Dia menambahkan, teknik membuat reportase menjadi menarik juga penting untuk dipelajari. Tetapi tidak bisa hanya sekadar untuk viral serta menjadi trending topic dan “for your page” (fyp) kaidah jurnalistik diabaikan.
“Di era disrupsi kita mesti memberikan perhatian ekstra pada dampak pemberitaan dan informasi. Jangan sampai informasi yang diproduksi wartawan menjadi kontraprodukrif dan bahkan destruktif,” ujar mantan anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini.
BRJF diselenggarakan sejak tahun 2017. Teguh Santosa yang ketika itu adalah Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat merupakan perwakilan Indonesia dalam pertemuan pendirian BRJN di Beijing.
BRJF 2025 dengan tuan rumah Asosiasi Wartawan Seluruh Tiongkok atau All China Journalists Association (ACJA) mengambil tema “Mempromosikan Dialog Peradaban dan Modernisasi Global Melalui Kekuatan Jurnalis” dihadiri wartawan dari 100 negara lebih.
“Tema ini sejalan dengan kekhawatiran melemahnya peran wartawan dan jurnalisme berkualitas di tengah badai disrupsi informasi. Semoga ini memacu kita semua, komunitas wartawan dunia, menghasilkan karya pers yang berorientasi kesejahteraan bersama dan perdamaian dunia,” demikian Teguh Santosa. ***