5 Pegawai Kementerian Ekonomi Korea Utara Dieksekusi karena Mengkritik Kebijakan Ekonomi Kim Jong Un

5 Pegawai Kementerian Ekonomi Korea Utara Dieksekusi karena Mengkritik Kebijakan Ekonomi Kim Jong Un
Editor: Malda Hot News —Sabtu, 12 September 2020 10:43 WIB

Terasjabar.id - Korea Utara dilaporkan mengeksekusi lima pejabat pemerintah setelah mereka berbicara menentang kebijakan ekonomi negara.

Kelima pegawai Kementerian Ekonomi itu ditembak oleh regu tembak pada 30 Juli setelah rincian percakapan mereka muncul di pesta makan malam dan dilaporkan kembali ke atasan mereka, menurut DailyNK.

Mereka secara terbuka membahas perlunya reformasi industri di negara bangsa yang termiliterisasi yang menghasilkan sedikit barang konsumsi untuk warganya yang miskin.

Para pejabat juga rupanya membahas perlunya Korea Utara mencari kerja sama asing untuk membantu mengatasi sanksi perdagangan yang menghancurkan.

Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa ekonomi yang stagnan akan semakin parah jika tidak segera diperbaiki.

Diskusi mereka terdengar sampai ke kepala Kementerian Ekonomi yang kemudian melaporkan tindakan mereka kepada pihak berwenang.

Penyelidikan internal dilakukan.

Foto yang diambil pada 5 September 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 6 September 2020 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dengan komite pusat partai untuk pemulihan bencana tentang kerusakan yang disebabkan oleh Topan Maysak di Provinsi Hamgyong Selatan dan Utara.
Foto yang diambil pada 5 September 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 6 September 2020 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dengan komite pusat partai untuk pemulihan bencana tentang kerusakan yang disebabkan oleh Topan Maysak di Provinsi Hamgyong Selatan dan Utara. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

5 orang tersebut, yang dianggap sebagai pejabat yang sangat kompeten di dalam kementerian, dipanggil ke sebuah pertemuan di mana mereka ditangkap oleh polisi rahasia dan dipaksa untuk mengaku merusak rezim.

Selain itu, dilaporkan pula bahwa keluarga mereka dipindahkan ke kamp penjara politik (stasiun 15) di Yodeok, Hamgyeongnam-do.

Tempat itu merupakan salah satu tempat paling terkenal di Korea Utara bagi para pembangkang politik.

Eksekusi tersebut mengkhawatirkan para pejabat Partai Komunis yang takut akan kembalinya pembersihan yang melanda negara itu setelah kematian mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-il pada 2011.

Eksekusi tetap menjadi hal yang umum di negara yang sangat tertutup itu.

Minggu ini juga dilaporkan bahwa Kim Jong-un memajang kepala pamannya setelah mengeksekusinya dengan regu tembak, menurut pengakuan Donald Trump berdasarkan buku terbaru karya Bob Woodward.

Masih dilansir Mirror, dalam serangkaian wawancara dengan Bob Woodward, Donald Trump mengatakan bahwa Kim Jong un menceritakan semuanya kepadanya.

Buku yang berjudul Rage itu, berisi sejumlah klaim dan pernyataan, termasuk bagaimana Kim Jong Un membunuh pamannya.

Dilaporkan bahwa Jenderal Jang Song-thaek menjadi sasaran regu tembak atas perintah sang keponakan, Kim Jong Un.

Jang Song-thaek, paman dari Kim Jong Un
Jang Song-thaek, paman dari Kim Jong Un (via Mirror)

Ada pula laporan yang menyebut tubuh Jang Song-thaek kemudian ditelanjangi dan diumpankan kepada anjing.

Kim Jong Un lalu memajang kepala pamannya untuk dilihat orang lain.

Bawahan jenderal tersebut kemudian dieksekusi menggunakan senjata anti-pesawat.

Sementara keluarganya juga diketahui telah dibunuh atas perintah Kim Jong Un.

Jang Song-thaek sempat mengambil alih sementara Korea Utara setelah ayah Kim Jong Un, Kim Jong-il jatuh sakit dan meninggal pada pada 2011.

Dalam wawancara teleponnya dengan Donald Trump, Woodward menulis bagaimana sang presiden sangat memuji pemimpin kontroversial itu.

Selain itu, dalam sepucuk surat yang diperlihatkan kepada Woodward, Trump bertanya kepada Kim: "Apakah Anda pernah melakukan hal lain selain mengirim roket ke udara?

"Ayo pergi nonton film bersama. Ayo main golf."

Trump juga menunjukkan Woodward surat dari Kim di mana ia memanggil presiden sebagai "Yang Mulia" dan berbicara tentang saat mereka berpegangan tangan.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Kiri) dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan selama pertemuan di sisi selatan Garis Demarkasi Militer yang membagi Korea Utara dan Selatan, di Area Keamanan Bersama (JSA) Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) pada tanggal 30 Juni 2019. (Brendan Smialowski / AFP)

"Saya merasa senang telah menjalin hubungan baik dengan negarawan yang kuat dan terkemuka seperti Yang Mulia," tulis Kim dalam sebuah surat, menurut Woodward.

Kalimat lain tertulis: "momen sejarah itu ketika saya dengan kuat memegang tangan Yang Mulia di lokasi yang indah dan sakral saat seluruh dunia menyaksikan dengan penuh minat dan harapan untuk menghidupkan kembali kehormatan hari itu."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)


Kim Jong Un Kementrian Ekonomi Korea Utara


Loading...