Mengukur Efektivitas Pemakaian Kacamata Menangkal Covid-19

Mengukur Efektivitas Pemakaian Kacamata Menangkal Covid-19
CNN Indonesia
Editor: Malda Hot News —Jumat, 18 September 2020 10:32 WIB

Terasjabar.id-- 

Orang yang menggunakan kacamata setiap harinya punya kemungkinan lebih kecil terinfeksi virus corona. Para pengguna kacamata menurut sebuah studi terbaru ini, punya kerentanan lebih rendah terhadap Covid-19 dibanding mereka yang tanpa kacamata.

Hasil didapat dari penelitian di China terhadap ratusan pasien Covid-19. Studi yang dipublikasikan online di jurnal JAMA Ophthalmology pada 16 September ini menunjukkan kacamata yang sehari-hari dipakai untuk mengatasi rabun jauh itu rupanya juga mencegah seseorang terpapar virus corona.

Hanya sekitar 6 persen dari 276 pasien Covid-19 di Rumah Sakit Suizhou Zengdu di China yang merupakan pemakai kacamata--karena rabun jauh. Namun proporsi pemakai kaca mata minus di Provinsi Hubei--tempat rumah sakit berada--jauh lebih tinggi atau sekitar 32 persen.


"Kacamata dapat menangkal infeksi Covid-19 karena mencegah pemakainya menyentuh mata mereka, sehingga menghindari penularan virus dari tangan ke mata," kata Yiping Wei, penulis koresponden penelitian yang juga merupakan dokter di Second Affiliated Hospital of Nanchang University dikutip Web MD.

Namun selain kacamata, penulis penelitian menyebut pelindung mata juga berpotensi mengurangi risiko tetesan udara sarat virus yang kemungkinan mengenai mata.

Akan tetapi pemakaian kacamata ini tidak berhubungan dengan tingkat keparahan gejala Covid-19. Penelitian menunjukkan, pemakai kacamata yang terjangkit Covid-19 sama sakitnya dengan pasien Covid-19 yang memiliki penglihatan normal.

"Meskipun ini adalah studi observasional dan Anda tidak dapat menyimpulkan sesuatu yang pasti dari ini, ada saran bahwa pelindung mata dalam bentuk apapun dapat mengurangi risiko terinfeksi," kata peneliti lain, Amesh Adalja dari Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore.



Satu-satunya Pelindung, Perlu Studi Lanjutan

Karena itu Adalja menekankan perlunya studi observasional lain dan penelitian yang lebih formal sebagai tindak lanjut.

Merespons studi, Ketua Kedokteran dan Kepala Ahli Epidemiologi, dokter Aaron Glatt mengungkapkan banyak rumah sakit--termasuk Mount Sinai South Nassau di New York--yang mengharuskan dokter, perawat, dan pengunjung untuk memakai kacamata atau pelindung wajah bersamaan dengan masker guna melindungi diri dari virus SARS-CoV-1. Karena itu kacamata boleh jadi sebagai pelindung parsial yang harus digunakan bersamaan dengan alat pelindung lain.

"Karena itu kami jadikan mandat, tapi orang sering bertanya: kalau saya pakai kacamata, apakah cukup? Dan jawaban kami adalah tidak," kata Glatt.

Hal tersebut karena menurut dia, kacamata biasa tidak bisa sepenuhnya menutupi atau melindungi mata seperti halnya kacamata atau pelindung wajah.

"Kacamata mungkin memberikan perlindungan, tapi jelas, dengan kacamata biasa, partikel di udara--secara teoritis--bisa masuk dengan mudah di sekitar mata," lanjut dia.



Sementara Direktur Senior Pencegahan Infeksi di Johns Hopkins Health System, Dokter Lisa Maragakis menuturkan, kemungkinan besar kacamata justru dapat meningkatkan risiko. Karena, kata dia, seseorang boleh jadi akan lebih sering menyentuh mata dan berpotensi mencemari mata ketika melepas, mengganti atau menyesuaikan frame kacamata.

Maragakis dan Glatt mencatat, penelitian tersebut didasarkan pada sampel yang relatif kecil sehingga perlu direplikasi dalam studi yang melibatkan lebih banyak orang.

"Ini studi provokatif. Studi ini sangat menarik. Tentu ada latar belakang pengetahuan yang bisa jadi mengarah ke efek satu sama lain. Tapi jelas, perlu studi yang lebih ketat untuk mengonfirmasi hasil studi tersebut," pungkas Glatt.

(NMA/CNN)

Kacamata Covid 19 Virus Corona


Loading...