Putus Komunikasi dengan Korsel, Korut Minta AS Tak Intervensi

Putus Komunikasi dengan Korsel, Korut Minta AS Tak Intervensi
CNN Indonesia
Editor: Malda Hot News —Kamis, 11 Juni 2020 13:41 WIB

Terasjabar.id -- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan kecewa dengan ketegangan baru yang terjadi di Semenanjung Korea, tetapi Korea Utara meminta supaya Negeri Paman Sam tidak perlu ikut campur urusan yang terjadi dengan Korea Selatan.

Kemenlu AS mengkritik sikap Korut yang memutuskan jalur komunikasi militer melalui petugas penghubung atau saluran khusus (hotline) dengan sekutu mereka, Korea Selatan pada Selasa lalu. Masalah itu dipicu oleh tindakan pengiriman selebaran bernada hasutan oleh segelintir kelompok konservatif di Korsel yang sebagian adalah para pembelot Korut melalui kawasan perbatasan kedua negara.

"Amerika Serikat selalu mendukung perkembangan hubungan antar-Korea, dan kecewa dengan keputusan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara)," demikian isi pernyataan Kemenlu AS, seperti dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, Kamis (11/6).

"Kami mendesak Korut untuk kembali melakukan diplomasi dan kerja sama. Kami akan terus berkoordinasi dengan sekutu kami, Korea Selatan, untuk tetap berhubungan dengan Korut," lanjut pernyataan tersebut.


Selebaran yang dikemas dalam balon udara itu juga berisi uang pecahan US$1 dan sebuah keping penyimpan data (USB memory stick). Para aktivis Korsel berharap selebaran itu diambil oleh penduduk Korut.

Pemerintah Korsel menyatakan tidak bisa melarang kegiatan itu karena menilai hal tersebut adalah bentuk kebebasan menyatakan pendapat yang dijamin undang-undang. Namun, mereka saat ini tengah berupaya menyusun aturan yang melarang perbuatan tersebut.

Akibat perbuatan itu, Korut menyatakan saat ini memperlakukan Korsel sebagai musuh.

Sementara itu, Direktur Jenderal Departemen Urusan Amerika Kemenlu Korut, Kwon Jong-gun, menyatakan supaya AS tidak ikut campur dalam masalah dengan Korsel.


"Hubungan Korut-Korsel adalah urusan kami, dan tidak ada pihak lain yang berhak untuk merintangi atau apapun namanya," kata Kwon dalam wawancara dengan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).

"(AS) akan menghadapi hal buruk jika selalu mencampuri urusan Korut dan Korsel, dan tidak mengurus masalah dalam negerinya yang sedang kacau. Kalau AS tidak mau menghadapi hal buruk, maka lebih baik tutup mulut dan utamakan selesaikan pekerjaan rumah mereka terlebih dulu," ujar Kwon.

Yang dimaksud Kwon adalah gelombang unjuk rasa yang terjadi di AS akibat kematian pria kulit hitam, George Floyd, akibat kekerasan polisi. Hal itu memicu persoalan perlakuan rasisme kembali mencuat dan aksi unjuk rasa sudah berlangsung hingga 16 hari usai kematian Floyd.

North Korean students stage a rally to denounce South Korea following that defectors and other activists in South Korea flew anti-Pyongyang leaflets over the border, at the Pyongyang Youth Park Open-air Theatre in Pyongyang, Saturday, June 6, 2020. The letters say: Let us burn away the traitors' group that precipitate their self destruction.(AP Photo/Jon Chol Jin)Pelajar Korut berunjuk rasa atas sikap aktivis Korsel yang mengirim selebaran yang dinilai menghina Pemimpin Korut, Kim Jong-un. (AP/Jon Chol Jin)


Para etnis kulit hitam AS menuntut pemerintahan Trump melakukan reformasi kepolisian, keadilan bagi Floyd, dan menjamin menghapus sikap diskriminasi ras.

Hubungan Korut-Korsel belum memperlihatkan kemajuan, setelah dua pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, serta Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong-un, tidak menemukan kata sepakat soal pelucutan senjata nuklir dan pencabutan sanksi. (ayp/ayp/CNN)

Amerika Korea utara Paman SAM Semenanjung Korea


Loading...