Zona Hitam Surabaya dan Siasat Risma Akhiri Corona

Zona Hitam Surabaya dan Siasat Risma Akhiri Corona
Surya/Tribunnews.com
Editor: Malda Hot News —Rabu, 3 Juni 2020 09:32 WIB

Terasjabar.id -- Angka kasus corona di Jawa Timur tengah jadi sorotan. Menempati urutan kedua terbanyak setelah DKI Jakarta, Jatim disorot karena angka tambahan harian kerap tertinggi, mengungguli Jakarta.


Kemarin misalnya tambahan angka kasus baru Jatim sebanyak 213 kasus sementara DKI Jakarta 60 kasus baru corona. Jatim bahkan pernah bertambah 244 kasus dalam sehari. Jumlah ini adalah rekor terbanyak kasus harian di tingkat provinsi.

Dilansir di situs resmi Pemprov Jatim, infocovid19.jatimprov.go.id, saat ini ada 5.132 kasus positif corona. Jumlah tersebut 2.748 atau separuh lebih di antaranya ada di Kota Surabaya.

Selasa malam, Ibu kota Jatim tersebut sempat ditandai warna hitam di peta penyebaran atau dengan jumlah kasus lebih dari 2.049. Namun Rabu pagi ini, warna indeks kasus di Surabaya menjadi merah tua.


Kota Surabaya sendiri memang sempat ditakutkan akan menjadi wilayah dengan sebaran corona tertinggi di Indonesia. Bahkan Ketua Rumpun Kuartif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dr Joni Wahyuhadi secara terang-terangan mengaku khawatir dengan kondisi penularan corona di wilayah Surabaya Raya. Surabaya bahkan disebut berpotensi menjadi Kota Wuhan, China, tempat pertama kali corona ditemukan dan mewabah. 


Pasalnya sebesar 65 persen pasien Covid-19 di Jawa Timur, disumbang oleh tiga daerah yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.

"65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya, ini tidak main-main kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan," kata Joni, di Surabaya, Rabu (27/5) lalu. 



Saat itu, Joni sempat mengatakan bahwa pihaknya memang tengah fokus menurunkan rate of transmission (tingkat penularan) Covid-19, terutama di Surabaya yang saat ini masih mencapai angka 1,6.

"Artinya ketika ada 10 orang [terinfeksi Covid-19] dalam satu minggu [bertambah] jadi 16 orang," ujarnya. 

Namun setelah satu minggu, Kota Surabaya tetap menjadi wilayah dengan konfirmasi positif corona terbesar di Jawa Timur, bahkan kasus positif di daerah ini pada Selasa kemarin mencapai angka 115 orang. 

Saat ini secara nasional angka positif corona berjumlah 27.549 kasus. Sebanyak 7.935 di antaranya sembuh dan 1.663 meninggal.

Tekankan Pelacakan dan Pemetaan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19. Di antaranya adalah tracing atau pelacakan dan pemetaan suatu wilayah secara masif.

"Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma seperti dilansir dari Antara.


Dari hasil tracing itu, lanjut dia, kemudian ditemukan orang dengan resiko (ODR). Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.

Ia mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan 1 orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya.


"Dan orang itu kita masukkan sebagai ODR," katanya.

Setelah itu, kata dia, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi.

Namun demikian, ia mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan 3 kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.

Selain itu, Risma menyatakan saat ini pihaknya terus gencar melakukan rapid test (tes cepat) massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi. (tst/sur/CNN)

Jawa Timur Surabaya Jakarta


Loading...