Pelaku Fetish Kain Jarik Diduga Pergi ke Luar Kota, Tempat Kos Gilang Bungkus Digeledah Polisi

Pelaku Fetish Kain Jarik Diduga Pergi ke Luar Kota, Tempat Kos Gilang Bungkus Digeledah Polisi
Tribunjakarta
Editor: Malda Hot News —Jumat, 7 Agustus 2020 12:44 WIB

Terasjabar.id - Pelaku fetish kain jarik, Gilang hingga kini masih berkeliaran.

Nama Gilang yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga mencuat, setelah kasus pelecehan seksual berkedok riset yang ia lakukan viral di media sosial.

Diketahui sejumlah korban telah melakukan pengaduan atas tindakan yang dilakukan pelaku fetish kain jarik tersebut.

Pengaduan yang berasal dari korban pelecehan seksual Gilang Bungkus kian bertambah setiap harinya.

Baru-baru ini, Polrestabes Surabaya mendapati laporan dari tiga orang, yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual Gilang Bungkus.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran mengatakan jika sudah menerima laporan tersebut.

Bahkan, polisi juga memeriksa delapan saksi atas kasus yang tak lumrah terjadi itu.

"Kami masih melakukan pendalaman dan penyelidikan," kata Sudamiran, Kamis (6/8/2020).

Polisi Geledah Tempat Kos Gilang

Hingga saat ini keberadaan Gilang Bungkus masih menjadi misteri.

Tak ada yang mengetahui keberadaan pelaku fetish kain jarik tersebut, termasuk orangtuanya.

Untuk menindaklanjuti kasus pelecehan seksual tersebut, polisi akhirnya mendatangi tempat kos Gilang.

polisi kemudian menggeledah seisi kos untuk mencari barang bukti terkait kasus yang akan menjerat Gilang Bungkus.

tribunnews
Korban pelecehan fetish kain jarik. (Tangkapan Layar Surya.co.id)

Rupanya polisi kalah cepat dengan Gilang Bungkus.

Beredar kabar yang menyebutkan bahwa saat ini Gilang tengah pergi ke luar kota.

"Saat kami lakukan penggeledahan di kosnya GL di Surabaya, kos tersebut kosong dan GL diduga sedang berada di luar kota," tandasnya.

Gilang Bungkus Di-DO dari Kampus

Setelah mendapat keterangan dari sejumlah pihak yang mengaku sebagai korban Gilang Bungkus, pihak kampus akhirnya mengelurakan Gilang dari kampus alias drop out (DO).

Rektor Universitas Airlangga (Unair), Prof Moh Nasih menyatakan, keputusan tersebut dikeluarkan setelah Komite Etik Unair melakukan komunikasi dengan keluarga, dan mendengarkan pengaduan korban.

Ketua Pusat Informasi dan Humas, Suko Widodo mengatakan, jajaran Pimpinan Unair telah mengambil keputusan men-DO Gilang atas tindakan pelecehan seksual bungkus membungkus atau fetish kain jarik.

Gilang dinilai telah melanggar etik dan mencoreng nama baik Unair.

Perbuatan itu dilakukan Gilang dengan modus riset atau penelitian.

tribunnews
Ilustrasi Pelecehan Seksual (tribunlampung.co.id/dodi kurniawan)

Tindakan Gilang Bungkus dianggap mencoreng nama baik Unair, sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

"Kasus G ini kami nilai sudah sangat merugikan nama baik dan citra Unair sebagai PTN yang mengusung nilai inti Excellence with Morality," ujarnya.

Orangtua Pasrah

Suko Widodo menjelaskan, sebelum dikeluarkan, pihak kampus telah meminta keterangan orangtua pelaku yang berada di Kalimantan.

Mengingat lokasi yang cukup jauh, komunikasi itu dilakukan oleh pihak kampus secara daring.

Hasil pertemuan tersebut, orangtua pelaku amat menyesali perbuatan anaknya.

"Keluarga mengaku menyesali perbuatan anaknya. Sehingga pihak keluarga juga menerima keputusan yang diberikan pihak universitas kepada anaknya," urainya Suko Widodo, Rabu (5/8/2020).

Pertimbangan lainnya, pihak kampus juga memerhatikan pengaduan sejumlah korban yang merasa dilecehkan dan direndahkan martabatnya oleh Gilang.

"Jika memang memenuhi unsur kriminal, kami menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada penegak hukum," ujar Suko.

Teman Satu Angkatan Jadi Korban

Tak hanya menyasar mahasiswa baru, Gilang Bungkus rupanya juga pernah menjadikan teman satu angkatannya korban.

SW, teman satu angkatan G di kampus menuturkan kejadian yang dialaminya ketika menjadi korban pada 2015 lalu.

"Waktu itu saat saya sama dia masih menjadi mahasiswa baru (Maba). Bener-bener awal banget, soalnya kita satu jurusan yang sama," ungkap SW dilansir TribunJakarta dari SuryaMalang. 

Menurut penuturannya, Gilang dulu tak menggunakan modus penelitian seperti yang saat ini ramai diberitakan.

"Kalau sekarang kan ramai dia untuk riset. Dulu enggak, bahkan sama sekali nggak ada kejanggalan. Ngobrol pun nggak mengarah ke sana, sangat normal," katanya.

Kejanggalan mulai terjadi saat korban SW menginap di kamar kos Gilang sepulang dari acara penyambutan mahasiswa baru di kampus.

"Sehari setelah acara, lupa tanggal berapa. Pokoknya pulang dari situ, saya nginep di kosnya, kejadiannya dini hari," katanya.

Sesampainya di kos, korban SW langsung merasa sangat lelah dan ngantuk sehingga memutuskan untuk tidur dulu.

"Pas dini hari saya bangun. Gilang melakukan aksinya. Tapi nggak sampai ditutup rapat, ditali, seperti yang viral ini, cuman ditutup selimut. Anehnya, waktu itu saya nggak bisa berkutik, nggak bisa ngapa-ngapain, buat melek aja susah," katanya.

SW menambahkan, waktu itu ia sempat terbangun dua kali. Namun, ia merasa kelelahan sampai akhirnya kembali tertidur.

"Baru benar-benar bangun pas pagi hari. Jadi saya nggak tahu aksinya berapa lama. Pas melek, sudah ditutup selimut," katanya.

Sebelum ke kos, korban SW dan Gilang sempat membeli nasi goreng terlebih dahulu. Menurutnya, Gilang tidak menunjukkan keanehan.

Setelah makan, ia diberi minum oleh Gilang.

"Menurut saya, minumannya sudah dikasih obat. Soalnya setelah itu saya benar-benar nggak berdaya. Sampai kos langsung capek dan mengantuk. Saat aksinya, saya nggak bisa memberontak sama sekali. Bisa jadi karena faktor capek, di-support sama obat tidurnya," kata SW.

(tribunjakarta/surya/kompas.com)

Gilang Fetish Bungkus Kain Jarik ernest Maba UNAIR Jempol Kaki


Loading...