Berkat Didikan Ayah, Helmy Yahya Ikhlas Dicopot Jadi Dirut TVRI: Menangis Karena Mikirkan Karyawan

Berkat Didikan Ayah, Helmy Yahya Ikhlas Dicopot Jadi Dirut TVRI: Menangis Karena Mikirkan Karyawan
Tribunjabar.id
Editor: Malda Hot News —Kamis, 4 Juni 2020 09:47 WIB

Terasjabar.id - Mantan Direktur Utama TVRI Helmy Yahya menceritakan ikhlas diberhentikan dari jabatannya.

Meski demikian, ia mengaku menangis karena memikirkan karyawan TVRI. 

Hal itu diungkapnya setelah Helmy Yahya resmi dicopot dari jabatannya sebagai Direktur Utama (Dirut) TVRI dan digantikan Iman Brotoseno.

Helmy Yahya mulanya mengaku, ia memiliki sifat kompetitif berkat didikan sang ayah yang tak pernah memujinya.

"Jadi tak pernah puas dengan sebuah prestasi. Kadang-kadang kita putus asa karena tidak pernah dipuji, ada sebuah kemarahan," jelas Helmy Yahya dilansir TribunJakarta dari vlognya pada Kamis (4/6/2020).

Lebih lanjut, Helmy Yahya memaparkan, sempat meminta hadiah ketika lulus sekolah meski demikian sang ayah tak memberikannya.

"Waduh itu saya dipukul, saya dihukum. Tetapi saya tahu tak dia muji dibelakang tetapi tak pernah didepan."

"Orang mendidik itu kan berbeda, saya dan Tantowi Yahya dibesarkan dari kultur cara mendidik seperti itu. Tak cengeng jadinya," imbuh Helmy Yahya.

Berkat didikan sang ayah pula membuat Helmy Yahya tak mempermasalahkan posisinya sebagai Dirut TVRI dicopot.

"Saya hadapi, profesional. Saya diberhentikan dengan hormat oleh TVRI, saya ditargetkan lima tahun untuk mengubahnya tetapi belum dua tahun sudah berubah," aku Helmy Yahya.

Meski periode jabatannya belum habis, Helmy Yahya ikhlas diminta meninggalkan posisinya tersebut.

"Saya turun begitu disuruh turun. Yang membela saya banyak sekali, baca itu komentar netizen. Luar biasa membela," tegas Helmy Yahya.

Helmy menyikapi keputusan pencopotan jabatannya secara positif dan tidak menangisi berlebihan.

"Kalaupun saya menangis itu memikirkan karyawan TVRI yang kehilangan saya," aku Helmy Yahya.

Helmy Yahya
Helmy Yahya (Kontan/Fransiskus Simbolon)

Helmy lantas menceritakan perjuangannya saat bekerja memajukan TVRI.

"Pas di TVRI itu saya pulang ke rumah pukul 10 - 11 malam, sabtu - minggu masuk. Saya sudah bilang kepada teman-teman kita berada di peringkat 15, nomor buncit."

"Kalau kita mau mengejar, kita harus berlari lebih keras. Saya melakukannya dengan memberikan contoh," jelas Helmy Yahya dilansir TribunJakarta dari vlog Helmy Yahya Bicara pada Minggu (31/5/2020).

Helmy Yahya mengaku TVRI telah mengalami perubahan setelah dua tahun dibawah kepemimpinannya.

"2 tahun kami pimpin, TVRI itu berubah drastis. Kita pernah di peringkat 8, top 10...tiba-tiba orang menonton TVRI," aku Helmy Yahya.

Helmy menjelaskan, perubahan drastis TVRI yang ditonton banyak masyarakat itu bukan cuma gara-gara Liga Inggris, tetapi program beritanya saat ini dikemas dengan baik.

"Sekarang juga mendapat kepercayaan dari Pemerintah, untuk belajar jarak jauh. Kita senang, tugas saya selesai," ujar Helmy Yahya.

Adik Tantowi Yahya ini menyatakan, tetap mendukung TVRI meski tak lagi memiliki jabatan di televisi tersebut.

Cerita Helmy Yahya Sebelum Menjadi Dirut TVRI

Mantan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Helmy Yahya mengaku sebenarnya enggan menjadi pucuk pimpinan di televisi milik negara.

"Apakah saya menyesal (dipecat)? Tentu saja tidak, bagi saya inilah pengalaman hidup yang sangat mahal," ujar Helmy saat rapat dengar pendapat umum dengan Komisi l DPR, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Helmi menjelaskan, pada dua setengah tahun yang lalu, dirinya berdiskusi dengan kakaknya Tantowi Yahya bahwa kondisi TVRI sangat berat dan sulit dibenahi menjadi lebih baik.

