Beberkan Ancaman Nyata Kebangkitan PKI, Gatot Nurmantyo: Saya Cuma Ingatkan Ada Sejarah Kelam

Beberkan Ancaman Nyata Kebangkitan PKI, Gatot Nurmantyo: Saya Cuma Ingatkan Ada Sejarah Kelam
Kompas.com
Editor: Malda Hot News —Jumat, 25 September 2020 08:20 WIB

Terasjabar.id - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menjelaskan tentang kebangkitan PKI di Indonesia.

Gatot mengklaim mengetahui bangkitnya partai komunis itu sejak 2008.

Dilansir TribunJakarta pada Jumat (25/9) dari kanal YouTube Tv One News, Gatot Nurmantyo menyatakan telah mengamati cukup lama terkait bangkitnya PKI.

Tak cuma itu, Gatot juga merasakan jika generasi muda saat ini tak banyak yang mengetahui sejarah Indonesia.

"Anak teman saya yang merupakan jenderal, dia kuliah di Universitas Indonesia dan bertanya 'Pak, Aidit itu siapa?' coba bayangkan. Hasil survei pun pemuda kita gak percaya ada PKI," beber Gatot Nurmantyo.

Gatot menilai, dengan berbagai kondisi tersebut, ia kemudian memerintahkan untuk nobar film G30S/PKI untuk prajuritnya yang berusia muda.

"Fokusnya ke prajurit saya yang muda-muda karena bisa saja mereka gak tahu sejarah kelam itu. Sedangkan inti dari TNI itu ideologi harus kuat," imbuh Gatot Nurmantyo.

Gatot menyatakan, ia memerintahkan prajurit dan rakyat untuk menonton film G30S/PKI itu tak perlu izin dengan Presiden RI maupun kementerian.

"Saya gak perlu izin, apa kita melanggar? tidak, buktinya Presiden Jokowi juga ikut nonton. Kenapa prajurit sama masyarakat? karena masyarakat berusia muda biasanya gak tahu. Saya cuma mengingatkan di Indonesia pernah ada sejarah kelam, hanya 13 hari tetapi yang meninggal 1000 orang lebih," kata Gatot Nurmantyo.

tribunnews
Presiden Joko Widodo (kiri) dan mantan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjawab pertanyaan wartawan di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2016). (Harian Warta Kota/Henry Lopulalan)

Tak hanya itu, Gatot menjelaskan kian hari kian terasa ancaman nyata dari kebangkitan PKI.

"Mulai dari 2008 gak ada pelajaran tentang G30S/PKI, terus ada yang mengatakan anak-anak keturunan PKI itu masuk ke PDIP cabang hingga pusat. Kemudian, yang tak terbantahkan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) Pasal 7 Ayat 2 mengajukan trisila atau ekasila."

"Pasal 5 Ayat 1 menjelaskan sendi pokoknya adalah keadilan sosial. Mari kita lihat dalam Pancasila dan UUD 45 jika dasar negara adalah Ketuhanan YME. Jadi sila ke-2 harus mengacu sila pertama," beber Gatot Nurmantyo.

Menurut Gatot, meski saat ini RUU HIP ditunda bukan berarti nantinya tidak akan dibahas lebih lanjut, hal ini bisa jadi mengindikasikan munculnya PKI.

tribunnews
Jenderal Gatot Nurmantyo (Kompas Images)

"Sendi pokoknya keadilan sosial itu manifestonya DN Aidit 1963. Bayangkan Ketuhanan YME jadi Ketuhanan yang Kebudayaan. Saya memiliki keyakinan yang utuh."

"Saya dan semua ABRI pernah bersumpah 'Demi Allah saya bersumpah akan setia pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945', jadi kalau saya tidak bangkit, tak mengoreksi ini maka sumpah itu akan ditanyakan ketika saya meninggal," ucap Gatot Nurmantyo.

Rekam jejak Gatot Nurmantyo sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:

1. Karier di TNI

Gatot Nurmantyo adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1982 dan berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad.

Karier pria kelahiran Tegal 13 Maret 1960 di dunia militer terbilang cukup cemerlang.

Sebelum ditarik ke Jakarta, Gatot Nurmantyo pernah berdinas di Papua menjadi Komandan Kodim 1707/Merauke kemudian Komandan Kodim 1701/Jayapura.

Setelah pindah ke Jakarta, karier Gatot Nurmantyo semakin menanjak.

Ia pernah menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat), Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya, dan Gubernur Akademi Militer.

Kemudian pada 2013, ia diangkat menjadi Panglima Komando Cabang Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ke-35.

Setahun menjabat Pangkostrad, Gatot Nurmantyo menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada 2014–2015.

 

2. Calon tunggal Panglima TNI

tribunnews
Gatot Nurmantyo (TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN)

Puncaknya, Gatot Nurmantyo dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon tunggal Panglima TNI.

Nama Gatot diusulkan Jokowi ke DPR pada 9 Juni 2015.

Setelah lolos dalam uji kepatutan dan kelayakan di DPR, Gatot dilantik menjadi Panglima TNI menggantikan Moeldoko yang pensiun pada 1 Agustus 2015.

Gatot Nurmantyo resmi pensiun pada 31 Maret 2018.

Sebelum pensiun, posisinya digantikan oleh Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara.

Ia tercatat menjadi prajurit TNI selama 36 tahun sejak 1982.

3. Ikut latihan Kopassus

tribunnews
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Mulyono mewisuda 131 orang Purnawira Pati TNI AD di Gedung Lilly Rochli Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (11/11/2018) (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Ada kisah menarik saat Gatot Nurmantyo dilantik KSAD pada 25 Juli 2014.

