Mengenal Dislipidemia yang Jadi Pemicu Penyakit Jantung

Mengenal Dislipidemia yang Jadi Pemicu Penyakit Jantung
CNN Indonesia
Editor: Malda Teras Health —Kamis, 30 Juli 2020 09:32 WIB

Terasjabar.id -- 

Penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Dislipidemia menjadi salah satu faktor risiko pemicunya.

Dislipidemia merupakan kondisi saat kadar lipid abnormal dalam darah. Lipid dikenal juga sebagai lemak darah seperti trigliserida dan kolesterol.

Beberapa bentuk dislipidemia umum di antaranya kadar LDL (kolesterol jahat) yang tinggi, kadar HDL (kolesterol baik) yang rendah, trigliserida yang tinggi, hingga kolesterol (gabungan LDL dan trigliserida) yang tinggi.

Mengutip Medical News Today, kadar lipid dalam darah yang sehat bervariasi pada setiap orang. Orang dengan kadar LDL dan trigliserida yang tinggi atau kadar HDL rendah cenderung berisiko tinggi terkena aterosklerosis.

Aterosklerosis berkembang saat timbunan lemak yang keras atau yang disebut plak menumpuk di pembuluh darah. Kondisi tersebut membuat aliran darah tidak lancar.

Jika tak ditangani dengan tepat, seiring waktu penumpukan plak dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.

Sayangnya, kebanyakan orang dengan dislipidemia tak menyadari akan kondisi yang dideritanya. Dislipidemia umumnya akan diketahui saat seseorang melakukan tes darah rutin atau tes darah untuk keperluan tertentu.

Dislipidemia yang parah dapat menyebabkan kondisi seperti penyakit arteri koroner dan penyakit arteri perifer yang dapat memicu serangan jantung dan stroke.

Gejala umum dari kondisi tersebut di antaranya:

- sakit kaki, terutama saat berjalan atau berdiri

- nyeri dada

- sesak atau tekanan di dada dan sesak napas

- rasa sakit, sesak, dan tekanan di leher, rahang, bahu, dan punggung

- gangguan pencernaan dan rasa mulas

- masalah tidur

- kelelahan di siang hari

- pusing

- palpitasi jantung

- keringat dingin

- muntah dan mual

- bengkak pada kaki, perut, dan pembuluh darah di leher

- pingsan

Perlu diketahui, gejala-gejala di atas akan memburuk saat seseorang melakukan aktivitas fisik atau sedang merasa stres. Gejala umumnya akan membaik saat berisitirahat.

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan dislipidemia. Perilaku seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan obat-obatan dapat meningkatkan risiko dislipidemia. Sedentary lifestyle atau gaya hidup minim bergerak dan kurangnya olahraga juga dapat berkontribusi pada kondisi tersebut.

Selain itu, orang tua dengan usia lanjut juga berisiko mengalami peningkatan kadar kolesterol. Hal yang sama juga terjadi pada perempuan yang cenderung memiliki kadal LDL yang lebih tinggi saat memasuki masa menopause.

Beberapa kondisi medis juga dapat meningkatkan risiko penyakit dislipidemia seperti infeksi menular seksual, diabetes tipe-2, hipotiroidisme, gangguan ginjal, gangguan hati, dan gangguan pencernaan.

(asr/CNN)

Jantung Sehat Olahraga Kesehatan Kardiovaskular


Loading...