dan diubah menjadi sebuah peluang oleh Universitas Padjajaran (Unpad) sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia, yang mampu menciptakan sebuah produk rapid tes antigen lokal bernama CePAD, dengan tingkat akurasi 91,5 persen dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan produk serupa yang kini beredar di pasaran.

Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad, Diana Sari mengatakan, alat rapid antigen saat ini sudah direkomendasikan World Health Organization (WHO). Di Indonesia sendiri, baru produk CePAD dari Unpad yang merupakan alat rapid test buat anak bangsa.

"Sejauh ini belum ada di Indonesia yang memproduksi ini kecuali Unpad. Dan kalau melihat akurasinya mencapai 91,5 persen dan sensitivitasnya 82 persen. Lebih tinggi dari pada yang direkomendasikan WHO, yaitu 80 persen," ujarnya dalam rilis yang diterima Tribun Jabar, Senin (11/1/2021).

Menurut Diana, CePAD saat ini sudah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis Indonesia dan sudah mendapat izin edar sejak 4 November 2020. 

Untuk harga satuan yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 120 ribu per unit.

Meski demikian, lanjutnya, harga tersebut bukan menjadi yang termurah untuk produk sejenis, namun seiring masif dan meningkatnya produksi yang dilakukan, maka harganya akan lebih murah.

“Seumpama kita produksi satu juta, maka produk ini akan bisa bersaing dengan produk tes antigen dari importir dan harganya pun bisa lebih murah,” ucapnya

Diana menuturkan, upaya distribusi CePAD, saat ini telah dilakukan pihaknya, bahkan, sejumlah institusi seperti Pemprov Jabar, Kemenristekdikti dan beberapa perusahaan di tingkat nasional, saat itu sudah mulai memesannya. 

"Terlebih, tim Unpad kini telah mampu memproduksi CePAD secara masif hingga 500 ribu buah per bulan, angka ini terus meningkat mengikuti permintaan pasar," ujar Diana.

Disamping itu, untuk teknis penggunaan CePAD, kata Diana, seperti halnya rapid tes antigen lainnya, CePAD tidak bisa digunakan secara mandiri.

Artinya, tetap harus ada tim kesehatan atau tim medis yang telah memiliki kemampuan yang terlatih untuk membantu menggunakannya.

Hal ini sesuai dengan arahan dari tim Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, di mana penggunaan harus dilakukan tenaga kesehatan. 

"Kalau dilakukan sendiri tidak direkomendasikan. Makanya selama ini kita distribusikan ke fasyankes (fasilitas layanan kesehatan)." katanya 

Ia pun berharap dan mengajak peran serta dari seluruh alumni Unpad untuk dapat turut menyosialisasikan CePAD kepada masyarakat secara lebih masif.

Bahkan, lanjutnya tidak menutup kemungkinan setiap alumni dapat bekerja sama dengan para distributor CePAD yang selama ini sudah ada.

Sementara itu, Rektor Unpad, Prof. Rina Indiastuti berharap setiap alumni Unpad bisa mendukung keberlanjutan produk CePAD.

Terlebih produk ini sudah disepakati oleh kementerian sebagai alat utama pengetesan virus corona yang pandemiknya belum juga berakhir, tapi justru semakin meningkat.

"Harapanya para alumni Unpad dapat ikut menyosialisasikan ini (CePAD) kepada secara lebih luas, agar bisa digunakan masyarakat," kata Rina. (Tribunjabar.id)




Rapid Test Antigen Tol Positif Corona Cepad Indonesia


Loading...