"Saya ikutin dia (Tantowi), tapi ada godaan lebih besar, seseorang datang ke saya," ucap Helmy.

Seseorang tersebut, kata Helmy, menyebut diri saya menjadi besar dan kesejahteraan selama ini didapat dari dunia televisi, bahkan TVRI pernah menjadi tempat belajar.

"Iya saya belajar 10 tahun di TVRI, dia bilang tidak terpikir kamu untuk kembangi dan kembali ke dunia televisi, terurama TVRI," ujar Helmy.

"Saya berunding dengan istri saya dan saya lanjutkan mengikuti menjadi direktur utama dan alhamdulimah saya terpilih pada 29 November 2017," sambung Helmy.

Setelah masuk ke TVRI dengan posisi sebagai direktur utama, Helmy mengaku kaget dan benar apa yang dikatakan kakanya Tantowi Yahya, bahwa kondisi televisi negara tersebut sangat memprihatinkan.

"Beberapa tahun yang lalu, usia SDM tidak ideal, 4.800 karyawan kami 72 persen usianya non milenial atau kolonial, di atas 40 tahun. Tentu ini tidak ideal untuk media, sebuah lembaga yang bergerak dalam industri kreatif," tutur Helmy.

Kemudian rating dan share TVRI, kata Helmy, pada urutan paling akhir yaitu 15 dan logonya kata orang sangat jadul, bahkan anggaran maupun remunisasinya sangat kecil.

"Tukin (tunjangan kinerja) belum turun, bagaimana memotivasi orang untuk bekerja dengan kondisi seperti itu. Anggaran di bawah RRI, di bawah Rp 1 triliun," ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, Helmi dan direksi berjalan secara kompak dan penuh integritas dengan langsung turun ke bawah untuk memberikan contoh membangun TVRI.

Helmy mengaku melakukan reformasi birokrasi di internal TVRI dalam mengejar tunjangan kinerja karena TVRI menjadi satu-satunya lembaga yang karyawannya belum menerima tukin.

"Kemarin ada kabar gembira 30 Desember 2019 sudah ditandatangani Peraturan Pemerintah soal tukin, setelah kami kejar hampir dua tahun," kata Helmy.

Selain itu, Helmy juga menertibkan keuangan TVRI, di mana semua transaksi hanya boleh dilakukan non tunai atau sistem cashless.

"Ini kami lakukan dan alhamdulilah tahun 2018 laporan keuangan kami sudah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk pertama kalinya," ucap Helmy.

Helmy Yahya terpilih menjadi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik TVRI periode 2017-2022.

Presenter televisi ini dipilih berdasarkan hasil sidang Dewan Pengawas LPP TVRI pada 24 November 2017 setelah menjalani uji kepatutan dan kelayakan.

Namun, pada 17 Januari 2019, Helmy dipecat bersadarkan keputusan dewan pengawas LPP TVRI.

TVRI harus ditonton

Direktur Program dan Berita TVRI Apni Jaya Putra menyebut televisi publik atau milik pemerintah perlu ditonton masyarakat agar pesan yang disiarkan tersampaikan dengan baik.

Menurutnya, persoalan penayangan Liga Inggris di TVRI hanya sebatas tampilan di depan atau etalase agar masyarakat kembali menonton TVRI.

"Liga Inggris itu etalase, TVRI itu perlu ditonton kembali, yang lain-lainnya nilai kepublikan lebih besar. 90 persen program TVRI itu kepublikan," ujar Apni di gedung parlemen, Jakarta, Senin (27/1/2020).

Ia menjelaskan, penayangan siara olahraga seperti Liga Inggris sebenarnya tidak menyimpang dari aturan televisi publik.

Bahkan menurutnya TV publik milik pemerintah Turki yakni TRT memiliki hak siar sembilan liga dunia.

"Masalahnya di mana? Tidak ada masalah. TV publik di dunia itu nomor satu, kita saja tidak nomor satu," ucap Apni.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pengawas (Dewas) TVRI Arief Hidayat Thamrin mengatakan pencopotan Helmy Yahya selaku Direktur Utama TVRI adalah untuk mengembalikan TVRI ke tupoksinya.

Arief mengatakan banyaknya tayangan luar negeri baik yang berbayar maupun tidak, seperti Liga Inggris, tak menunjukkan jati diri TVRI selaku TV yang mengutamakan edukasi.

"Sehingga ke depan kami menyiapkan proses pergantian Dirut untuk mengembalikan TVRI ke tupoksinya," ujar Arief, kepada Komisi I DPR RI, di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/1/2020).

(Tribunjakarta.com)

Helmy Yahya Dirut TVRI Liga Inggris Dirut Baru Karyawan


Loading...