14 Tahun Lalu Tsunami Merusak Pangandaran, Kajian Zona Megathrust, Tagana Tingkatkan Kesiapsiagaan

14 Tahun Lalu Tsunami Merusak Pangandaran, Kajian Zona Megathrust, Tagana Tingkatkan Kesiapsiagaan
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Senin, 28 September 2020 09:24 WIB

Terasjabar.id - Kajian para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang potensi gempa kuat di zona megathrust dan potensi terjadinya tsunami 20 meter di selatan Jawa menjadi pengingat bagi masyarakat.

Khususnya yang tinggal di pesisir pantai selatan Jawa Barat, termasuk Pangandaran.

Penelitian itu juga untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

“Ada tiga program kesiapsiagaan yang sekarang ditingkatkan. Kajian ahli tentang megathrust dan potensi gempa besar dan tsunami 20 meter tidak bisa diabaikan,” ujar Koordinator Forum Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Nay Suryana, kepada Tribun Jabar, Sabtu (26/9/2020).

Tiga program kesiapsiagaan yang telah dan sedang dilaksanakan Tagana Pangandaran adalah membentuk dan menguatkan fungsi kampung siaga bencana (KSB) di desa.

Di desa yang sudah memiliki KSB, disiapkan relawan terlatih dalam penanggulangan bencana.

Selain itu, juga ada Tagana Masuk Sekolah (TMS), yaitu program edukasi kepada para pelajar di daerah-daerah rawan bencana, gempa, dan tsunami.

Juga ada program Tagana Menjaga Alam (TGA).

Menurut Nay, TGA adalah upaya Tagana mengajak masyarakat di daerah rawan bencana melakukan mitigasi, seperti menanam pohon, membersihkan lingkungan, dan membersihkan sampah dari sungai.

Adanya potensi gempa besar dan tsunami tinggi 20 meter yang menjadi dasar kesiapsiagaan, mengingat Pangandaran punya pengalaman bencana tsunami tahun 2006.

Tsunami yang melanda pesisir selatan Pulau Jawa pada 14 tahun itu menempatkan Pantai Pangandaran sebagai daerah yang mengalami kerusakan terparah, termasuk jumlah korban jiwa terbanyak.

Kini Pantai Pangandaran makin bertumbuh sebagai industri pariwisata unggulan Jawa Barat.

Bangunan hotel bertingkat bermunculan, pengusaha seakan berlomba menanam investasi di Pangandaran yang kini sudah menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).

“Sekarang banyak hotel-hotel bertingkat yang dibangun di Pangandaran. Bahkan tak sedikit yang tingginya di atas 20 meter,” katanya.

Namun, menurut Nay, di tengah bermunculannya hotel-hotel mewah bertingkat tinggi tersebut, hanya segelintir hotel yang punya rambu-rambu jalur evakuasi.

“Jalur evakuasi di hotel masih minim. Saya belum melihat di setiap kamar hotel ada peta atau penjelasan tentang jalur evakuasi,” ucapnya.

Padahal, kata Nay, peta atau penjelasan tentang jalur evakuasi adalah hal penting bagi tamu hotel untuk mengetahui situasi gedung, dan ke mana arah mereka harus menempuh jalur evakuasi mandiri ketika terjadi kondisi darurat.

Setiap hotel bertingkat seharusnya juga memiliki tempat evakuasi sementara (TES) di lantai sebagai titik kumpul bila terjadi kondisi darurat, misalnya bencana tsunami.

Nay mengatakan pembangunan hotel di Pangandaran memang berkembang pesat, tetapi investasi kesiapsiagaan bencana dalam hotel masih minim. (andri m dani)

Program Tagana Pangandaran antisipasi bencana

* Menyiapkan relawan terlatih di kampung siaga bencana

* Mengedukasi para pelajar di daerah rawan bencana

* Mengajak masyarakat di daerah rawan bencana melakukan mitigasi(Tribunjabar.id)



Pangandaran Zona Megathrust Tsunami


Loading...