Emil Berencana Bentuk Tim Khusus Seperti Kopassus, untuk Lacak Kontak Erat Pasien Positif Covid-19

Emil Berencana Bentuk Tim Khusus Seperti Kopassus, untuk Lacak Kontak Erat Pasien Positif Covid-19
Regional Kompas
Editor: Malda Hot News —Kamis, 6 Agustus 2020 14:34 WIB

Terasjabar.id - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan tengah menyusun rencana pembentukan tim pelacak kontak erat orang positif Covid-19 untuk membantu tugas Dinas Kesehatan di kabupaten dan kota di Jabar dalam melakukan pelacakan dan pengetesan.

Gubernur yang akrab disapa Emil ini menilai kinerja petugas kesehatan di daerah untuk melacak kontak erat orang positif Covid-19 ini mulai terbatas akibat semakin banyaknya kasus positif Covid-19 di Jawa Barat.

"Sekarang kami lagi fokus mengejar testing. Kedua, rasio lacak juga kami belum bagus ya karena semangat mulai agak turun di mana-mana," kata Emil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (6/8/2020).

Emil mengatakan tim pelacak yang tengah disusun peraturan dan tugas operasinya ini nantinya akan membantu peran pemerintah kabupaten dan kota supaya lebih cepat melacak dan mengetes kontak erat orang positif Covid-19.

"Akhirnya saya bilang ke Pak Sekda, kita bikin ala-ala Kopassus saja melacaknya. Dibayar oleh provinsi, tidak usah ngandelin kota kabupaten. Sebanyak-banyaknya kita bayar supaya kalau satu positif, minimal 20 orang yang harus dites, dicari, itu bisa kita kejar," katanya.

Jawa Barat dengan jumlah penduduknya paling besar di Indonesia, yaitu 50 juta orang, katanya, maka secara teori memang potensi kerawanan penyebaran Covid-19-nya paling besar.

Namun demikian, dari sisi jumlah total kasus positif, posisi Jabar sudah dilewati Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.

"Dan juga kasus aktif Kalimantan Selatan lebih banyak dari Jawa Barat. Rasio kesembuhannya sudah dua kali lipat dari jumlah yang sakit, jumlah yang sembuh dua kali jumlah yang aktif," katanya.

Tantangan hari ini, katanya, adalah melacak orang tanpa gejala (OTG) karena ruang isolasi di semua rumah sakit di Jabar sekarang hanya terisi 28 persennya.

Ini menjadi berita baik untuk tenaga kesehatannya.

Di sisi lain, banyak OTG lainnya yang harus dilacak.

"Kelemahan Jawa Barat karena faktor populasi, adalah mengejar persentase testing. Walaupun kalau dijumlah kita ini sudah tertinggi di luar Jakarta ya. Jakarta karena memang berada sebagai ibu kota tentunya semua logistik ngumpulnya di situ, tapi per hari ini di Jawa Barat sudah 160 ribu tes. Provinsi tetangga, Jawa Tengah dan Jawa Timur ada di bawahnya," katanya.

Secara umum Jabar baru bisa melakukan tes lima ribu per hari atau 35 ribu per minggu.

Padahal keinginannya bisa 50 ribu per minggu atau lebih.

Hal ini disebabkan keterbatasan sumber daya.

Pihaknya pun akhirnya ditawari pihak swasta yang ingin membantu pengetesan masif tersebut.(Tribunjabar.id)



Ridwan Kamil Kopassus Virus Corona


Loading...