1 Oktober Diperingati Hari Kesaktian Pancasila, Ini Sejarah dan Deretan Faktanya

1 Oktober Diperingati Hari Kesaktian Pancasila, Ini Sejarah dan Deretan Faktanya
Tribunnews.com
Editor: Malda Teras Viral —Kamis, 1 Oktober 2020 09:18 WIB

Terasjabar.id - Tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Hal ini tak lepas dari insiden berdarah yang terjadi di tanggal sebelumnya, yakni 30 September di Tahun 1965.

Lantas sejak kapan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila?

Diberitakan harian Kompas 23 September 2019, peringatan tersebut dimaksudkan agar bangsa Indonesia mengingat lagi kekejaman Gerakan 30 September (G30S/ PKI).

LIHAT JUGA : 



Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966 lalu.

Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi.

Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme.

Karena itu dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa ini.

Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta rakyat.

Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya.

Diberitakan harian Kompas 6 Oktober 1965, gerakan tersebut merupakan bagian dari sejarah buruk bangsa Indonesia.

Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban.

Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

tribunnews
10 Pahlawan Revolusi (Tribun Pontianak)

Ketujuh korban tersebut juga dianugerahi pahlawan revolusi. Mereka dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

PKI menuduh mereka akan melakukan makar terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal.

Hari berkabung nasional

1 Oktober juga disikapi sebagai hari perkabungan nasional, namun bukan untuk ritual kesaktian Pancasila.

Diberitakan Kompas.com (1/6/2016), dikarenakan sejumlah perwira TNI gugur pada 1 Oktober 1965.

Peristiwa yang patut dikenang tersebut akhirnya difilmkan oleh almarhum Arifin C Noer dan diberi judul Gerakan 30 September.

Film tersebut menggambarkan adegan penculikan dan pembunuhan yang dilakukan segerombolan militer yang disebut sebagai pasukan Cakrabirawa.

Cakrabirawa dibentuk atas unsur-unsur angkatan.

Personel Cakrabirawa yang terlibat ialah Letkol Untung dan beberapa pasukannya dari Angkatan Darat.

Beberapa fakta yang berkaitan dengan Hari Kesaktian Pancasila.

1. Penculikan dan Pembunuhan Jenderal oleh Pasukan Cakrabirawa

G 30S PKI terjadi pada 30 eptember 1965 malam, hingga 1 Oktober 1965 pagi hari.

10 petinggi TNI tewas dalam kejadian tersebut.

Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal (Letjen) Suprapto, Letjen Haryono, Letjen Siswondo Parman, Mayjen Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomihardjo, Kapten Pierre Tendean, AIP Karel Satsuit Tubun, Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono.

Penculikan dan pembunuhan para jenderal itu dilakukan di Jakarta dan Yogyakarta.

Sebanyak tujuh jenazah Pahlawan Revolusi ditemukan di sumur berdiameter sempit, yang kemudian dikenal sebagai sumur Lubang Buaya.

LIHAT JUGA : 

2. Penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa

Pasukan Cakrabirawa adalah pasukan pengaman Presiden yang andal.

Pasukan ini berkekuatan 3.000 personel dari keempat Angkatan Bersenjata.

Dalam G 30S PKI, Pasukan Birawa menjadi promotor untuk menculik para jenderal.

Letkol Untung dan satu peleton Cakrabirawa dari Batalyon I KK pimpinan Lettu Dul Arif memimpin operasi itu.

Tindakan yang dilakukan Pasukan Cakrabirawa itu dianggap mencoreng nama pemerintah, sehingga dibubarkan pada 28 Maret 1966.

3. Nasib Letkol Untung dan Pasukannya

Setelah operasi yang disebut kudeta itu gagal, Letkol Untung sempat melarikan diri ke Jawa Tengah.

Namun, pria pemilik nama kecil Kusman ini tertangkap oleh dua anggota Armed, yang tak dikenalnya.

Anggota Armed itu tak tahu jika yang mereka tangkap adalah Letkol Untung, yang memimpin pemberontakan G 30S PKI.

Akhirnya, Untung dibawa ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada awal 1966.

Vonis mati untuknya dijatuhkan pada 6 Maret 1966.

Untung sempat meminta grasi pada Presiden Soeharto.

Namun, grasi itu tidak datang dan nasibnya justru berakhir di regu tembak.

Sedangkan personel pasukan Cakrabirawa banyak yang ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan.

4. Tewasnya Gadis Lima Tahun Bernama Ade Irma Suryani

Jenderal Abdul Harris (AH) Nasution menjadi sasaran dalam G 30S PKI.

Namun, putrinya yang baru berusia lima tahun, Ade Irma Suryani, justru tertembus peluru Pasukan Cakrabirawa.

Ade Irma meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, tepatnya pada 6 Oktober 1965.

Saat kejadian sekitar pukul 03.30 dini hari, Ade tidur bersama ayah dan ibunya.

Istri Jenderal Nasution, Johanna Nasution, berusaha melindungi suaminya, sehingga menyerahkan Ade Irma ke adik iparnya.

Namun karena panik, adik AH Nasution tak sengaja membuka pintu yang diberondong peluru pasukan Cakrabirawa.

Bocah kecil itu bersimbah darah, tetapi baru ketika hari sudah menjelang pagi dibawa ke RSPAD.

Dikutip dari Intisari, ada sekitar tiga peluru yang bersarang di punggung Ade Irma Naution.

5. Diperingati dengan Upacara Bendera

Kebenaran G 30S PKI sering kali menjadi perdebatan.

Namun, peristiwa ini adalah salah satu episode kelam dalam perjalanan Bangsa Indonesia.

Bagaimanapun setelah G 30S PKI pecah, Pancasila terbukti menjadi ideologi bangsa yang tak tergantikan.(Tribunjakarta.com)



Viral Oktober Pancasila Fakta Pasukan Cakrabirawa


Loading...