Tak Ada WNI yang Jadi Korban Ledakan Bom Bunuh Diri di Jolo Filipina

Tak Ada WNI yang Jadi Korban Ledakan Bom Bunuh Diri di Jolo Filipina
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Jumat, 28 Agustus 2020 09:44 WIB

Terasjabar.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, tidak ada WNI yang turut menjadi korban dalam peristiwa ledakan bom kembar di Kota Jolo, Filipina, di awal pekan ini atau Senin (24/8)

"Sesuai dengan informasi yang kami terima sampai saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban jiwa dalam kedua peristiwa ledakan tersebut," kata Retno melalui konferensi daring, Kamis (27/8/2020).

Hal yang sama juga diberikan juga dinyatakan Kedutaan Besar RI di Manila.

Sekretaris Kedua, Pelaksana Fungsi Sosial dan Budaya KBRI Manila, Agus Buana menuturkan, dari laporan otoritas setempat terdapat 14 orang tewas dan 78 orang luka-luka, tidak ada korban WNI.

"Alhamdullilah hingga saat ini belum ada info korban WNI dalam insiden itu," kata Agus saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (25/8/2020).

Serangan dua bom bunuh diri yang dilakukan dua orang wanita itu diyakini berasal dari kelompok Abu Sayyaf.

Ledakan pertama terjadi di parkiran dekat supermarket, dimana bom dipasang di sebuah sepeda motor.

Kemudian insiden kedua berlangsung tak lama dari peristiwa pertama, yakni pelaku bom bunuh diri beraksi saat pihak keamanan menutup area kejadian.

Sosok Pembom Bunuh Diri

Seorang perempuan, Warga Negara Indonesia (WNI) diduga menjadi pelaku serangan bom bunuh diri di Kota Jolo, Filipina Selatan, Senin (24/8/2020).

Kepala Staf Angkatan Darat Militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan pembom bunuh diri adalah dua perempuan yang merupakan militan ISIS di Filipina.

Dilansir dari media lokal ABS-CBN News, Cirilio Sobejana, mengatakan perempuan asal Indonesia itu adalah janda dari teroris Norman Lasuca, seorang warga negara Filipina yang meledakkan dirinya di kota Indanan pada juni 2019 dan menewaskan 6 orang.

"Satu lainnya adalah istri warga Filipina Abu Dalha, seorang subleader dari unit Abu Sayyaf," katanya.

tribunnews
Polisi penyelidik dan tentara tiba di lokasi kejadian setelah dua bom meledak di luar gereja Katedral Katolik Roma di Jolo, ibukota provinsi Sulu, Filipina selatan, 27 Januari 2019. (voa)

Lalu siapa sebenarnya perempuan asal Indonesia yang menjadi pengantin dalam aksi bom bunuh diri di Jolo itu?

Pada hari ini, Kamis (27/8/2020), Cirilito Sobejana mengungkap identitas dari dua janda teroris ISIS yang melakukan bom bunuh diri pada Senin lalu di Jolo.

Dua ledakan di plaza kota Sulu telah merenggut 15 nyawa dan 78 orang terluka.

Letjen Cirilito Sobejana, mengidentifikasi dua wanita itu dikenal sebagai Nanh (Nanah) dan Indah Nay.

Nanah adalah janda dari Norman Lasuca, warga Filipina pertama yang menjadi pelaku bom bunuh diri.

Norman Lasuca meledakkan dirinya di kota Indanan pada juni 2019 dan menewaskan 6 orang.

Sementara Indah Nay, istri pemimpin unit Abu Sayyaf, Talha Jumsah alias Abu Talha, mantan penghubung (ISIS).

Putri pelaku bom bunuh diri

Direktur Institut Penelitian Perdamaian, Kekerasan dan Terorisme Filipina, Rommel Banlaoi menduga Nanah adalah putri dari pasangan suami istri, pelaku bom bunuh diri asal Indonesia yang menyerang gereja Katedral Jolo pada Januari 2019.

"Salah satu perempuan, pembom bunuh diri yang kami curigai dapat melakukan serangan semacam itu adalah putri dari orang Indonesia yang bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri Katedral Jolo," kata Rommel Banlaoi, seperti dilansir ABS-CBN News, Rabu (26/8/2020).

Serangan bom bunuh diri Januari 2019 di Gereja Katedral Jolo menewaskan setidaknya 20 orang.

Kelompok Abu Sayyaf dituding sebagai dalang di balik serangan tersebut.

Jauh sebelumnya, polisi Indonesia sudah mengungkap identitas dua WNI yang diduga menjadi pelaku bom bunuh diri di gereja Katolik Pulau Jolo, Filipina Selatan, pada 27 Januari 2019.

Dua pelaku adalah Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh yang merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah ( JAD) Makassar.

Mereka adalah suami istri.

"Ternyata pelaku suicide bomber di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).

Hal itu terungkap setelah polisi menangkap terduga teroris berinisial N (39) di Padang, Sumatera Barat, dan Y yang diamankan di Malaysia pada awal Juni 2019.

Awalnya, polisi Filipina hingga Polri kesulitan mengidentifikasi kedua pelaku teror tersebut.

Menurut Dedi, keduanya masuk ke Filipina tidak melalui jalur resmi sehingga otoritas setempat tidak mendeteksi ketibaan keduanya.

"Kedua tersangka ini masuk lewat jalur ilegal Filipina sehingga identitas kedua pelaku tidak ter-record dengan baik di Filipina, sehingga kita tidak bisa mengidentifikasi pelaku suicide bomber," ungkapnya.

Dedi mengatakan, kedua terduga pelaku diberangkatkan ke Filipina oleh S alias Daniel alias Chaniago.

S yang juga merupakan otak atau mastermind sejumlah aksi teror di Indonesia diduga berada di Khurasan Afghanistan.

S sudah masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri sejak lama.

"Karena mengetahui rencana aksi tersebut dan (S) sudah memberikan dana untuk 2 tersangka ke Filipina dari Makasar," kata dia.

Investigasi sedang berlangsung

Kedutaan Besar RI di Manila menyatakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima kejelasan siapa pelaku serangan teror di awal pekan ini, meski media lokal menyebut pelakunya merupakan warga negara Indonesia (WNI).

Sekretaris Kedua, Pelaksana Fungsi Sosial dan Budaya KBRI Manila, Agus Buana menuturkan, pengungkapan pelaku diperlukan waktu yang tidak sebentar, mengingat yang bersangkutan turut tewas.

Diperlukan investigasi melalui uji laboratorium forensik untuk menguji DNA pelaku, agar hasilnya akurat.

"Pastinya masih dibutuhkan waktu investigasi pelaku dalam bentuk uji laboratorium forensik hingga tes DNA agar lebih akurat sebagaimana kasus ledakan bom di sejumlah negara," kata Agus saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (26/8/2020).

Sejauh ini, baik KBRI Manila dan KJRI Davao terus memantau dari dekat peristiwa ini dan berkomunikasi secara intensif dengan otoritas Filipina.

Pasca serangan bom kembar yang menewaskan 14 orang dan melukai sekitar 75 orang itu, Militer Filipina bersiaga penuh untuk memonitor setiap pergerakan warga, dalam rangka mencegah serangan baru dari kelompok teroris Abu Sayyaf.(Tribunjabar.id)




WNI Bom Bunuh Diri Filipina


Loading...