Ayah Jerinx Akui Tak Kaget Anaknya Dipenjara, Jerinx Pernah Ikut Demo Turunkan Soeharto saat SMA

Ayah Jerinx Akui Tak Kaget Anaknya Dipenjara, Jerinx Pernah Ikut Demo Turunkan Soeharto saat SMA
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Sabtu, 15 Agustus 2020 14:45 WIB

Terasjabar.id - Ayah Jerinx SID, I Wayan Arjono buka suara dan memberi tanggapan terhadap anaknya yang kini dipenjara.

I Wayan Arjono mengaku tak kaget melihat putranya kini mendekam di penjara.

Bahkan ayah mertua Nora Alexandra ini sudah memprediksi putranya Jerinx SID bakal diproses hukum dan berakhir di penjara.

Pria yang akrab disapa Arjono ini mengaku sejak kecil Jerinx SID memang berbeda dari yang lainnya.

Di usianya yang masih di bangku SMA, Jerinx SID sempat membuat ayahnya syok lantaran nekat ikut demo ke Jakarta dengan tuntutan turunkan Presiden Soeharto.

Arjono mengaku jarang anak di usia belasan tahun sudah memiliki pola pikir dan kenekatan seperti Jerinx.

Dan kini sikap vokal dan nekat yang dimiliki Jerinx membawanya justru ke dalam jeruji besi.

Menurut Arjono, sejak Jerinx getol menyuarakan Bali Tolak Reklamasi (BTR) Teluk Benoa tahun 2013 silam, sebetulnya keluarga besar sempat rapat untuk menyarankan Jerinx berhenti ikut berjuang di BTR.

Namun Jerinx secara tegas menolak.

Akhirnya keluarga memaklumi dan mendukung perjuangan Jerinx.

“Waktu itu kami sudah sempat sarankan, kalau bisa keluarga berharap janganlah lagi terlibat, karena resikonya besar.

Tapi dia tidak mau. Nah kami akhirnya menyarankan, kalau memang begitu, apapun nanti konsekuensinya harus tanggungjawab,” kata Arjono saat diwawancara Tribun Bali, Jumat (14/8/2020).

Saat mendengar anaknya ditahan pada Rabu (12/8/2020), Arjono mengaku tidak begitu kaget.

Dalam hati, Arjono mengaku feeling-nya selama ini ternyata terjadi kalau anaknya suatu saat pasti akan kena.

“Saya tidak kaget, memang sebagai orangtua saya tahu anak saya. Memang saya sudah feeling suatu saat pasti akan kena,” ucap pria yang juga sebagai anggota DPRD Gianyar dari Partai Golkar itu.

Sosok Berbeda

Seraya duduk santai, Arjono mengisahkan secara singkat bagaimana perjalanan hidup Jerinx sedari ia kecil sampai saat ini.

Waktu masih berusia di bawah 10 tahun, Arjono melihat anaknya sosok yang biasa-biasa saja.

“Dia tidak ada nakal, ya seperti biasa saja waktu kecil. Dia sempat sekolah di Paud kalau dulu namanya TK nol besar. Nah waktu itu dia jalan kaki tiap hari 3 km,” tutur Arjono.

Kemudian, waktu duduk di sekolah dasar, Arjono mulai merasakan anaknya berprestasi dalam bidang akademik.

Ini dibuktikan saat dia melihat nilai raport anaknya yang selalu dapat ranking setiap ada kenaikan.

“Waktu SD itu anak saya biasa dapat juara satu. Kalau saya sebagai orangtua kan hanya melihat dari nilai, waktu itu sya masih ingat nama kepala sekolahnya itu Pak Mesir dari Pecatu. Jadi Jerinx sekolah di Pemamoran Kuta,” ungkap Arjono.

Tatkala duduk di bangku SMP, Jerinx sudah tidak lagi berprestasi secara akademik seperti waktu dia duduk di bangku SD.

Arjono juga mengaku anaknya dulu sering diajak jualan kaset baik kaset untuk tape, atau CD.

Hampir setiap hari ia mendengarkan berbagai jenis musik saat ia diajak jualan.

Itu sebabnya, hobi Jerinx bermain musik ia duga karena bertahun-tahun diajak jualan kaset.

Jika dibandingkan dengan remaja, dan anak-anak muda kebanyakan, menurut Arjono, sosok Jerinx memang agak

Satu yang sempat ia ingat waktu Jerinx masih duduk di bangku SMA, Arjono rutin memberi Jerinx bekal sekolah Rp 3 ribu per hari. Jerinx tak mau dikasih lebih.

“Di sana saya lihatnya, kenapa ini orang kok tidak mau dikasih lebih.

Pernah suatu saat, saya kasih Rp 5 ribu, karena saya tidak ada uang receh, dia tidak mau, gimana pun caranya dia gak mau.

Harus Rp 3 ribu. Saya tanya kenapa, katanya biar tidak ribet.

Nah di sana saya melihat pemikiran anak saya mulai beda,” ucap Arjono.

Selain itu, yang membuat Arjono kaget dengan sifat dan sikap anaknya yang masih SMA adalah ketika Jerinx berangkat ke Jakarta untuk ikut demonstrasi menurunkan Soeharto pada tahun 1989.

Waktu itu, Arjono benar-benar bingung mengapa anak seusia SMA sudah punya pemikiran seperti itu.

Arjono pun tak bisa melarang anaknya ikut demo ke Jakarta.

“Saya selaku orangtua kaget. Artinya ya bedalah saya anggap orang kecil punya pemikiran seperti itu,” tutur Arjono.

Tamat SMA, Arjono sempat menyuruh Jerinx kuliah.

Jerinx pun menuruti keinginan orangtuanya.

Namun ternyata Jerinx tidak minat kuliah.

Jerinx cuma kuliah tak sampai dua tahun, dan ia memilih fokus dengan band yang dibentuknya yakni Superman Is Dead.

“Anak saya bilang, kalau nyari titel-titel itu saya tidak senang pak, kursus bahasa Inggris untuk gagah-gagahan, itu saya tidak senang. Akhirnya saya suruh dia kuliah di seni juga dia tidak mau, ya sudah kami tidak bisa memaksa,” kata Arjono.

Sampai tiba saatnya, Arjono kaget melihat keseharian anaknya yang sering pulang malam, keluyuran, manggung sana- sini.

Bahkan Arjono sempat membuntuti Jerinx saat manggung di GOR Lila Bhuana Ngurah Rai Denpasar, Bali.

“Dan saya kaget, yang nonton banyak sekali. Saya berpikir, ini anak saya kok bisa ditonton banyak gini,” tutur Arjono dengan nada heran.

Arjono juga bercerita bahwa di keluarganya memang ada keturunan pejuang.

Kakek Jerinx adalah seorang veteran.

Bahkan, ketika Jerinx memutuskan menjadi salah satu pentolan dalam gerakan BTR Teluk Benoa, yang paling getol mendukung adalah kakeknya yang sudah wafat lima tahun silam.

“Waktu itu, kakeknya mendukung, dan memberi Jerinx motivasi. Apa yang ia katakan ke Jerinx? Lanjutkan perjuangan.”(tribunjabar.id)


Jerinx Penjara SMA


Loading...