Sebagai jenderal bintang empat di TNI Angkatan Darat, Gatot Nurmantyo sebenarnya berhak mendapatkan brevet kehormatan dari Kopassus.

Namun, dia menolak. Dikutip dari Tribun Kaltim, Gatot Nurmantyo hanya mau meraih baret merah Kopassus dengan usaha sendiri, yakni ikut latihan resmi.

Ya, Gatot Nurmantyo tak pernah lupa pada keinginan ibunya yang menginginkan dirinya menjadi anggota Kopassus.

Gatot memang pernah mendaftar untuk menjadi anggota Kopassus, tapi gagal.

Tak lama setelah dirinya dilantik, Gatot Nurmantyo terjun mengikuti latihan pendidikan komando bersama prajurit lainnya.

Tak ada keistimewaan. Ia minta diperlakukan sama seperti siswa lainnya.

Jalan terjal itu dilalui Gatot saat usianya sudah menginjak 55 tahun.

"Pesan ibu itu menjadi mimpi saya. Saya harus menempuh latihan ini (Kopassus)," kata Gatot Nurmantyo.

"Yang paling berat adalah ketika saya nyebrangi Cilacap ke Nusakambangan, itu malam hari. Berenang, bawa senjata, bawa ransel, pakai sepatu, pakaian lengkap."

"Setelah selesai latihan, saat itu juga masih pakaian loreng kotor saya pergi ke makam ibu saya, saya lapor bahwa saya sudah melaksanakan tugasnya," kenang Gatot.

4. Masuk bursa capres-cawapres di Pilpres 2019

tribunnews
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan fotonya yang terpasang di Posko BPN Prabowo-Sandi di Solo (Kolase/Tribunnews.com/TribunSolo.com)

Setelah tak lagi menjadi perwira TNI aktif, nama Gatot santer disebut dalam berbagai lembaga survei calon presiden atau wakil presiden pada Pilpres 2019.

Dikutip dari Kompas.com, hasil survei nasional Poltracking Indonesia sempat menyebut Gatot dinilai oleh publik sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019.

Selain itu, nama Gatot Nurmantyo juga masuk daftar cawapres mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Namun, saat itu Gatot Nurmantyo secara tak langsung menyiratkan dirinya akan berkiprah di dunia politik.

Puncaknya, Gatot Nurmantyo memastikan dirinya tidak memihak kubu manapun dalam Pilpres 2019.

Gatot juga mengklarifikasi, dia tidak menyatakan dukungan terhadap pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal itu dikatakan Gatot saat dikonfirmasi terkait fotonya yang tertera di spanduk dan baliho milik tim pemenangan Prabowo-Sandi di Solo, Jawa Tengah.

"Yang jelas, untuk saat ini saya netral dan baik dengan semua, karena ditanya baik memilih pemimpin kita," ujar Gatot kepada Kompas.com, Minggu (13/1/2019).

5. Deklarasikan KAMI

tribunnews
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (KOMPAS.com/ANDI HARTIK)

Setelah sekian lama tak muncul, kini Gatot Nurmantyo ikut mendeklarasikan Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Saat deklarasi KAMI, Gatot Nurmantyo mengingatkan ancaman perang proksi atau proxy war di Indonesia.

"Pada tanggal 10 Maret 2014 saya berkesempatan dialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia," kata Gatot dikutip dari akun Youtube Realita TV, Selasa (18/8/2020).

"Saya berbicara antara lain tentang proxy war, yang kini telah menjadi ancaman luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa," lanjut dia.

Gatot menilai, penguasaan dari negara lain tidak hanya bisa dilakukan secara fisik, bisa juga melalui proxy.

Ia menambahkan, bahaya proxy war juga diperparah dengan adanya oligarki politik menggunakan dalih konstitusi.

"Bagi intervensi pemilu, dan memilih pejabat untuk pada saatnya pejabat tersebut bisa dikenalkan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain yang bukan tujuan dan kepentingan negara," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.

Selain di Jakarta, Gatot Nurmantyo juga mendeklarasikan KAMI di Jawa Tengah dan DIY di Solo, Kamis (20/8/2020).

Ia menegaskan, KAMI merupakan gerakan moral dan bukan ingin berkembang menjadi partai politik.

6. Dianggap jadi 'kuda hitam' di Pilpres 2024

Beberapa waktu lalu, lembaga riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis 15 nama tokoh yang dinilai berpotensi berlaga pada Pilpres 2024.

Dari 15 nama tersebut, ada nama Gatot Nurmantyo yang dianggap menjadi "kuda hitam" atau sosok yang dapat memberikan faktor kejutan.

Namun, pendapat berbeda justru disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari yang menilai Gatot belum cukup kuat untuk maju dalam Pilpres 2024.

Menurut Qodari, elektabilitas Gatot Nurmantyo belum cukup kuat jika dihubung-hubungkan dengan Pilpres 2024 mendatang.

Hal itu, kata dia, bisa dilihat pada Pilpres 2019 lalu. Jika memang Gatot kuat, maka sudah pasti dia dipinang oleh partai politik untuk maju pilpres.

"Belum kuat, karena kalau memang kuat nama beliau maju di Calon Presiden 2019."

"Karena partai politik itu kan sangat berkepentingan dan berkeinginan untuk menang," kata Qodari dikutip dari Kompas TV.

"Kalau ada calon populer mereka pasti akan memberikan dukungan, realitanya akhirnya tidak ada memberikan dukungan pada Pak Gatot," ujar dia.

(Tribunjakarta.com)


Jendral Gatot Sejarah PKI


Loading...