Kisah Sisca Soewitomo:Bintang Adegan Panas yang Gantung Panci

Kisah Sisca Soewitomo:Bintang Adegan Panas yang Gantung Panci
Kompas
Editor: Malda Hot News —Rabu, 5 Agustus 2020 11:29 WIB

Terasjabar.id -- 

Siapa tak kenal Sisca Soewitomo? Wanita kelahiran 8 April 1949 di Surabaya ini dikenal sebagai seorang presenter acara memasak 'Aroma' di sebuah stasiun televisi swasta.

Jargon, 'Mudah bukan membuatnya?' sangat lekat dengan sosok perempuan berambut bob ini. Namun berita mengejutkan sekaligus bikin penasaran beredar di media sosial sejak semalam, benarkah Sisca pensiun dari dunia kuliner alias 'gantung panci?' atau gantung panci dalam arti sebenarnya menggantung panci usai dibersihkan?

Sampai saat ini, dihubungi CNNIndonesia.com, Sisca dan anaknya Novia Soewitomo belum memberikan jawabannya soal Sisca Soewitomo gantung panci. 


Sisca memang bukan orang biasa di dunia kuliner. Si ratu boga Indonesia ini sangat lekat di benak para ibu rumah tangga dan juga kuliner Indonesia. Dia adalah sosok ahli boga Indonesia yang mempopulerkan kuliner Indonesia.

Ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, perempuan yang ogah disebut sebagai chef ini sudah memiliki ratusan buku resep masakan Indonesia dan belasan tahun menjadi bintang adegan panas. 

Kastengel, masakan pertama Sisca Soewitomo

Sang nenek tercinta adalah inspirasi Sisca kecil untuk memasak. Jauh sebelum memulai kariernya sebagai pesohor boga, Sisca Soewitomo kecil sering belajar memasak dari neneknya.

"Nenek saya selalu membuat masakan sendiri. Keluarga juga masak sendiri. Dari situ saya melihat," ujarnya.



Dengan pengawasan neneknya, dia belajar membuat kastengel, makanan pertama yang dibuatnya.

"Saya belajar membuat kastengel itu harus membuatnya dengan rapi. Itu dipoles dengan kuning telur. Olesnya pakai bulu ayam karena belum ada kuas. Jadi rapi semua mengikuti garisnya," ucapnya.

Dari kebiasaan, memasak pun jadi hobi yang menghasilkan uang. Saat SMP dia membuat kue sus dan menjualnya. Namun, keputusan besar diambilnya ketika dia kuliah. Dia memutuskan untuk kuliah di jurusan kedokteran.

"Dulu kuliah di kedokteran tapi saya kurang berkenan," ujarnya.

Panggilan jiwa di dunia kuliner membuatnya memutuskan untuk meninggalkan jurusan kedokteran di tingkat dua.

"Tingkat dua saya keluar. Punya anak, kuliah lagi," katanya. "Tahun 1973 sudah menikah punya anak."

Dia memilih untuk melanjutkan kuliah di Perhotelan Trisakti. Mengenyam pendidikan di jurusan perhotelan, membuat Sisca menyadari kalau ini adalah jalan terbaiknya. Pintu-pintu kesuksesan mulai terbuka. Bahkan saat kuliah ia sudah bisa bekerja. Ia berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan studi di American Institute of Baking di Manhattan, Kansas, Amerika Serikat. Di sana, ia mendapatkan banyak pengetahuan tentang roti dan makanan lainnya.

Usai kembali ke tanah air, dia sempat berkarier sebagai manajer non redaksi di sebuah majalah ternama di Indonesia selama lima tahun. Setelah itu, dia sempat bekerja di pabrik nugget.

Jadi bintang adegan panas

Di tahun 1990-an, setiap pagi di akhir pekan, Sisca selalu tampil dengan menu-manu baru nan lezat yang bisa menggugah selera semua mata yang menyaksikannya. Resep yang disajikan pun mudah ditiru untuk dilakukan sendiri di rumah. Maka tak heran penggemar acara ini selalu menanti kehadirannya.

Masa itu, bisa dibilang adalah salah satu masa keemasan Sisca. 

"Saya itu bintang adegan panas," kata Sisca kala itu.

"Dari tahun 1997 sampai 2008 masak di TV bagaimana enggak panas, partnernya kompor," ujarnya melanjutkan.

Acara memasaknya ini pun menjadi pelopor dan cikal bakal acara kuliner yang kini menjamur di berbagai televisi swasta. Meski demikian, Sisca tetap konsisten dengan aneka aroma dan cita rasa kuliner Indonesia.

Ketertarikan Sisca terhadap menu khas nusantara memang begitu besar. Melalui keahlian memasaknya, ia ingin menunjukkan pada dunia kalau makanan Indonesia layak disajikan di kancah internasional.

"Kita harus menduniakan sajian Indonesia. Belajar dari kesuksesan Jepang, Korea, mereka covering all over the world kenapa kita tidak," kata perempuan yang pernah menjadi mentor beberapa chef seperti Rudy Choiruddin, Chef Tatang.

"Saya hanya ingin menduniakan sajian Indonesia. Sajian Indonesia begitu banyak tetapi bagaimana memasaknya dengan mudah? Semua bisa dibikin turunan-turunannya apapun dari bumbu dasar," ucapnya.

"Semua orang bisa memasak, memasak itu sangat menyenangkan," tuturnya kemudian.

Sisca mengakui, kegiatan memasak sudah begitu lekat dengan hatinya. "Terus terang saja dunia kuliner, masak memasak sudah melekat di hati saya, apapun event yang diadakan saya akan tetap membantu. Tujuannya untuk menduniakan sajian Indonesia," tuturnya.

Jari jahe

Selain dikenal jago sebagai ahli boga Indonesia, karena ia tidak mau disebut sebagai chef, perempuan 71 tahun itu juga dikenal memiliki jemari yang unik. Orang sering menyebut jari Sisca Soewitomo seperti jahe.

"Alhamdulillah. Memang jari saya katanya kayak jahe. Memang iya," katanya.

Jemari 'jahe' Sisca ternyata sudah menjadi primadona sejak ia memandu acara memasak pada tahun 1990-an dulu. "Mungkin orang melihat dari masak, jutak jutik gitu, yang dilihat mungkin tangannya, bukan mukanya," ujar Sisca.

"Kalau ketemu orang, yang dipegang tangan saya," katanya.

"Saya sangat mensyukuri apa yang Allah kasih. Ini patut dipelihara. Jadi selalu dipakai buat masak," ujarnya sembari bersyukur.

(chs/CNN)

Sisca Soewitomo Masak Surabaya


Loading...